LUPA Karya: Joko Pinurbo

LUPA Karya: Joko Pinurbo Pekerjaan yang paling mudah dilakukan adalah lupa. Tidak butuh kecerdasan. Tidak perlu pendidikan. Hanya perlu sedikit berpikir. Itulah sebabnya, banyak orang tidak suka kalender, jam, dan tulisan. Menghambat lupa. Padahal lupa itu enak. Membebaskan. Sementara. * Musuh utama lupa ialah kapan. Teman terbaik lupa ialah kapan-kapan. Kapan dan kapan-kapan ternyata sering kompak juga. * Ia sudah selesai berdandan. Keren sekali. Pakai jas baru. Dasi warna-warni. Sepatu mengkilat. Minyak rambut. Parfum. Wangi. Sampai di depan pintu tiba- tiba lupa. Sebenarnya mau pergi ke mana? Berpikir sebentar. Memejamkan mata. Oh iya, tadi itu kan mau ke kamar mandi. Apa salahnya ke kamar mandi pakai jas, sepatu, dan segala pernak-perniknya? Anggap saja simulasi. Untuk? Memasuki rumah sakit jiwa. Mandi lupa membawa handuk atau celana untuk ganti itu biasa. Mandi lupa telanjang mungkin saja terjadi. Tapi mandi lupa membawa topeng? Bisa berabe. Untuk apa topeng diajak mandi? Untuk menakut-nakuti sepi. Untuk menemani wajah sendiri. * Aku sedang melamun di ruang tamu. Memperhatikan daun-daun dipetik hujan, disebarkan ke halaman. Hampir petang. Kring kring. Ada becak datang. Becak diparkir di depan pintu. Bang becak nyelonong masuk ruang tamu. Duduk santai. Merokok. Hap! Aku tergagap. Siapa dia? Aku merasa tak pesan becak. “Lupa ya?” Ia senyum-senyum. Aku bingung. Terpana. “Lupa ya?” Ia bertanya lagi. Tersenyum lagi. Tiba-tiba aku ingat bahwa aku memang pernah bertemu orang yang mirip dia di rumah sakit, tapi bukan dia. “Anda lupa ya bahwa Anda belum pernah bertemu saya? Mengapa harus mengingat-ingat?” “Ikut saya, yuk! Gratis.” Ia mengajakku ke kota dengan becaknya. Aku menolak. Kapan-kapan saja. Ketika aku sibuk mengamati daun-daun dipetik hujan, ia ngeloyor begitu saja dengan becaknya tanpa sempat kuperhatikan arahnya. Aku kini merasa lega setiap kali melihat becak melintas di jalan atau diparkir di halaman karen suatu saat nanti, jika aku hendak pergi ke kota, akan ada bang becak yang dijemput dan mengantarku. Lumayan. Nyaman. Sederhana. Tidak tergesa-gesa. * Adakah yang benar-benar habis digerogoti lupa? Lupa: mata waktu yang tidur sementara. 2003 Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

MASA KECIL Karya: Joko Pinurbo

MASA KECIL Karya: Joko Pinurbo Masa kecil seperti penjaga malam yang setia. Ia yang membuka dan menutup pintu setiap kau masuk dan keluar kamar mandi. Sementara kau sibuk mandi, ia duduk manis di sudut sepi, membaca cerita bergambar sambil ketawa-ketiwa sendiri. Jangan suka lihat orang mandi, nanti sakit mata. Ia langsung menuntup wajahnya dengan buku, seakan geli atau malu melihat tokoh komiknya yang (tidak) lucu. 2003 Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

SUDAH SAATNYA Karya: Joko Pinurbo

SUDAH SAATNYA Karya: Joko Pinurbo Sudah saatnya jam yang rusak diperbaiki. Kita pergi ke bengkel jam dan kepada pak tua yang ahli menyembuhkan jam kita meminta, “Tolong ya betulkan jam pikun ini. Jarumnya sering maju-mundur, bunyinya suka ngawur.” Semoga tukang bikin betul jam tahu bahwa ia sedang berurusan dengan penggemar waktu. * Sudah saatnya kita periksa mata. Kepada dokter mata kita bertanya, “Ada apa ya dengan mata saya, kok sering terbalik: tidak melihat yang kelihatan, malah melihat yang tak kelihatan?” Mudah-mudahan dokter mata paham: ya, memang begitulah jika mata dipejamkan. * Sudah saatnya jiwa yang janggal diselidiki. Kita konsultasi ke pakar psikologi: “Saya bingung. Saya sering mengalami situasi di mana saya tak tahu pasti apakah sedang berada di masa lalu, masa depan, atau masa kini. Tapi saya masih waras. Sungguh. Awas kalau berani menganggap saya gila.” Jika ia memang ahli, seharusnya ia mengerti: ya, begitulah jika tubuh kena teluh puisi. * Sudah saatnya kata-kata yang mandul kita hamili; yang pesolek ngapain dicolek, toh lama-lama kehabisan molek. Sudah saatnya kata-kata yang lapuk diberi birahi supaya sepi bertunas kembali, supaya tumbuh dan berbuah lagi. 2003 Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

KORAN PAGI Karya: Joko Pinurbo

KORAN PAGI Karya: Joko Pinurbo Koran pagi masih mengepul di atas meja. Wartawan itu belum juga menyantapnya. Ia masih tertidur di kursi setelah seharian digesa-gesa berita. Seperti biasa, untuk melawan pening ia menepuk kening. Lolos dari deadline, ia terlelap. Capeknya lengkap. Tahun-tahun memutih pada uban yang letih. Entah sudah berapa orang peristiwa, berapa ya, melintasi jalur-jalur waktu di kerut wajah. Ke suaka ingatan mereka hijrah. Almarhum bapaknya sebenarnya tak suka ia susah-susah jadi reporter. Lebih baik jadi artis yang kerjanya diuber-uber wartawan. Ibunya berharap ia jadi dokter agar dapat merawat tubuhnya sendiri yang sakit-sakitan. Siang itu, bersama teman-teman sekelasnya, ia sedang berlatih mengarang. Semantara kawan-kawannya sibuk bermain kata, ia bengong saja sambil menggigit-gigit pena meskipun bu guru berkali-kali mengingatkan bahwa cara terbaik untuk mulai menulis adalah menulis. Entah bagaimana mulanya, tiba-tiba terjadi kebakaran. Bu guru dan murid-muridnya segera berhamburan keluar. Belakangan beredar kabar bahwa gedung sekolahnya sengaja dibakar komplotan perusuh berlagak pahlawan. Saat itu situasi memang sedang rawan, penuh pergolakan. Tanpa menghiraukan bahaya, bocah bego itu malah sibuk mencari-cari pena yang terjatuh dari meja. Bu guru nekad menyusulnya, sementara api makin berkobar dan semua panik: jangan-jangan mereka ikut terbakar. Setelah pensiun, bu guru yang pintar itu sibuk mengurus kios koran kebanggaannya. Sedangkan muridnya yang suka bengong kini sedang lelap di kursi, matanya setengah terbuka. Koran pagi masih mengepul di atas meja. (2003) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

USIA 44 Karya: Joko Pinurbo

USIA 44 Karya: Joko Pinurbo Dua kursi kurus duduk gelisah di bawah pohon hujan di pojok halaman. Dua ekor celana terbang rendah dengan kepak sayap yang makin pelan. Yang warnanya putih hinggap di kursi kiri. Yang putih warnanya hinggap di kursi kanan. Dua ekor celana, dua ekor sepi menggigil riang di atas kursi di bawah rindang hujan di pojok halaman dan berkicau saja mereka sepanjang petang. (2006) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

PENAGIH UTANG Karya: Joko Pinurbo

PENAGIH UTANG Karya: Joko Pinurbo Penagih utang itu datang tengah malam. Ia duduk dengan sopan, kedua tangan ditangkupkan, baju batiknya yang murahan tampak terlalu kedodoran untuk tubuhnya yang kurus dan kusam. “Langsung saja, ada perlu apa?” aku menghentak. Ia terperangah, badannya mengkerut, dan kopiahnya yang longgar seakan bergeser dari letaknya. “Maaf, kalau tidak salah, ini sudah jadwalnya.” “Jadwal bayar utang, maksudnya? Sabarlah, saya sedang banyak keperluan. Bapak lihat sendiri, brankas saya sedang ludes, kolam renang belum selesai saya perbaiki, toilet baru akan saya lapisi emas, istri belum sempat saya tambah lagi. Mohon pengertian sedikitlah!” Tamu itu berkali-kali minta maaf, kemudian permisi. Sebelum meninggalkan pintu, ia sempat berbisik di telingaku, “Tidak bikin keranda emas sekalian, Pak?” “Dasar rakyat!” dalam hati aku mengumpat. Entah mengapa, setiap kali melayat orang meninggal aku selalu melihat penagih utang itu menyelinap di tengah kerumunan. Ia suka mengangguk, tersenyum, namun saat akan kutemui sudah tak ada di tempatnya. Tahu-tahu ia muncul di kuburan, melambaikan tangan, dan ketika kudatangi tiba-tiba raib entah ke mana. Dan orang kaya yang banyak utang itu akhirnya mati mendadak persis saat sedang mencoba keranda emas yang baru saja selesai dibuat oleh ahlinya. Mewakili para pelayat, bapak tua berbaju batik itu tampil menyampaikan kata-kata belasungkawa. Dalam sambutan singkatnya antara lain ia mengatakan bahwa kematian tragis almarhum tetap tidak dapat menebus utang-utangnya. Namun ia mengajak hadirin untuk mendoakan arwahnya, memaafkan segala salahnya, syukur-syukur bersedia ikut menanggung utang-utangnya. (2001) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »
BANK NASKAH DRAMA DAN TEATER: MENGAPA ANDA MEMBUTUHKANNYA Dalam dunia seni pertunjukan, naskah drama dan teater menjadi elemen kunci yang tidak bisa di abaikan. Sebagai pilar utama dalam membangun cerita, karakter, dan alur, naskah ini memandu para aktor dan sutradara untuk menghidupkan sebuah karya di atas panggung. Tanpa naskah yang kuat dan terstruktur dengan baik, pertunjukan teater mungkin kehilangan arah dan dampaknya terhadap penonton.

H2: Apa Itu Bank Naskah Drama dan Teater?

Bank naskah drama dan teater adalah kumpulan naskah-naskah yang bisa di gunakan oleh para seniman teater, baik yang sedang mencari inspirasi maupun yang mempersiapkan produksi. Di dalam bank ini, Anda akan menemukan berbagai genre dan gaya naskah, mulai dari drama klasik hingga karya kontemporer. Dengan memiliki akses ke bank naskah, seniman memiliki kesempatan untuk menjelajahi berbagai narasi dan karakter yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

H3: Manfaat Memiliki Akses ke Bank Naskah Drama dan Teater

  1. Inspirasi Tanpa Batas:
    • Akses ke berbagai naskah memungkinkan seniman teater untuk mendapatkan inspirasi dari berbagai karya, baik yang klasik maupun modern. Ini memperkaya wawasan mereka tentang berbagai tema dan cara penggarapan cerita.
  2. Efisiensi dalam Produksi:
    • Dengan bank naskah, sutradara dan produser dapat dengan cepat menemukan naskah yang sesuai dengan visi mereka. Ini mempercepat proses pemilihan naskah, sehingga produksi dapat di mulai tanpa penundaan.
  3. Eksplorasi Gaya dan Genre:
    • Seniman teater dapat mengeksplorasi berbagai gaya penulisan dan genre teater. Hal ini tidak hanya menambah variasi dalam pertunjukan mereka, tetapi juga membantu mereka memahami dan menguasai berbagai teknik pementasan.
  4. Peluang Kolaborasi:
    • Bank naskah sering kali menjadi titik awal untuk kolaborasi antara penulis naskah, sutradara, dan aktor. Dengan banyaknya naskah yang tersedia, berbagai ide dan interpretasi baru bisa muncul, menciptakan karya yang unik dan menarik.

H2: Bagaimana Cara Memilih Naskah dari Bank Naskah?

Memilih naskah yang tepat memerlukan pemahaman mendalam tentang visi artistik yang ingin di capai. Pertimbangkan faktor-faktor berikut:
  1. Tema yang Relevan:
    • Pilih naskah yang memiliki tema relevan dengan penonton atau isu yang ingin di angkat. Tema yang kuat dapat menjadikan pertunjukan lebih bermakna dan mempengaruhi audiens secara emosional.
  2. Karakter yang Menarik:
    • Karakter yang kompleks dan menarik memberikan ruang bagi aktor untuk menampilkan kemampuan terbaik mereka. Naskah yang baik harus mampu menggambarkan karakter dengan kedalaman yang memadai.
  3. Alur Cerita yang Kuat:
    • Alur yang terstruktur dengan baik memastikan pertunjukan memiliki ritme dan ketegangan yang mampu menjaga perhatian penonton dari awal hingga akhir.
  4. Gaya Penulisan:
    • Gaya penulisan yang unik dapat memberikan identitas pada pertunjukan. Pastikan gaya tersebut sesuai dengan visi Anda dan kemampuan tim produksi.

H2: Bagaimana Mengakses Bank Naskah Drama dan Teater?

Ada beberapa cara untuk mengakses bank naskah drama dan teater:
  1. Perpustakaan:
    • Banyak perpustakaan memiliki koleksi naskah drama dan teater yang bisa di pinjam. Ini adalah tempat yang bagus untuk menemukan karya-karya klasik.
  2. Platform Online:
    • Ada banyak situs web yang menyediakan akses ke naskah drama, baik gratis maupun berbayar. Platform ini memudahkan Anda untuk mencari naskah berdasarkan genre, tema, atau penulis tertentu.
  3. Komunitas Teater:
    • Bergabung dengan komunitas teater lokal bisa menjadi cara yang efektif untuk mengakses bank naskah. Anggota komunitas sering berbagi naskah dan memberikan rekomendasi berdasarkan pengalaman mereka.

H3: Memanfaatkan Bank Naskah untuk Karya Anda

Untuk memaksimalkan manfaat dari bank naskah, berikut adalah beberapa tips praktis:
  1. Selalu Terbuka untuk Eksplorasi:
    • Jangan batasi diri pada satu jenis naskah atau gaya penulisan. Eksplorasi berbagai jenis naskah dapat membantu menemukan inspirasi baru.
  2. Berinteraksi dengan Komunitas:
    • Diskusikan naskah yang Anda temukan dengan anggota komunitas atau tim produksi Anda. Kolaborasi dan diskusi sering kali menghasilkan ide-ide baru yang dapat memperkaya pertunjukan.
  3. Evaluasi Secara Rutin:
    • Setelah memilih dan memproduksi naskah, evaluasi hasilnya. Apakah naskah tersebut memenuhi harapan? Apa yang bisa di perbaiki? Ini akan membantu dalam memilih naskah di masa mendatang.

Kesimpulan

Bank naskah drama dan teater merupakan sumber daya berharga bagi para seniman teater. Dengan memanfaatkan berbagai naskah yang tersedia, Anda dapat mengeksplorasi berbagai ide, mengembangkan keterampilan, dan menghasilkan karya yang berkesan. Pastikan Anda menggunakan bank naskah sebagai alat untuk terus berinovasi dan menciptakan pertunjukan yang memukau.

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra