DI SEBUAH MANDI Karya: Joko Pinurbo

DI SEBUAH MANDI Karya: Joko Pinurbo Di sebuah mandi kumasuki ruang kecil di senja tubuhmu. “Ini rumahku,” kau menggigil. Rumah terpencil. Tubuhmu makin montok saja. “Ah, makin ciut,” kau bilang, “sebab perambah liar berdatangan terus membangun badan sampai aku tak kebagian lahan.” Ke tubuhmu aku ingin pulang. “Ah, aku tak punya lagi kampung halaman,” kau bilang. “Di tubuh sendiri pun aku cuma numpang mimpi dan nanti numpang mati.” Kutelusuri peta tubuhmu yang baru dan kuhafal ulang nama-nama yang pernah ada, nama-nama yang tak akan pernah lagi ada. “Ini rumahku,” kautunjuk haru sebekas luka di tilas tubuhmu dan aku bilang, “Semuanya tinggal kenangan.” Di sebuah mandi kuziarahi jejak cinta di senja tubuhmu. Pulang dari tubuhmu, aku terlantar di simpang waktu. (2000) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA MAK COMBLANG

DI BAWAH KIBARAN SARUNG Karya: Joko Pinurbo

DI BAWAH KIBARAN SARUNG Karya: Joko Pinurbo Di bawah kibaran sarung anak-anak berangkat tidur di haribaan malam. Tidur mereka seperti tidur yang baka. Tidur yang dijaga dan disambangi seorang lelaki kurus dengan punggung melengkung, mata yang dalam dan cekung. “Hidup orang miskin!” pekiknya sambil membentangkan sarung. “Hidup sarung!” seru seorang perempuan, sahabat malam, yang tekun mendengarkan hujan. Lalu ia mainkan piano, piano tua, di dada lelaki itu. “Simfoni batukmu, nada-nada sakitmu, musik klasikmu mengalun merdu sepanjang malam,” hibur perempuan itu dengan mata setengah terpejam. Di bawah kibaran sarung rumah adalah kampung. Kampung kecil di mana kau bisa ngintip yang serba gaib: kisah senja, celoteh cinta, sungai coklat, dada langsat, parade susu, susu cantik, dan pantat nungging yang kausebut nasib. Kampung kumuh di mana penyakit, onggokan sampah, sumpah serapah, anjing kawin, maling mabuk, piring pecah, tikus ngamuk adalah tetangga. “Rumahku adalah istanaku,” kata perempuan itu sambil terus memainkan pianonya, piano tua, piano kesayangan. “Rumahku adalah kerandaku,” timpal lelaki itu sambil terus meletupkan batuknya, batuk darah, batuk kemenangan. Dan seperti keranda mencari penumpang, dari jauh terdengar suara andong memanggil pulang. Kling klong kling klong. Di bawah kibaran sarung aku tuliskan puisimu, di rumah kecil yang dingin terpencil. Seperti perempuan perkasa yang betah berjaga menemani kantuk, menemani sakit di remang cahaya: menghitung iga, memainkan piano di dada lelaki tua yang gagap mengucap doa. Ya, kutuliskan puisimu, kulepaskan ke seberang seperti kanak-kanak berangkat tidur di haribaan malam. Ayo temui aku di bawah kibaran sarung, di tempat yang jauh terlindung. (1999) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

TOPENG BAYI UNTUK ZELA Karya: Joko Pinurbo

TOPENG BAYI UNTUK ZELA Karya: Joko Pinurbo Melihat kau tersenyum dalam tidurmu, aku ingin kasih topeng bayi yang cantik untukmu. Kau pernah bertanya, “Cantikkah saya waktu bayi?” Sayang, aku tak sempat membuat foto bayimu. Padahal kau sangat lucu dan tak mungkin aku melukisnya. Di sebuah desa kerajinan aku bertemu seorang pembuat topeng yang sangat aneh tingkahnya. Ia suka menjerit-jerit saat mengerjakan topeng-topengnya. “Anda masih waras, kan?” aku bertanya. “Masih. Jangan khawatir,” jawabnya. “Saya hanya tak tahan menahan sakit dan perih setiap memahat dan mengukir wajah saya sendiri.” Aku sangat kesepian setiap melihat kau asyik bercanda dengan topeng bayimu. Kok wajahku cepat tua dan makin mengerikan saja. Tapi kau berkata, “Jangan sedih, Pak Penyair. Bukankah wajah kita pun cuma topeng yang tak pernah sempurna mengungkapkan kehendak penciptanya?” (1999) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

KISAH SEMALAM Karya: Joko Pinurbo

KISAH SEMALAM Karya: Joko Pinurbo Yang ditunggu belum juga datang dan masih digenggamnya surat terakhir yang sudah dibaca berulang: Aku pasti pulang pada suatu akhir petang. Tentu dengan bunga plastik yang kauberikan saat kau mengusirku sambil menggebrak pintu: “Minggat saja kau, bajingan. Aku akan selamanya di sini, di rumah yang terpencil di sudut kenangan.” Belum sudah ia bereskan resahnya dan malam buru-buru mengingatkan, “Kau sudah telanjang, kok belum juga mandi dan berdandan.” Maka ia pun lekas berdiri dan dengan berani melangkah ke kamar mandi. “Aku mau bersih-bersih dulu. Aku mau berendam semalaman, menyingkirkan segala yang berantakan dan berdebu di molek tubuhmu.” Dan suntuklah ia bekerja, membangun kembali keindahan yang dikira bakal cepat sirna: kota tua yang porak-poranda pada wajah yang mulai kumal dan kusam; langit kusut pada mata yang memancarkan cahaya redup kunang-kunang; hutan pinus yang meranggas pada rambut yang mulai pudar hitamnya; padang rumput kering pada ketiak yang kacau baunya; bukit-bukit keriput pada payudara yang sedang susut kenyalnya; pegunungan tandus pada pinggul dan pantat yang mulai lunglai goyangnya; dan lembah duka yang menganga antara perut dan paha. Benar-benar pemberani. Tak gentar ia pada sepi dan gerombolannya yang mengancam lewat lolong anjing di bawah hujan. Ada suara memanggil pelan. Ada cermin besar hendak merebut sisa-sisa kecantikan. Ada juga yang mengintip diam-diam sambil terkagum-kagum: “Wow, gadisku yang rupawan tambah montok dan menawan. Aku ingin mengajaknya lelap dalam hangat pertemuan.” “Ah, dasar bajingan. Kau cuma ingin mencuri kecantikanku. Kau memang selalu datang dan pergi tanpa setahuku. Masuklah kalau berani. Pintunya sengaja tak aku kunci.” Tak ada sahutan. Cuma ada yang cekikikan dan terbirit-birit pergi seperti takut ketahuan. “Baiklah, kalau begitu, permisi. Permisi cermin. Permisi kamar mandi. Permisi gunting, sisir, bedak, lipstik, minyak wangi dan kawan-kawan. Aku sekarang mau tidur. Aku mau terbang tinggi, menggelepar, dalam jaring melankoli.” Sesudah itu ia sering mangkal di kuburan, menunggu kekasihnya datang. Tentu dengan setangkai kembang plastik yang dulu ia berikan. 1996 Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA Lidah Tak Bertulang

TOILET Karya: Joko Pinurbo

TOILET Karya: Joko Pinurbo (1) Ia mencintai toilet lebih dari bagian-bagian lain rumahnya. Ruang tamu boleh kelihatan suram, ruang tidur boleh sedikit berantakan, ruang keluarga boleh agak acak-acakan, tapi toilet harus dijaga betul keindahan dan kenyamanannya. Toilet adalah cermin jiwa, ruang suci, tempat merayakan yang serba sakral dan serba misteri. Bertahun-tahun kita mengembara mencari wajah asli kita, padahal kita dapat dengan mudah menemukannya, yakni saat bertahta di atas lubang toilet. Karena itulah, barangkali, kita mudah merasa waswas dan terancam bila melihat atau mendengar kelebat orang dekat toilet karena kita memang tidak ingin ada orang lain mengintip wajah kita yang sebenarnya. Demikianlah, ketika saya bertandang ke rumahnya, tanpa saya tanya ia langsung berkata, “Kalau mau ke toilet, terus saja lurus ke belakang, putar sedikit ke kiri, kemudian belok kanan.” Mungkin ia bermaksud memamerkan toiletnya yang mewah. Begitu saya keluar dari toilet, ia bertanya, “Dapat berapa butir?” Butir apa? (2) Nah, ia terbangun dari tidurnya yang murung dan gelisah. Dengan bersungut-sungut ia berjalan tergopoh-gopoh ke toilet. Keluar dari toilet, wajahnya tampak sumringah, langkahnya santai, matanya cerah: “Merdeka!” Sambil senyum-senyum ia kembali tidur. Tidurnya damai dan pasrah. Terus terang saya suka membayangkan yang bukan-bukan kalau ia berlama-lama di toilet. Apalagi tengah malam. Apalagi mendengar ia terengah, mengerang, mengaduh, sesekali menjerit lalu berseru, “Edan!” Seperti sedang melepaskan rasa sakit yang tak tertahankan. O ternyata ia sedang bertelur. Dan ia rajin ke toilet malam-malam untuk mengerami telur-telurnya. Bertahun-tahun ia bolak-balik antara kamar tidur dan toilet untuk melihat apakah telur-telur mimpinya dan telur-telur mautnya sudah menetas. 1999 Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

TAHANAN RANJANG Karya: Joko Pinurbo

TAHANAN RANJANG Karya: Joko Pinurbo Akhirnya ia lari meninggalkan ranjang. Lari sebelum tangan-tangan malam merampas tubuhnya dan menjebloskannya ke nganga waktu yang lebih dalam. “Selamat tinggal, negara. Aku tak ingin lebih lama lagi terpenjara. Mungkin di luar ranjang waktu bisa lebih luas dan lapang.” Ranjang memang sering rusuh dan rawan. Penuh horor dan teror. Di sana ada psikopat gentayangan sambil mengacung-acungkan pistol dan teriak, “Tiarap. Kau akan kutembak.” Kemudian ada yang balik mengancam sambil membentak, “Angkat tangan. Pistolmu tak bisa lagi meledak.” Ada yang lari meninggalkan ranjang. Ada yang ingin berumah kembali di ranjang. Pada kelambu merah ia baca tulisan: Ini penjara masih menerima tahanan. Dijamin puas dan jinak. Selamat malam. 1999 Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »
BANK NASKAH DRAMA DAN TEATER: MENGAPA ANDA MEMBUTUHKANNYA Dalam dunia seni pertunjukan, naskah drama dan teater menjadi elemen kunci yang tidak bisa di abaikan. Sebagai pilar utama dalam membangun cerita, karakter, dan alur, naskah ini memandu para aktor dan sutradara untuk menghidupkan sebuah karya di atas panggung. Tanpa naskah yang kuat dan terstruktur dengan baik, pertunjukan teater mungkin kehilangan arah dan dampaknya terhadap penonton.

H2: Apa Itu Bank Naskah Drama dan Teater?

Bank naskah drama dan teater adalah kumpulan naskah-naskah yang bisa di gunakan oleh para seniman teater, baik yang sedang mencari inspirasi maupun yang mempersiapkan produksi. Di dalam bank ini, Anda akan menemukan berbagai genre dan gaya naskah, mulai dari drama klasik hingga karya kontemporer. Dengan memiliki akses ke bank naskah, seniman memiliki kesempatan untuk menjelajahi berbagai narasi dan karakter yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

H3: Manfaat Memiliki Akses ke Bank Naskah Drama dan Teater

  1. Inspirasi Tanpa Batas:
    • Akses ke berbagai naskah memungkinkan seniman teater untuk mendapatkan inspirasi dari berbagai karya, baik yang klasik maupun modern. Ini memperkaya wawasan mereka tentang berbagai tema dan cara penggarapan cerita.
  2. Efisiensi dalam Produksi:
    • Dengan bank naskah, sutradara dan produser dapat dengan cepat menemukan naskah yang sesuai dengan visi mereka. Ini mempercepat proses pemilihan naskah, sehingga produksi dapat di mulai tanpa penundaan.
  3. Eksplorasi Gaya dan Genre:
    • Seniman teater dapat mengeksplorasi berbagai gaya penulisan dan genre teater. Hal ini tidak hanya menambah variasi dalam pertunjukan mereka, tetapi juga membantu mereka memahami dan menguasai berbagai teknik pementasan.
  4. Peluang Kolaborasi:
    • Bank naskah sering kali menjadi titik awal untuk kolaborasi antara penulis naskah, sutradara, dan aktor. Dengan banyaknya naskah yang tersedia, berbagai ide dan interpretasi baru bisa muncul, menciptakan karya yang unik dan menarik.

H2: Bagaimana Cara Memilih Naskah dari Bank Naskah?

Memilih naskah yang tepat memerlukan pemahaman mendalam tentang visi artistik yang ingin di capai. Pertimbangkan faktor-faktor berikut:
  1. Tema yang Relevan:
    • Pilih naskah yang memiliki tema relevan dengan penonton atau isu yang ingin di angkat. Tema yang kuat dapat menjadikan pertunjukan lebih bermakna dan mempengaruhi audiens secara emosional.
  2. Karakter yang Menarik:
    • Karakter yang kompleks dan menarik memberikan ruang bagi aktor untuk menampilkan kemampuan terbaik mereka. Naskah yang baik harus mampu menggambarkan karakter dengan kedalaman yang memadai.
  3. Alur Cerita yang Kuat:
    • Alur yang terstruktur dengan baik memastikan pertunjukan memiliki ritme dan ketegangan yang mampu menjaga perhatian penonton dari awal hingga akhir.
  4. Gaya Penulisan:
    • Gaya penulisan yang unik dapat memberikan identitas pada pertunjukan. Pastikan gaya tersebut sesuai dengan visi Anda dan kemampuan tim produksi.

H2: Bagaimana Mengakses Bank Naskah Drama dan Teater?

Ada beberapa cara untuk mengakses bank naskah drama dan teater:
  1. Perpustakaan:
    • Banyak perpustakaan memiliki koleksi naskah drama dan teater yang bisa di pinjam. Ini adalah tempat yang bagus untuk menemukan karya-karya klasik.
  2. Platform Online:
    • Ada banyak situs web yang menyediakan akses ke naskah drama, baik gratis maupun berbayar. Platform ini memudahkan Anda untuk mencari naskah berdasarkan genre, tema, atau penulis tertentu.
  3. Komunitas Teater:
    • Bergabung dengan komunitas teater lokal bisa menjadi cara yang efektif untuk mengakses bank naskah. Anggota komunitas sering berbagi naskah dan memberikan rekomendasi berdasarkan pengalaman mereka.

H3: Memanfaatkan Bank Naskah untuk Karya Anda

Untuk memaksimalkan manfaat dari bank naskah, berikut adalah beberapa tips praktis:
  1. Selalu Terbuka untuk Eksplorasi:
    • Jangan batasi diri pada satu jenis naskah atau gaya penulisan. Eksplorasi berbagai jenis naskah dapat membantu menemukan inspirasi baru.
  2. Berinteraksi dengan Komunitas:
    • Diskusikan naskah yang Anda temukan dengan anggota komunitas atau tim produksi Anda. Kolaborasi dan diskusi sering kali menghasilkan ide-ide baru yang dapat memperkaya pertunjukan.
  3. Evaluasi Secara Rutin:
    • Setelah memilih dan memproduksi naskah, evaluasi hasilnya. Apakah naskah tersebut memenuhi harapan? Apa yang bisa di perbaiki? Ini akan membantu dalam memilih naskah di masa mendatang.

Kesimpulan

Bank naskah drama dan teater merupakan sumber daya berharga bagi para seniman teater. Dengan memanfaatkan berbagai naskah yang tersedia, Anda dapat mengeksplorasi berbagai ide, mengembangkan keterampilan, dan menghasilkan karya yang berkesan. Pastikan Anda menggunakan bank naskah sebagai alat untuk terus berinovasi dan menciptakan pertunjukan yang memukau.

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra