TANPA CELANA AKU DATANG MENJEMPUTMU Karya: Joko Pinurbo

TANPA CELANA AKU DATANG MENJEMPUTMU Karya: Joko Pinurbo

TANPA CELANA AKU DATANG MENJEMPUTMU Karya: Joko Pinurbo :Wibi Empat puluh tahun yang lampau kutinggalkan kau di kamar mandi, dan aku pun pergi merantau di saat kau masih hijau. Kau menangis: “Pergilah kau, kembalilah kau!” Kini, tanpa celana, aku datang menjemputmu di kamar mandi yang bertahun-tahun mengasuhmu. Seperti pernah kau katakan dalam suratmu, “Jemputlah aku malam Minggu, bawakan aku celana baru.” Di kamar mandi yang remang-remang itu kau masih suntuk membaca buku. Kaulepas kacamatamu dan kau terpana melihatku tanpa celana. Sebab celanaku tinggal satu dan seluruhnya kurelakan untukmu. “Hore, aku punya celana baru!” kau berseru. Kupeluk tubuhmu yang penuh goresan waktu. (2002) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »
NAIK BUS DI JAKARTA Karya: Joko Pinurbo

NAIK BUS DI JAKARTA Karya: Joko Pinurbo

NAIK BUS DI JAKARTA Karya: Joko Pinurbo – untuk Clink Sopirnya sepuluh, kernetnya sepuluh, kondekturnya sepuluh, pengawalnya sepuluh, perampoknya sepuluh. Penumpangnya satu, kurus, dari tadi tidur melulu; kusut matanya, kerut keningnya seperti gambar peta yang ruwet sekali. Sampai di terminal kondektur minta ongkos: “Sialah, belum bayar sudah mati!” (1999) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »
KEPADA CIUM Karya: Joko Pinurbo

KEPADA CIUM Karya: Joko Pinurbo

KEPADA CIUM Karya: Joko Pinurbo Seperti anak rusa menemukan sarang air di celah batu karang tersembunyi, seperti gelandangan kecil menenggak sebotol mimpi di bawah rindang matahari, malam ini aku mau minum di bibirmu. Seperti mulut kata mendapatkan susu sepi yang masih hangat dan murni, seperti lidah doa membersihkan sisa nyeri pada luka lambung yang tak terobati. (2006) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »
DI PERJAMUAN Karya: Joko Pinurbo

PUISI DI PERJAMUAN Karya: Joko Pinurbo

DI PERJAMUAN Karya: Joko Pinurbo Aku tak akan minta anggur darahMu lagi. Yang tahun lalu saja belum habis, masih tersimpan di kulkas. Maaf, aku sering lupa meminumnya, kadang bahkan lupa rasanya. Aku belum bisa menjadi pemabuk yang baik dan benar, Sayang. (2006) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »
PUISI PATROLI Karya: Joko Pinurbo

PUISI PATROLI Karya: Joko Pinurbo

PATROLI Karya: Joko Pinurbo Iring-iringan panser mondar-mandir di jalur-jalur rawan di seantero sajakku. Di sebuah sudut yang agak gelap komandan melihat kelebat seorang demonstran yang gerak-geriknya dianggap mencurigakan. Pasukan disiagakan dan diperintahkan untuk memblokir setiap jalan. Semua mendadak panik. Kata-kata kocar-kacir dan tiarap seketika. Komandan berteriak, “Kalian sembunyikan di mana penyair kurus yang tubuhnya seperti jerangkong itu? Pena yang baru diasahnya sangat tajam dan berbahaya.” Seorang peronda memberanikan diri angkat bicara, “Dia sakit perut, Komandan, lantas terbirit-birit ke dalam kakus. Mungkin dia lagi bikin aksi di sana.” “Sialan!” umpat komandan geram sekali, lalu memerintahkan pasukan melanjutkan patroli. Di huruf terakhir sajakku si jerangkong itu tiba-tiba muncul dari dalam kakus sambil menepuk-nepuk perutnya. “Lega,” katanya. Maka kata-kata yang tadi gemetaran serempak bersorak dan merapatkan diri ke posisi semula. Di kejauhan terdengar letusan, api sedang melahap dan menghanguskan mayat-mayat korban. (1998) Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »