NASKAH DRAMA MAK COMBLANG

NASKAH DRAMA Anak Wayang

Naskah teater Anak Wayang Karya  M. J. Widjaya BABAK I SENJAPUN MENGHAMPIRI DESA KENOK, MASUT SEDANG DUDUK DUDUK DI BALAI BAMBU DENGAN RUGUNYA MASUT Guru, terimakasih banyak atas ilmu yang berikan kepadaku, apalah artinya diriku andai tidak ada guru. GURU Masut, masut! Kamu harus tahu, barang siapa seseorang mempunyai ilmu walaupun sedikit harus diberikan kepada orang lain. TIBA TIBA ISTRI MASUT MEMBAWA TEH HANGAT ISTRI MASUT Akan lebih baik kalau mengobrol sambil meminum teh hangat GURU Bisa saja istri kamu! TIBA TIBA MUNCUL TIGA ORANG PENGAWAL KERAJAAN PENGAWAL 1 Maaf, guru! Ada perintah dari paduka raja yang harus saya beritahukan kepada guru GURU Katakanlah! PENGAWAL 1 Paduka raja perintahkan guru agar memberantas pemberontak di wilayah tetangga, karena banyak warga yang menderita dan mati MASUT Guru, perkenankan hamba yang pergi ke medan perang, karena sudah saatnya saya mengabdikan diri hamba untuk negara dan bangsa ini GURU Baiklah! GURU DAN TIGA MEMUNGGU DI HALAM DEPAN, MASUT DAN ISTRINYA DUDUK DI BALAI BALAI BAMBU, ISTRINYA MENANGIS ISTRINYA Kamu akan meninggalkan aku sendiri, kamu rela meninggalkan aku MASUT Tidak usah menangis dan bersedih! Aku akan kembali ISTRINYA Bagimana aku tahu kalau kamu selamat atau tidak MASUT   Kau akan tahu aku selamat atau tidak klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Drama Mak Ada

Naskah Drama Mak Ada Anjing Masuk Rumah

Maak…!! Ada Anjing Masuk Rumah Mak…! Karya: Andy Sri Wahyudi ada juga versi bahasa Jawa >> Mak Ana Asu Mlebu Ngomah Babak 1 Seorang bocah perempuan bernama Sumi duduk sendirian di sebuah halaman rumah yang sempit, ia menunggu emaknya pulang dari pasar. Sumi hanya diam, bengong dan agak blo’on, sesekali tengak-tengok ke kanan dan ke kiri. Sumi diam, kini matanya menerawang jauh ke depan, dan perlahan tersenyum sedikit manis. Lalu bernyanyi pelan membuat nada sendiri. Sesukanya. Sumi : Tik tik tik bunyi hujan di atas genting Airnya turun tidak terkira Cobalah tengok daun dan ranting Pohon dan kebun basah semua… Tapi tiba-tiba Sumi diam lagi, dan bosan. Tangan kirinya menggaruk-garuk leher. Mukanya memelas. Sumi : Main engklek ah. Sumi beranjak dari tempat duduknya lalu ia mengambil sebatang ranting, dan menggambar garis-garis engklek di tanah. Sumi bermain engklek, tapi di tengah permainan Sumi berhenti tak mau bermain lagi. Dia sebel. Sumi : Ah, males ah! Lalu ia pergi begitu saja, berlari entah kemana. Dari dalam rumah, Surip berteriak keras sekali. Surip : Mak…!! Ada Anjing masuk Rumah Mak…!! SEBUAH DAUN PINTU DARI SENG MASUK ke TENGAH PANGGUNG. PARA PEMAIN MELEMPARI PINTU DENGAN PERKAKAS DAPUR DAN BENDA-BENDA RUMAH TANGGA. Lantas Terdengar suara yang berantakan, suara perkakas dapur berjatuhan. Lalu ada suara Anjing menggonggong-gonggong, mengerang, dan tertawa cekakan. Sementara, Surip berteriak-teriak sambil bersumpah serapah. Surip pontang-panting mencambuki dua anjing yang masuk rumahnya dengan Cambuk Petir, senjata warisan leluhurnya. Ctar..! Ctar..! Ctar..! Surip : Keparat! Bangsat! Anjing bregsek…! Kedua anjing itu berlari gesit menghindari pukulan Surip. Kedua anjing itu terus mengonggong, mengerang, dan tertawa cekakakan. Surip hampir kualahan, tapi ia terus mengejar dan memukul seperti orang kerasukan. Surip : Minggaaatttt…Bajingan Rongsok!!! Penjilat..!! Seekor Anjing lari keluar rumah, tapi anjing yang satunya masih di dalam rumah. Berdiri tepat di depan Surip dengan sorot mata tajam melototi Surip. Tak sedikitpun Surip takut dengan Sorot mata Anjing itu. Surip meloncat mencambuk kepala Anjing! Surip : Ciiaaaattttt…!!! Modar!! Pecah kepalamu Njing…! Sayang, meleset. Kerap kali Surip mencambuki dengan beringas, liar, dan persetan, tetapi tetap saja tidak kena. Anjing itu sangat lincah, gesit, dan pandai menghindar. Anjing itu berhasil keluar rumah, Surip tak mau kalah, ia mengejarnya, berlari membawa senjata cambuk petir. Surip mengejar sampai jauh, tapi larinya kalah cepat dan zig-zag dengan anjing itu. Surip berlari entah sampai dimana. Sumi berlari kecil kembali ke halaman rumah dengan wajah yang cerah, ia mengambil sebatang ranting pohon untuk memperjelas garis-garis di tanah. Sumi bermain engklek lagi. Surip berjalan sempoyongan, tubuhnya terlihat lelah. Ia mendatangi Sumi yang tengah asyik bermain sendirian. Surip : Sum, ada anjing yang lewat sini nggak? Sumi : Sumi nggak tahu Kang? (Sumi toleh-toleh lalu menujuk ke suatu arah) eh, kang, Anjingnya itu ya kang? Surip : Dimana Sum? Sumi : Itu lho kang anjingnya! Itu yang senyam-senyum. Eh, sekarang malah tertawa kang. Surip : O…! Anjing Keparat! Bakal tak makan mentah-mentah kamu Njing! Hei tunggu jangan lari Njing…! …………………………………….. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya Selain itu, kami juga membuka kesempatan bagi penulis naskah terbaru yang ingin membagikan karyanya kepada publik. Jika Anda adalah seorang penulis yang memiliki naskah drama yang belum di publikasikan atau karya lama yang perlu mendapatkan perhatian lebih, kami sangat menyambut kesempatan untuk mendistribusikan naskah Anda melalui laman kami. Untuk itu, silakan hubungi kami melalui email di jejakteater@gmail.com. Kami siap membantu Anda dalam proses publikasi dan distribusi naskah drama Anda agar lebih di kenal oleh khalayak luas. Dengan demikian, kami berharap Anda dapat memanfaatkan layanan BANK NASKAH DRAMA kami dengan sebaik-baiknya dan terus berkontribusi pada perkembangan dunia teater di Indonesia.

BACA SELANJUTNYA »

Naskah Jawa Urip DiLakoni Kanthi Waras lan Trengginas

LELAKON Urip DiLakoni Kanthi Waras lan Trengginas Katulis Dening : Andy Sri Wahyudi Ringkesan Carita Wis ora kena diselaki maneh, jaman ora tahu mandeg. Modal gede terus mubeng nggiling manungsa. Awak dadi wesi keringet dadi oli! Manungsa wis raurusan marang liyan. Akeh sing pengin ngrasakake surgane donya lan surgane akhirat kanthi ngalalake kabeh cara. Uriping manungsa samsaya suwe samsaya kebacut: dadi kewan sing tegel pangan-panganan. ….lan ana agama anyar sing jenenge: Duit! Ana satengahing jaman kuwi carita lan lakon-lakon kacipta: Nanang Edan, Kawit, Kajine Amat Sugeh, Nursoleh, Samsinah, Cempluk, Jumiran Alap-alap, Mbah Temu Cahyadi, Lestari, Siti lan Nurdin. Wong-wong sing urip ana ing pinggir kutha. Akeh carita dadi siji ing LELAKON. Kabeh duweni lelakone dewe-dewe: seneng, ndagel, trenyuh lan ana kekuataning urip sing bisa dadi kaca benggala ing sajrone nglakoni urip! Cah Ayu…Tresnaku Ora uwis-uwis…. Lakon-Lakon ing LELAKON 1. Cahyadi Pawongan Lanang enom umur 25 tahun. Rada pecicilan tur romantis. 2. Nanang Edan Pawongan Lanang enom umur 27 tahun. Mbiyen tukang gawe gurit lan puisi. 3. Lik Kawit Duda duwe anak siji, umure 45 Tahun. Bekas maling nanging sok Priyayi wicaksana. 4. Kajine Amat Sugeh Tetua ing kampung umur 50 Tahun, isih ketok gagah, senengane nganggo teken ben merbawani. Gaweane nyramahi uwong. 5. Nur Soleh Cah enom, bujang umur 20 tahun. Sregep salat lan lugu. 6. Nurdin Nom-noman umur 22 Tahun, tukang adu jago nanging setia marang pasangan. Ne nyandang model gali 70an. Rambute kliwiran. 7. Jumiran Alap-alap Maling kelas teri, umur 21 Tahun nek nyandang lan bahasane gayane kaya wong landa. 8. Lestari Pawongan wadon umur 23 tahun, manis, cah kuliahan. 9. Samsinah Randa cerai duwe anak loro, umur 40 tahunan. Sregep nyambut gawe lan rada galak. 10. Siti Remaja loro SMA umur 17 tahun. Bocah wadon manut lan gemati marang wong tua lan sedulure. 11. Cempluk Randa ditinggal mati duwe anak siji, umur 24 tahun. Geleman lan nggateli nek karo wong Lanang. 12. Mbah Temu Simbah-simbah umur 70 tahun, nanging isih ketok sehat. Hobine mancing. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA DAN LAINNYA

NASKAH DRAMA DAN LAINNYA, SEBAGIANNYA

   Lakon dan LAINNYA, SEBAGIANNYA Karya BINA MARGANTARA bina_margantara@yahoo.com   DRAMATIC PERSONAE BEDUL LINGGAM ASIH MUKAR POLISI I POLISI II SIPIR I SIPIR II BABAK I DI PANGGUNG TAMPAK DUA BUAH KURSI SALING TINDIH (KURSI 1) DI ATAS LEVEL, DAN ADA SATU KURSI LAGI DI SISI KANAN (KURSI 2) – DENGAN SEORANG PRIA TUA DUDUK DISANA – AGAK JAUH, SAMBIL MENGAMATI KURSI 1. LIGHTING MERAH MENYINARI KURSI-KURSI TERSEBUT BERGANTIAN, DAN TERAKHIR BERHENTI DI KURSI YANG SALING TINDIH. LALU MASUK SESEORANG, MENGHAMPIRI KURSI 1. SUASANA TERANG MULAI TAMPAK, TAPI KURSI 2 MASIH BELUM DISINARI LIGHTING ADEGAN I BEDUL Berapa lama aku menuggumu dalam sehari (BERJALAN MENUJU KURSI 1), apakah berakhir sehari ini hah? Atau sejak kemaren dia ‘tlah datang? Sore kah, siang, jelang malam?… Oh, selalu begini!! (MEROGOH SAKU) Mungkin ini cukup membantu (SEBUAH PEMBUKA TUTUP BOTOL), kudengar ia mulai terobsesi dengan menjadi pencerita yang selalu ngawur, dan pengarang kacangan. Kabarnya juga ia selalu membawa tali.Untuk persiapan katanya, kesiapan apa Mukar? Kau terlau rumit untuk hal yang sederhana, kau makan semua teori seakan kepalamu mau pecah sobat, hadapi saja seolah mudah. (LALU DUDUK) Aku akan selalu begini terus, menunggu senja-senja kelabu dengan dada kosong, rambut yang hampir keseluruhannya putih. Tidakkah kau lihat itu sayang, langit hampir pecah, dan cahaya purnama separuh mencuri masuk kamarku. Benda ini yang terakhir kuingat (BERBICARA DENGAN PEMBUKA TUTUP BOTOL) kau buka tutupnya, lalu kau masuk dan tak pernah lagi kembali.Oooh, nasib katamu terakhir. SEORANG WANITA MASUK, SAMBIL MENYEMBUNYIKAN SESUATU DI TANGANNYA, PERAWAKAN CERIA, SAMBIL CENGAR-CENGIR ASIH Hei…! (MEMBUAT SI PRIA TERKEJUT) Dasar tua bangka, selalu nyasar. Bingung dan berbicara sendiri, kurang kerjaan. Bagaimana kalau aku kerjai? Senja itu berbeda setiap harinya, kenapa itu yang kau pikirkan BEDUL Eh..eh..eh!! Mulutmu sedikit dijaga ya. Untung jantungku masih kuat seperti dulu, jika tidak, mungkin kususul juga istriku yang hampir mampus itu. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Drama Pamflet Merdeka

Naskah Drama Pamflet Merdeka

  Pamflet Merdeka Karya Bima Budi P Babak A Panggung terlihat gelap dan perlahan cahaya lampu menyinari tetapi masih redup. Seorang kekasih sedang duduk menunggu kekasihnya. Ada 2 orang yang satu duduk didekat kekasih dan yang satu berdiri pada posisi kuda-kuda, dua orang tersebut membuat gerakan yang telah ditentukan. Setelah selesai lampu tidak lagi redup dan  Datang seorang lelaki membawa sebuah pamflet dia terus mengamati benda itu sampai melupakan sekitarnya. Kekasih : dari mana aja, saya sudah tunggu dari tadi? Lelaki itu tidak mendengarkan kekasihnya. Kekasih : dari mana aja? (dengan nada sedikit keras) Lelaki : ternyata disini, aku cari ke kebon binatang sebelah ngak ada. Kekasih : emang, aku monyet? Lelaki : mungkin iya, mungkin tidak. Kekasih : lalu kau anggap apa aku ini? Lelaki : em……….entah lah. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Drama Pemimpin Tua

Naskah Drama Pemimpin Tua

  Pemimpin Tua Karya: Bima Budi P Dramatik person Pemimpin tua Bunglon Nenek Penari 1 Penari 2 Gruping 1 Gruping 2 Gruping 3 Stage 1 Pangung terlihat gelap, cahaya lampu mulai menyala tetapi masih remang-remang terlihat disitu tangga bertingkat tiga berada ditengah pangaung dan diatasnya ada kursi putih dan ada laki-laki berumur sekitar 70 tahun duduk dikursi tersebut. Lampu masih remang-remang tapi jelas untuk dilihat tujuh penari berwajah putih memasuki panggung iringan musikpun terlantun penari bergerak sesuai dengan telah diarahkan. Setelah music berhenti para penari diam tepaku beberepa saat kemudian terdengar suara benda jatuh dengan sangat keras, para penari seperti mencari sesuatu di tanah. Pemimpin tua : sudah tujuh puluh tahun, hari ini minggu tanggal 7 dan  jam 7 pagi waktu terlalu cepat meningalkan aku sampai wajah ku bergariskan problema kehidupan masa lampau dan ketiak ku pun keriput. Sejak waktu tangisan itu aku menjadi seseorang yang dewasa. Hari ini aku minum susu entah itu susu palsu atau susu asli, dengan penuh semangat manyambut hari yang lebih baik. Aku siapkan hari-hari ini dengan perencanaan yang matang untuk mengatasi problema kehiduapan masarkat ku, tapi kenapa perbuatan ku selalu gagal sampai sekarang. Maaf kan aku rakyat ku, aku ini pemimpin tua yang kehabiasan akal untuk mensejahterakan rakyat atau mungkin aku bodoh. Rakyat ku pasti menerima keadaan ini dengan lapang dada, bukan begitu kan?. Rakyat ku sekali lagi saya gagal menjadi pemimpin kalian sehingga orang-orang barat berkata. “perencanaan dalam pembangunan segala aspek bangsa kalian kurang sistematis, bangsa yang selalu melangar peraturan, bangsa penuh skandal-skandal tak terungkap dan kalian bangsa malas, yang selalu mabuk dengan spirtus” Bedebah . . . . klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
INONG: DONGENG RUMAH JALANG

INONG: DONGENG RUMAH JALANG

INONG: DONGENG RUMAH JALANG Repertoar Cucuk Espe Tokoh: Sandek Inong Madranu Silay #1 PROLOG Begitulah seharusnya perempuan. Begitulah seharusnya menjalani hidup. Takdir yang membuatku tak mampu memilih, selain hanya menjalani dan menghidupi. Hidup yang tak sepatutnya kujalani. Perempuan manapun ingin diperlakukan seperti rembulan yang dilingkari cincin purnama sidhi. Menebar cahaya sampai malam menempuh klimaks. Aku pun terjatuh. Runtuh. Tanpa boleh mengeluh.                 Saat hujan membasah tubuh, malam berkepala halilintar menyobek tanpa sadar, aku melihat tubuhku luluh. Terlempar dalam ruang pengap tanpa boleh berkata; belum siap. Begitulah perempuan yang dilempar senyuman sekaligus hujatan. Di sini, tak boleh ada yang menyesali diri. Jalani. Jalani dan nikmati. Seperti awan di langit mati. Tetapi masih salahkah jika aku bertanya; mengapa perempuan seharusnya begini? Suatu tempat, dimana saja. Angin berhembus sangat tidak bersahabat. Awan pekam bergerak lamban merusak cakrawala. Sepucuk rerumputan nyaris terberangus matahari yang seolah turun beberapa inchi. Suasana terasa sangat ganjil. Sakit. Dan sulit dimengerti dengan akal paling sehat sekalipun. Sandek menikmati napasnya yang gontai, pikirannya yang lunglai dan perasaannya yang terkulai. 01. Sandek            Akhirnya sampai juga di sini. Meski sering aku melewati  jalan ini, terasa sangat jauh. Rasanya tulang kakiku nyaris runtuh. Mungkin karena usiaku bertambah renta? Atau memang pikiranku yang renta? Tapi sarafku masih sehat, otakku masih kuat untuk mengingat apapun. (tiba-tiba) Satu…dua…ketika hujan, tiga…karena terpaksa, empat..empat…Oh! kenapa sulit menemukan yang keempat? Apakah hujan atau…ya! tengah malam. Aku ingat karena sempat aku mengejar burung gagak di tikungan. Burung itu sembunyi di balik pepohonan gelap. Tapi ada beberapa kali malam. Apakah ketika ketemu burung gagak itu malam keempat? Atau ketika aku nyaris terperosok ke selokan karena dikejar anjing? Malam ke berapa itu? Ah! Daya ingatku tak boleh rentah. Tidak boleh… 02. Madranu (sebenarnya dia telah lebih dulu berada di tempat itu, hanya saja pada posisi tersembunyi). Tidak boleh…tidak boleh…siapa yang tidak memperbolehkan! 03. Sandek (kemunculan Madranu membuat Sandek kaget). Oh, siapa di situ? klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA JOKO SEMPRUL

NASKAH DRAMA JOKO SEMPRUL

JOKO SEMPRUL Karya: Puthut Buchori Di sebuah emperan pagar sekolah, duduk seorang pemuda berpakaian seragam sekolah (smu), dia tampak murung, sedih, gelisah. ditemani sebuah walkman yang sedang memutar lagu sedih, dia mulai berkisah tentang perjalanan hidupnya. JOKO SEMPRUL Nama saya Joko Semprul, umur 16 tahun, kelas satu SMU. Saya adalah salah satu korban kebrengsekan lingkungan. Selepas dari SMP sayapun lepas dari papa saya, karena papa punya kekasih baru, mama tidak mau tinggal serumah dengan papa. Saya kemudian ikut mama. Kasih sayang papa sejak saat itu hanya berujud uang, uang dan uang. Sejak saat itu juga hampir saya dan papa tak pernah ketemu. Karena mama berjuang sebagai single parent, akhirnya sayapun juga malah tak terurus. Saya mulai kalut saat itu, kesepian. Hingga akhirnya ada dua orang wanita misterius yang mengaku teman saya…. Datanglah dua orang wanita misterius mendekati joko semprul. WANITA 1 Imut.. imut… imut… adik manis jangan menagis, sedih ya ? Sedang berduka ya, kok bermuram durja ? klik di sini untuk download naskah teater  ini selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Kiamat Sudah Dekat

Kiamat Sudah Dekat – Naskah Islami

KIAMAT SUDAH DEKAT Karya : ABBAS MUSTAN BHANSALI PARA PELAKU 1. FREDY 2. TEUKU HAMID 3. BAPAK 4. MAMAK 5. CUT ZOHRA 6. TEMAN – 2 ZOHRA 7. ORANG 1 8. ORANG 2 9. ORANG 3 10. JHONY 11. WANITA 12. BANCI 13. GENG 1 14. GENG 2 15. GENG 3 16. ANAK BUAH JHONY 17. LETNAN 18. POLISI 1 19. POLISI 2 20. KYAI 21. MASYARAKAT ADEGAN PERTAMA DI SEBUAH PERKAMPUNGAN YANG SEDERHANA NAN ASRI DI WILAYAH PULAU SUMATERA. NAMPAKLAH BEBERAPA ORANG YANG SEDANG BERADA DI GARDU JAGA. DATANGLAH SEORANG LELAKI YANG BERPAKAIAN PERLENTE DARI KOTA UNTUK MENEMUI KELUARGANYA. FREDY Selamat malam, Bang. Apa benar disini daerah Lampulo ? ORANG 1 Ya, benar. Ada apa ya ? FREDY Saya kemari ingin menemui keluarga saya. Tapi sampai saat ini saya belum bertemu dengan mereka. ORANG 2 Rumahnya dimana ? Maksudnya alamat pastinya dimana ya ? FREDY Nah, itu makanya, saya tidak ingat lagi. Saya sudah lama tinggal di Jakarta. Hampir 20 tahun saya tidak pernah pulang ke kampung halaman. Tapi saya masih menyimpan fotonya. ORANG 3 Sebenarnya bapak ini asli sini ? Lalu yang dimaksud keluarganya itu adalah orangtua bapak sendiri ? FREDY Yach begitulah. ( Muncullah beberapa wanita muslimah ) ORANG 1 Assalaamu ‘alaikum, Akhwat ! ( Para wanita menjawab salam dengan ketakutan ) Wah … Apa perlu diantar pulangnya ? CUT ZOHRA Terima kasih bang, kami bisa pulang sendiri. ORANG 2 Ayolah ! Jangan sungkan-sungkan. Tidak baik lho menolak kebaikan seseorang. CUT ZOHRA Tidak usah bang. ( Memaksa para wanita ) Bang, jangan paksa saya. ( Meronta ). TEUKU HAMID Hey, lepaskan ! Jangan ganggu mereka ! ( Para wanita berlari ke dekat Teuku Hamid ). Kalian ini tidak bosan-bosannya menggoda wanita. Itu perbuatan dosa, mengerti. Berapa kali aku harus mengingatkan kalian. Apa perlu Rencong ini yang akan bicara ?! ( Kemudian para pemuda itu kabur sambil memberikan foto tsb ke Fredy ). Kenapa kau masih diam saja ? Menantang ya ! Aku tidak takut siapapun. Aku ini keturunan Teuku Umar. Jagoan Rencong di daerah sini. FREDY Hamid, Teuku Hamid. Benarkah dirimu ? ……………… klik di sini untuk download naskah teater  selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
naskah drama PADANG BULAN

naskah drama PADANG BULAN

Lakon Remaja Tentang yang semestinya tetap ada namun melenyap dan sebaliknya PADANG BULAN Drama sederhana buat belia Karya Ucok Klasta Nominator Lomba Penulisan Naskah Remaja Jawa Timur 2006 TOKOH – TOKOH PADANG, BULAN, JEMBAR, KALANGAN, AKI, NINI / (SEKALIGUS) IBU LUGU, LUGU, PEJABAT PEMERINTAH KOTA, POLITIKUS (ANGGOTA DEWAN KOTA), BOSS (PENGUSAHA), PETUGAS KAMTIB ADEGAN I LAGU TEMA PADANG BULAN. LAMPU HIDUP. PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI. BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGILI TEMAN-TEMANNYA. BULAN Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo kumpuuul … ! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …! DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA. KOOR Aduhaaai …Betapa …! Bulan purnama …Ooo indahnya …! PADANG MASUK. PADANG Mana yang lain ? BULAN, PADANG Jembaaar …! Kalangaaan! JEMBAR MASUK. BULAN Kamu tak bersama kalangan, Jembar ? JEMBAR Tidak. BULAN, PADANG, JEMBAR Kalangaaan …! KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-TEMAN. KALANGAN HEI !!! BULAN, PADANG, JEMBAR Ora kageeet …Weee ! SEMUANYA TERTAWA. PADANG Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan? klik di sini untuk download naskah teater  

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra