NASKAH DRAMA Arloji

NASKAH DRAMA Arloji

Lakon Remaja Arloji Karya P. Hariyanto PARA PELAKU Jidul Anak laki-laki berumur 15 tahun Pak pikun Pembantu rumah tangga berumur sekitar 40 tahun ibu Nyonya rumah berumur sekitar 42 tahun Tritis Gadis berusia 18 tahun KISAH INI TERJADI DI SEBUAH KAMAR DEPAN KELUARGA YANG CUKUP TERPANDANG. TERDAPAT BERBAGAI PERLENGKAPAN YANG LAZIM DI KAMAR TAMU SEMACAM ITU, NAMUN YANG TERPENTING IALAH SEPERANGKAT MEJA DAN KURSI TAMU. PADA KIRA-KIRA PUKUL 09.00 DRAMA INI TERJADI. DENGAN PENUH KERIANGAN, SI JIDUL MEMBERSIHKAN MEJA DAN KURSI-KURSI. KEPALANYA MELENGGUT-LENGGUT, PANTATNYA BERGIDAL-GIDUL SEIRAMA DENGAN MUSIK DANGDUT YANG TERDENGAR MERIAH. JIDUL TERKEJUT KETIKA MUSIK MENDADAK BERHENTI. PAK PIKUN (muncul, langsung menuju ke arah Jidul) Ayo! Mana! Berikan kembali padaku!Ayo! Mana! JIDUL (ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang menyatakan ketidakmengertiannya) PAK PIKUN Jangan berlagak pilon! Siapa lagi kalau bukan kamu yang mengabilnya? Ayo, Jidul, kamu sembunyikan di mana, heh? JIDUL (ber-ah-uh, semakin bingung dan takut) PAK PIKUN Dasar maling! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah kambuh lagi, ya? Dasar nggak tahu diri! Ayo, kembalikan kepadaku! Mana, heh? JIDUL (meringkuk diam) PAK PIKUN (semakin keras suaranya) Jidul! Kamu mau kembalikan apa tidak? Mau insaf apa tidak? Apa mau ku panggilkan orang-orang sekampung untuk mencincangmu, heh? Kamu mau dipukuli seperti dulu lagi? Ayo, mana? IBU (Muncul tergesa-gesa) Eh, ada apa Pak Pikun? Ada apa dengan Jidul? PAK PIKUN Anak ini memang tidak pantas dikasihani, Bu. Dia mencuri lagi, Bu! IBU Mencuri? (tertegun). Kamu mencuri, Jidul? JIDUL (ber-ah-uh sambil menggoyang-goyangkan kepala dan tangannya) PAK PIKUN Mungkir, ya? Padahal jelas, Bu! Tadi saya mandi. Setelah itu, arloji saya tertinggal di kamar mandi. Lalu dia masuk, entah mengapa. Lalu tidak ada lagi arloji saya, Bu. IBU O, arloji Pak Pikun hilang, begitu? PAK PIKUN Bukan hilang, Bu! Jelas dicurinya! Ayo, ngaku saja! Kamu ngaku saja, Jidul! JIDUL (ber-ah-uh mencoba menjelaskan ketidaktahuannya) PAK PIKUN Masih mungkir? Minta ku pukul? IBU sabar, Pak Pikun! Sabar! PAK PIKUN Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri! Kamu baru mau ngaku kalau dipukul, ya? Sini! (Mau memukul si Jidul). SI JIDUL (Meloncat, lari ke luar dikejar oleh Pak Pikun) klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA MALIN -The End Scene

NASKAH DRAMA MALIN -The End Scene

Lakon Remaja MALIN -The End Scene Karya M.S. Nugroho CUPLIKAN NASKAH:  BADAI MENGGERAM, SUARA MALIN TERTAWA LANTANG. MALIN Tidak. Aku tidak punya bunda seperti kau! BUNDA Malin, dosa apa setan apa. Kau tak kenal bunda sebanyak bumi. Nyawamu tumbuh dari hembus nafasku. Wajahmu terpahat dari belai kasihku. Darahmu mengalirkan air susuku. Sudahlah. Jika kau bukan anakku, kembalilah ke kapalmu. Jika engkau benar anakku, kembalikan air susuku. Kembalikan. Jika kau tak mampu, jadilah saja kau batu! Batulah engkau, batulah engkau! MALIN Bunda, benarkah engkau itu Bunda? DALANG Duh, Bunda si Malin Kundang Telinga terbakar, hati berdarah Mulut mengutuk anak tersayang Langit keramat tersentak dan jadilah… PENYANYI Halilintar mencambuk lautan, maka kutukan jadilah perwujudan. BUNDA TERTAWA KESURUPAN DALANG Tapi sekejap kemudian sadarlah BUNDA. MALIN telah lenyap dari pandangan. Tinggal sebongkah batu kesepian. Air mata jadi rinai hujan. PENYANYI Tiga belas burung camar berputaran Dengan paruh teriakan bersahutan Kini udara menjadi mantra kutukan Terpendam dari senja kesedihan BUNDA Malin! Malin! Malin! Di manakah engkau, Anakku? Malin, apakah engkau mendengarku? Malin, jawablah. Sembunyi di mana, diam di mana, Anakku? Jawablah. Aku yakin, kau mendengarku. Tidak bisa tidak, kau pasti mendengar aku. Dengarlah. Peluklah Bunda kau sekarang. Katakan kau merindukan aku. Ayo lakukan. Kalau tidak, buat apa aku hidup. Aku menjaga nafasku untuk mencium kening kau. Kalau Bunda tak kau jawab, sia-sialah kuhirup nafasku sendiri. Dan baju sang maut akan lebih layak kukenakan. Upacara kematian di depan mata anaknya sendiri yang tak tahu diri. Kau lihat, Malin. Tongkat ini masih cukup tajam untuk menusuk jantung renta ini. Kau kuhitung sampai sembilan untuk datang kepadaku. Karena kau telah datang ke pangkuan bunda melalui sembilan bulan eraman rahimku. Bersiaplah, aku mulai menghitung dari angka paling akhir. Sembilan…. Malin, baiknya, maafkan Bunda. Bunda tak sengaja, Sayang. Ini tak sengaja. Ini seperti teriakan sakit ketika gigi susumu menggigit putingku. Aku sakit kepada diriku sendiri, bukan kepada kau. Delapan… Mana mungkin seorang ibu menyakiti anaknya. Untuk apa perjuangan melahirkan kau kuhapus sendiri dengan mengusir kau. Untuk apa Bunda mempertaruhkan nyawa kalau untuk membenci kau. Untuk apa Bunda membanting tulang untuk kau. Tujuh…. Kalau pada akhirnya harus mengutuk anaknya. Untuk apa? Malin, itu bukan Bunda. Sekarang, inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela kakinya berdarah-darah, naik-turun gunung, jutaan hasta untuk menatap wajahmu. Enam…. Inilah Bunda, Malin. Bunda yang sabar sendirian menunggu ratusan malam di tengah udara jahat dan tamparan hujan untuk menyambut kedatangan kapal kau. Lima…. Inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela mencium kaki kau dan bahkan berubah menjadi batu supaya kau tersenyum. Empat…. Bunda bersungguh-sungguh untuk membunuh diri jika kau tak menjawab, Malin. Tiga…. Apakah kau benar-benar telah menjadi batu? Telinga kau menjadi batu dan hati kau juga menjadi batu? Dua…. Sampai hitungan kesekian kau tidak juga menjawabku, Malin? Apakah Bunda terlalu hina untuk kau? Satu…. Ini sudah masuk hitungan terakhir. Kau di mana? Kau memang batu. Aku mengajari kau menjadi lautan, kau malah menjadi batu. Aku akan…. Ini detik terakhir…. Nol….Nol…. Nol…. Malin, kau sangat tega, ya? Ini kau sudah putuskan. Baiklah, mungkin ini yang terbaik. Bunda memang bersalah. Bunda memang telah mengutuk kau. (Mengoyak-ngoyak bajunya sendiri) Badan ini memang tak layak sebagai seorang bunda. Jantung ini memang baiknya diam selamanya untuk minta ampun pada kau. Bunda memang pantas mati untuk menebus kesalahan Bunda. Darah ini akan menjadi saksi. Nyawa ini untuk kau, Malin! BUNDA MENUSUK JANTUNGNYA SENDIRI. DALANG Duh, derita mana bisa kalahkan derita bunda Derita bunda karena kasih kepada putranya Dipalingkan dan dicampakkan putranya sendiri Putra yang tak menganggap bundanya lagi klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA Cahaya Rembulan

NASKAH DRAMA Cahaya Rembulan

Lakon Remaja Cahaya Rembulan oleh Rusmila DRAMATIC PERSONAE – Abdullah (Lelaki) – Fatimah – Aisyah – Hasan – Bi Inah – Lelaki Berjubah Putih – Bartender – Teman bartender – Sopir – Petugas rumah sakit PROLOG LELAKI ITU DUDUK SENDIRIAN DI SUDUT PUB DENGAN SEBATANG ROKOK YANG TERSELIP DI JEMARINYA. SEBENTAR-SEBENTAR BOLA MATANYA MENGERJAP SERAYA MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA, SEOLAH HENDAK MENGENYAHKAN PIKIRAN YANG MEMENUHI ISI KEPALANYA. INGIN IA LARI DARI SEMUA PERSOALAN, MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGALA MACAM BEBAN YANG MENDERA. AKAN TETAPI, LELAKI ITU TAK PERNAH BERHASIL. BABAK I DI PUB BAR ABDULLAH (Sambil setengah mabuk) Hei … bartender, tambaah lagi birnya! BARTENDER MENUANGKAN BIR KE GELAS LELAKI ITU LELAKI (Meneguk bir di gelasnya dengan sempoyongan) Ka … mu tau, siapa saya he … he? SAMBIL MENEPUK DADA. BARTENDER HANYA TERSENYUM LELAKI Sa … ya, sa … ya seorang lelaki sukses. Kamu, kamu tau, perusahaan saya besaaar sekali. Istri saya artis top. Anak-anak saya cantik dan ganteng. Saya punya uang banyak, berlimpah. BERDIRI SEMPOYONGAN. LELAKI ITU KEMBALI MEYODORKAN GELASNYA YANG SUDAH KOSONG. BARTENDER (Memegang bahu lelaki) Tuan sudah mabuk, sepuluh gelas sudah cukup, Tuan. Sebaiknya Tuan pulang saja. LELAKI (Menepis tangan bartender) Pulang …? Mabuk …? Akh, … kau gila. Aku tak mungkin mabuk. Aku ini …. LELAKI TERJATUH. SI BARTENDER DAN BEBERAPA PEGAWAI PUB ITU SEGERA MENGGOTONG LELAKI ITU KELUAR. MEREKA MENCARI SOPIR LELAKI ITU YANG SETIAP MALAM SETIA MENEMANINYA. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA Lidah Tak Bertulang

NASKAH DRAMA Lidah Tak Bertulang

Lakon Remaja LIDAH TAK BERTULANG Karya Drs. U. Nurochmat PELAKU 1. IRMA Pelajar SMP 2. ESTI Pelajar SMP 3. JANET Pelajar SMP 4. RENI Pelajar SMP (siswa baru) Drama berlangsung dengan latar di sebuah warung yang mangkal di pinggir jalan di depan sekolah. Namun warung tersebut masih tutup. Pagi itu cukup cerah ketika Lena, Esti, Janet, dan seorang siswi baru sedang duduk-duduk sambil berbincang-bincang. Irma datang tergopoh-gopoh karena kesiangan. ADEGAN I IRMA (heran melihat teman-temannya malah berkumpul di warung Pak Edi) Hei, kok, masih pada mejeng di sini? (memandang ke arah kiri panggung) lho, sekolah kita sepi? (Esti tidak jadi menjawab karena Irma langsung memotong) Sebentar-sebentar … (meletakkan telunjuk menyilang di bibirnya seraya berpikir) Ini pasti ulah guru-guru kita. (menatap satu persatu teman-temannya dengan hati-hati) Mereka sedang rapat, kan? ESTI Memangnya kemarin kamu tidak membaca pengumuman di mading? Ketua kelas kita saja mengumumkan di depan kelas. IRMA Gimana mau baca? Aku kan nggak masuk sekolah. JANET Makanya kalau sekolah yang rajin, sehingga tidak ketinggalan informasi. IRMA (Menyadari ada anak baru, Irma meliriknya) Ini siapa, ya? ESTI Oya, aku sampai lupa. Kenalkan, ini Reni. (pada siswi baru) Ren, kenalkan ini teman kita Irmawati. (Irma dan Reni bersalaman) RENI Reni Ambarsari. IRMA Irmawati. Kamu siswa baru di sini? (Reni mengangguk dengan ramah) Pindahan dari mana? RENI Aku pindah dari Bandung. Dari SMP Negeri 2. ESTI Kalian berbincang-bincang dulu, ya! Aku kangen sama toilet dulu. JANET Huh, dasar beser! (mengiringi kepergian Esti) klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Drama Mak Ada

Dhemit

Naskah Lakon DHEMIT Karya Heru Kesawa Murti (Gandrik) Diadaptasi oleh : Agus Suharjoko, S.Sn. PARA PEMAIN : PARA DHEMIT RAJEG WESI SULI WILWO GENDRUWO JIN POHON PREH EGRANG KUNTILANAK SAWAN SESEPUH DESA PEMBANTU SESEPUH DESA BAGIAN I POHON YANG TERSEBAR DILERENG BUKIT ITU DITEBANGI, MEMBUAT PARA DHEMIT PENGHUNI POHON ITU TERCERAI BERA, KACAU TAK KARUAN. TEMPAT TINGGAL MEREKA ITU TELAH DIGUSUR. DI DAERAH LERENG TERSEBUT AKAN SEGERA DIBANGUN KOMPLEKS PERUMAHAN. PARA DHEMIT AKHIRNYA LARI TUNGGANG LANGGANG, SEMENTARA TRAKTOR DN GERGJI MESIN TAK HENTINYA MENDERU, MERAUNG-RAUNG MEROBOHKAN POHON-POHON ITU DENGAN TAK PEDULI SAMA SEKALI. PARA DHEMIT MENGERANG, KECEWA, MARAH DAN TERANCAM. PARA DHEMIT (diucapkan koor) Paraketa malaekat, kalayan nambang sedaya rupa peksi. Nucuki lara utama impen ala umpamane sedaya yekti cinucuk sirna rampas, papas, wus titi…… TERDENGAR LAGI SUARA KACAU BALAU. KALI INI DIIKUTI OLEH KARYAWAN PROYEK PEMBUKAAN DAN PEMBANGUNAN KAWASAN ITU. SUARA ERANGAN YANG MENYAYAT HATI. PARA KARYAWAN ITU TIBA-TIBA TERSERANG SECARA MENDADAK. RAJEKWESI, KONTRAKTOR YANG MEMIMPIN PEMBUKAAN KAWASANITU TENGAH MENGHADAPI SULI, STAF AHLI YANG DIKONTRAK DAN DIPERCAYAINYA. RAJEKWESI TAMPAK TENGAH KACAU PIKIRANNYA. RAJEG WESI Suli! Edan, edan kamu. Kamu ini bukan juru tulis, tapi konsultan saya! Jadi tidak hanya cukup bermodalkan rajin saja. Kamu harus menerorkan otakmu yang cemerlang. Sebab selama ini, kamu itu tidak pernah memuaskan saya. SULI Oooooo………. jadi selama ini pak Rajeg belum pernah merasa puas ta. Ngomong pak Rajeg! RAJEG WESI Ya, kadang-kadang puas, tapi ya sering tidak. Sebab selama ini kamu belum pernah ikut memecahkan masalah proyek kita ini. Misalnya soal penduduk desa yang berbondong-bondong ke sini minta pekerjaan, kamu ikut menyelesaikan apa. Tidak! Terus soal pekerjaan pekerja yang mendadak sakit, soal pohon preh yang sulit ditebang, kamu ikut menyelesaikan apa? Juga tidak! SULI Pak Rajeg jangan hanya menyalahkan saya. Pak Rajeg tahu, tanah di sini ini labil. Mudah longsor. Saya sudah mengusulkan agar dibuat sistem terasering. Dan soal pohan preh itu memang sulit ditebang, meskipun sudah menggunakan traktor. RAJEG WESI Itu artinya kamu percaya dengan pemikiran penduduk desa! SULI Bukan begitu pak Rajeg. Kita sebagai orang baru di sini, sebaiknya kita menghargai pemikiran penduduk ini! klik di sini untuk download naskah teater  

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA MAK COMBLANG

NASKAH DRAMA Anak Wayang

Naskah teater Anak Wayang Karya  M. J. Widjaya BABAK I SENJAPUN MENGHAMPIRI DESA KENOK, MASUT SEDANG DUDUK DUDUK DI BALAI BAMBU DENGAN RUGUNYA MASUT Guru, terimakasih banyak atas ilmu yang berikan kepadaku, apalah artinya diriku andai tidak ada guru. GURU Masut, masut! Kamu harus tahu, barang siapa seseorang mempunyai ilmu walaupun sedikit harus diberikan kepada orang lain. TIBA TIBA ISTRI MASUT MEMBAWA TEH HANGAT ISTRI MASUT Akan lebih baik kalau mengobrol sambil meminum teh hangat GURU Bisa saja istri kamu! TIBA TIBA MUNCUL TIGA ORANG PENGAWAL KERAJAAN PENGAWAL 1 Maaf, guru! Ada perintah dari paduka raja yang harus saya beritahukan kepada guru GURU Katakanlah! PENGAWAL 1 Paduka raja perintahkan guru agar memberantas pemberontak di wilayah tetangga, karena banyak warga yang menderita dan mati MASUT Guru, perkenankan hamba yang pergi ke medan perang, karena sudah saatnya saya mengabdikan diri hamba untuk negara dan bangsa ini GURU Baiklah! GURU DAN TIGA MEMUNGGU DI HALAM DEPAN, MASUT DAN ISTRINYA DUDUK DI BALAI BALAI BAMBU, ISTRINYA MENANGIS ISTRINYA Kamu akan meninggalkan aku sendiri, kamu rela meninggalkan aku MASUT Tidak usah menangis dan bersedih! Aku akan kembali ISTRINYA Bagimana aku tahu kalau kamu selamat atau tidak MASUT   Kau akan tahu aku selamat atau tidak klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA JOKO SEMPRUL

NASKAH DRAMA JOKO SEMPRUL

JOKO SEMPRUL Karya: Puthut Buchori Di sebuah emperan pagar sekolah, duduk seorang pemuda berpakaian seragam sekolah (smu), dia tampak murung, sedih, gelisah. ditemani sebuah walkman yang sedang memutar lagu sedih, dia mulai berkisah tentang perjalanan hidupnya. JOKO SEMPRUL Nama saya Joko Semprul, umur 16 tahun, kelas satu SMU. Saya adalah salah satu korban kebrengsekan lingkungan. Selepas dari SMP sayapun lepas dari papa saya, karena papa punya kekasih baru, mama tidak mau tinggal serumah dengan papa. Saya kemudian ikut mama. Kasih sayang papa sejak saat itu hanya berujud uang, uang dan uang. Sejak saat itu juga hampir saya dan papa tak pernah ketemu. Karena mama berjuang sebagai single parent, akhirnya sayapun juga malah tak terurus. Saya mulai kalut saat itu, kesepian. Hingga akhirnya ada dua orang wanita misterius yang mengaku teman saya…. Datanglah dua orang wanita misterius mendekati joko semprul. WANITA 1 Imut.. imut… imut… adik manis jangan menagis, sedih ya ? Sedang berduka ya, kok bermuram durja ? klik di sini untuk download naskah teater  ini selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Kiamat Sudah Dekat

Kiamat Sudah Dekat – Naskah Islami

KIAMAT SUDAH DEKAT Karya : ABBAS MUSTAN BHANSALI PARA PELAKU 1. FREDY 2. TEUKU HAMID 3. BAPAK 4. MAMAK 5. CUT ZOHRA 6. TEMAN – 2 ZOHRA 7. ORANG 1 8. ORANG 2 9. ORANG 3 10. JHONY 11. WANITA 12. BANCI 13. GENG 1 14. GENG 2 15. GENG 3 16. ANAK BUAH JHONY 17. LETNAN 18. POLISI 1 19. POLISI 2 20. KYAI 21. MASYARAKAT ADEGAN PERTAMA DI SEBUAH PERKAMPUNGAN YANG SEDERHANA NAN ASRI DI WILAYAH PULAU SUMATERA. NAMPAKLAH BEBERAPA ORANG YANG SEDANG BERADA DI GARDU JAGA. DATANGLAH SEORANG LELAKI YANG BERPAKAIAN PERLENTE DARI KOTA UNTUK MENEMUI KELUARGANYA. FREDY Selamat malam, Bang. Apa benar disini daerah Lampulo ? ORANG 1 Ya, benar. Ada apa ya ? FREDY Saya kemari ingin menemui keluarga saya. Tapi sampai saat ini saya belum bertemu dengan mereka. ORANG 2 Rumahnya dimana ? Maksudnya alamat pastinya dimana ya ? FREDY Nah, itu makanya, saya tidak ingat lagi. Saya sudah lama tinggal di Jakarta. Hampir 20 tahun saya tidak pernah pulang ke kampung halaman. Tapi saya masih menyimpan fotonya. ORANG 3 Sebenarnya bapak ini asli sini ? Lalu yang dimaksud keluarganya itu adalah orangtua bapak sendiri ? FREDY Yach begitulah. ( Muncullah beberapa wanita muslimah ) ORANG 1 Assalaamu ‘alaikum, Akhwat ! ( Para wanita menjawab salam dengan ketakutan ) Wah … Apa perlu diantar pulangnya ? CUT ZOHRA Terima kasih bang, kami bisa pulang sendiri. ORANG 2 Ayolah ! Jangan sungkan-sungkan. Tidak baik lho menolak kebaikan seseorang. CUT ZOHRA Tidak usah bang. ( Memaksa para wanita ) Bang, jangan paksa saya. ( Meronta ). TEUKU HAMID Hey, lepaskan ! Jangan ganggu mereka ! ( Para wanita berlari ke dekat Teuku Hamid ). Kalian ini tidak bosan-bosannya menggoda wanita. Itu perbuatan dosa, mengerti. Berapa kali aku harus mengingatkan kalian. Apa perlu Rencong ini yang akan bicara ?! ( Kemudian para pemuda itu kabur sambil memberikan foto tsb ke Fredy ). Kenapa kau masih diam saja ? Menantang ya ! Aku tidak takut siapapun. Aku ini keturunan Teuku Umar. Jagoan Rencong di daerah sini. FREDY Hamid, Teuku Hamid. Benarkah dirimu ? ……………… klik di sini untuk download naskah teater  selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
naskah drama PADANG BULAN

naskah drama PADANG BULAN

Lakon Remaja Tentang yang semestinya tetap ada namun melenyap dan sebaliknya PADANG BULAN Drama sederhana buat belia Karya Ucok Klasta Nominator Lomba Penulisan Naskah Remaja Jawa Timur 2006 TOKOH – TOKOH PADANG, BULAN, JEMBAR, KALANGAN, AKI, NINI / (SEKALIGUS) IBU LUGU, LUGU, PEJABAT PEMERINTAH KOTA, POLITIKUS (ANGGOTA DEWAN KOTA), BOSS (PENGUSAHA), PETUGAS KAMTIB ADEGAN I LAGU TEMA PADANG BULAN. LAMPU HIDUP. PEKARANGAN DEPAN RUMAH AKI-NINI. BULAN MASUK PANGGUNG, BERTERIAK MEMANGGILI TEMAN-TEMANNYA. BULAN Hoooiii …Teman-temaaan …! Padaaang …! Jembaaar …! Kalangan …! Ayo kumpuuul … ! Malam bulan purnama betapa indahnya …! Jangan di rumah saja …! Mari kemari …! Bermain bersama di sini …! DARI BELAKANG PANGGUNG BERSAMA-SAMA. KOOR Aduhaaai …Betapa …! Bulan purnama …Ooo indahnya …! PADANG MASUK. PADANG Mana yang lain ? BULAN, PADANG Jembaaar …! Kalangaaan! JEMBAR MASUK. BULAN Kamu tak bersama kalangan, Jembar ? JEMBAR Tidak. BULAN, PADANG, JEMBAR Kalangaaan …! KALANGAN MASUK DENGAN DIAM-DIAM LANTAS BERTERIAK MENGAGETKAN TEMAN-TEMAN. KALANGAN HEI !!! BULAN, PADANG, JEMBAR Ora kageeet …Weee ! SEMUANYA TERTAWA. PADANG Nah, main apa kita sekarang ? Kejar-kejaran? Betengan? Gaprakan ? Tebak-tebakan? klik di sini untuk download naskah teater  

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Drama Raja Lapuk

Naskah Drama Raja Lapuk

Lakon Drama Remaja RAJA LAPUK PELAKU / PEMAIN : Maha Raja Permaisuri Patih Samik Saudagar kaya Caroline Springbed Sophia La Jubek SINOPSIS Disebuah kerajaan yang bernama Gemah Ripah, hiduplah seorang raja yang arif dan bijaksana bernama “Raja Samik”. Namun sayang seribu sayang sang raja yang sudah berumur ini, belum memiliki seorang permaisuri. Sehingga membuat maharaja dan ibu suri cemas yang akhirnya berinisiatif untuk mencarikan permaisuri untuk Bawela melalui sayembara yang disebarkan oleh sang patih. Setelah patih menyebarkan berita sayembara kepada para penduduk, akhirnya terdapat dua orang calon pendaftar. Calon yang pertama bernama Carollin Springbed yang memiliki ambisi yang besar untuk menjadi permaisuri. Dengan dukungan teman-temannya ia semakin optimis. Apalagi dia memiliki ibu seorang saudagar kaya. Namun Carollin kurang yakin bahwa ia dapat memenangkan sayembara. Akhirnya sang saudagar mendapatkan solusi yaitu melalui calo kerajaan yang sudah lama dikenalnya. Pendaftar ke 2 adalah Sophia Lu . Setelah si Caroline mendaftar, melalui calo akhirnya si Caroline bertemu dengan Sophia Lu Jubek, Akhirnya terjadi perseteruan dan pertengkaran karena si Caroline tidak ingin mengikuti Sayembara karena mereka anak orang-orang miskin. Kemudian si patih datang dan melerai pertengkaran dan mempersiapkan penyelenggaraan sayembara. Akhirnya Raja, Maha Raja, dan Ibu Suri tiba dan meminta sayembara segera dimulai. Akhirnya ketiga pendaftar menunjukkan semua kelebihannya dalam hal menari. Setelah semua peserta selesai menunjukkan semua kebolehannya akhirnya Raja Bawela menentukan keputusan meskipun pada awalnya merasa bingung. Sang raja memilih untuk berkelana mencari calon permaisuri yang bisa memikat hatinya. KONSEP CERITA Cerita “Hikayat Raja Lapuk” merupakan suatu cerita yang menggunakan konsep drama komedi dengan lebih menonjolkan sisi komoditinya. Cerita ini mengisahkan mengenai Raja Samik, yang mencari seorang permaisuri dengan jalan mengadakan sayembara. Dari sayembara yang diadakan raja tersebut diikuti oleh 2 pendaftar. Akan tetapi, dari keduanya tidak ada yang dipilih Raja Bawela karena tidak ada yang cocok dan beliau memilih untuk berkelana. Kami mengambil konsep drama komedi dengan lebih menonjolkan sisi komedinya dengan tujuan untuk menyuguhkan tontonan yang menyegarkan agar dapat menghibur para pemirsa. Adapun pesan yang ingin kami sampaikan lewat cerita “Hikayat Raja Lapuk” ini adalah kita hendaknya selalu berhati-hati dalam memilih pasangan hidup serta jangan mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan suatu masalah. klik di sini untuk download naskah teater

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra