NASKAH TEATER 13 PAGI

Naskah Teater 13 PAGI Sebuah Karya dari Cucuk Espe. Pertama, Silahkan download dan baca, semoga dapat menjadi inspirasi. Oleh karena itu, Kami sediakan Bank Naskah Drama Untuk Teman- Teman Semua .Jadi, silahkan download lalu baca. SATU SIANG DAN MALAM SEMAKIN TAK ADA BEDANYA. WAKTU BERJALAN TERLALU CEPAT MEMBAKAR MIMPI DI SIANG PENAT. GELAP CAHAYA LAMPU, PEKAT DAN MENYUMBAT AKAL SEHAT. BARMAN TERMENUNG DI AMBANG KESADARAN, MENATAP GULITA TANPA DENDAM. INI AWAL SEBUAH CERITA DAN AKHIR SECUIL KENANGAN. BARMAN TERKAPAR DALAM KETIDAKBERDAYAAN TAPI BUKAN TANPA KEINGINAN. DAN HIDUP SEBENTAR LAGI DIMULAI. BARMAN      Cerita ini baru mulai. Dan siapa saja yang ada di sini adalah tokoh utama. Bukan aku tak percaya pada orang lain. Egois atau narsis, bukan…! Tetapi sejak aku tidak dikehendaki melakukan apa-apa lagi, semuanya aku anggap penting. Bahkan seekor kucing pun yang lewat di depanku, menoleh dan menggelendot di pangkuanku, aku anggap penting. Kucing itu telah memberiku arti sebagai manusia. Kalau tidak, mungkin kucing itu akan mencakar dan mencabik kaki dan pahaku. Berdarah, tetanus, bengkak, dan rabies.   (tertawa) Aku punya cerita tentang kucing. Kucing yang ini, badannya besar, kumisnya tebal –maaf bagi yang punya kumis—dan ada belang di kaki. Belang bukan tato! Kucing itu milik banci yang rumahnya di ujung gang. Tiap aku lewat depan rumah banci itu –aku lupa namanya—dia selalu duduk di depan pintu sambil menyisir bulu kucingnya. Aku yakin, itu kucing laki-laki. Instingku saja…! Terlalu berbahaya jika soal itu ditanyakan.   Aku lewat, menoleh dan banci itu tersenyum. Tapi pagi itu lain, dia tersenyum lantas berjalan mendekatiku sambil tangannya masih menyisir bulu kucingnya. “Mau kucing, Barman?” katanya dengan genit. Itu pengalaman pertamaku bicara dengan banci. “Kucingnya bagus,” katanya agak gugup. “Terima kasih, saya tak biasa memelihara kucing. Maaf,” Tapi dia tetap tak membiarkanku lolos.   Justru aku semakin didekati dan dia berjalan mengelilingiku. Untung saja masih pagi! “Barman, dia kucing yang baik. Kalau mencakar sangat pelan dan penuh perasaan. Penurut dan tidak suka meloncat. Pokoknya, kucing ini sangat tahu untuk apa dia diciptakan,” Banci itu semakin menyudutkanku. Hingga aku nyaris terjengkang. “Maaf, aku harus segera pergi,” kataku ingin segera lepas dari cengkeraman banci agresif itu. “Mampirlah sebentar. Aku punya koleksi kucing yang mungkin kau minati. Aku ingin berbagi kucing denganmu, Barman…,” kata banci itu mulai melenguh.   Banci kampung bertingkah liar. Sejak aku tinggal di gang itu, baru pagi itu melihat keberingasan tetangga jauhku itu. Banci dan kucingnya yang siap menerkamku. “Cukup! Terima kasih. Lain waktu saja. Simpan baik-baik kucingmu, siapa tahu ketemu teman –sesama kucing—yang lidahnya lebih panjang atau yang ekornya pendek hingga terlihat jelas….! Hei..banci itu mengejarku.   (Barman berlarian) SELANJUTNYA SILAHKAN download NASKAH TEATER 13 PAGI  

BACA SELANJUTNYA »
Kecusian Hati - Naskah Islami

Kecusian Hati – Naskah Islami

Kesucian Hati Sebuah Naskah Islami Karya : ABBAS MUSTAN BHANSALI PARA PEMAIN 1. Dimas 2. Kirana 3. Zaenal 4. Rohimah 5. Syarifah 6. Imam 7. Ust. Arifin 8. Kabsyah 9. Halimah 10. Harun 11. Zar’ah 12. Khalid 13. Yazid ADEGAN PERTAMA DI SEBUAH RUMAH KELUARGA KAYA YANG MANA SEPASANG SUAMI ISTERI TERSEBUT SANGAT SIBUK DENGAN KARIERNYA. HINGGA ANAKNYA YANG MASIH BALITA TERPAKSA DIASUH OLEH SEORANG PEMBANTU RUMAH TANGGA. ROHIMAH (sedang bersih-bersih rumah) Ah … capek sekali. Sudah seharian aku bekerja, tapi rasanya tidak ada istirahat sedikitpun. Rumah sebesar ini hanya dihuni sepasang suami isteri. Suasana yang lengang karena hari-harinya mereka habiskan diluar rumah. Mereka sibuk bekerja tak kenal waktu. Bagaimana rasanya jika mereka tidak punya keinginan untuk mencari seorang pembantu rumah tangga sepertiku ? Pasti keadaan rumah tangganya berantakan. Tidak ada yang mengurus. Apalagi mereka mempunyai bayi yang membutuhkan kasih sayang dari ibunya. IMAM (sambil bermain kuda-kudaan) Ayo kejar penjahat itu ! Dor … dor … dor … ! Tangkap ibu ! ROHIMAH (memanggil) Imam … Imam … IMAM (masih terus bermain) Ah … kuda payah. Pakai mobil aja dech. Ngeeeengg … ROHIMAH Imam … Imam anakku ! (Imam berhenti bermain) Masih ingat kan pesan ibu. IMAM Lagian penjahatnya masuk ke dalam rumah, bu. Terpaksa aku kejar. Tugas polisi kan menangkap penjahat. ROHIMAH Dengar nak, kalau kamu mau main jangan di ruang tamu. Ibu baru bersihkan lantainya. Nanti kalau ada barang yang pecah, bagaimana ? Bisa-bisa nyonya juragan akan marah dan memecat ibu. Lebih baik kamu bermain saja di halaman luar. Kamu mengerti polisi kecilku. IMAM Aku mengerti bu. Siap laksanakan perintah ! ROHIMAH Tapi ingat jangan lama-lama mainnya. Nanti keburu juragan pulang. Atau sebaiknya kamu pulang dan tunggu saja di rumah. Siapa tahu bapakmu sudah pulang kerja dari kuli bangunan. (suara bayi menangis) Aduh … pekerjaan belum selesai, bayinya sudah bangun. (menggendong bayi) Cup … cup … sayang. Cup … cup … cup … Ayo jangan nangis. Pipis ya ! Oh … nggak pipis. Haus ya sayang ! Eh … sebentar ya ! Kita ambil susu botolnya dulu, yang sudah disiapkan mamamu tadi pagi. (ambil susu botol) Ini susunya. Kok masih nggak mau minum. (bayinya semakin nangis) Haruskah aku berikan ASI ku ini padanya lagi ? Ah … biarlah yang penting dia tidak menangis. KIRANA (ketika menyusui bayi tersebut tiba-tiba nyonya juragan datang dan kaget) Imah ! klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »