PUISI GUSMUS : Doa

Doa Oleh: KH A Mustofa Bisri Kawan-kawan Indonesia Optimis akan menyelenggarakan 17an secara virtual/digital. Aku diminta ikut terlibat baca doa, maka anakku Bisri Mustofa pun merekam doaku ini: Ya Allah ya Tuhan kami, Wahai Keindahan yang menciptakan sendiri segala yang indah, Wahai Pencipta yang melimpahkan sendiri segala anugerah Wahai Maha Pemurah yang telah menganugerahi kami negeri sangat indah dan bangsa yang menyukai keindahan, Ya Allah yang telah memberi kami kemerdekaan yang indah, Demi nama-nama agungMu yang maha indah Demi sifat-sifat suciMu yang maha indah Demi ciptaan-ciptaanMu yang serba indah Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami kepekaan menangkap dan mensyukuri keindahan anugerahMu. Keindahan merdeka dan kemerdekaan Keindahan hidup dan kehidupan Keindahan manusia dan kemanusiaan Keindahan kerja dan pekerjaan Keindahan sederhana dan kesederhanaan Keindahan kasih sayang dan saling menyayang Keindahan kebijaksanaan dan keadilan Keindahan rasa malu dan tahu diri Keindahan hak dan kerendahan hati Keindahan tanggung jawab dan harga diri Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami kemampuan mensyukuri nikmat anugerahMu dalam sikap-sikap indah yang Engkau ridlai Selamatkanlah jiwa-jiwa kami dari noda-noda yang mencoreng keindahan martabat kami Pimpinlah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami ke jalan indah menuju cita-cita indah kemerdekaan kami Kuatkanlah lahir batin kami untuk melawan godaan keindahan-keindahan imitasi yang menyeret diri-diri kami dari keindahan sejati kemanusiaan dan kemerdekaan kami Merdekakanlah kami dari belenggu penjajahan apa saja selain penjajahanMu termasuk penjajahan diri kami sendiri Kokohkanlah jiwa raga kami untuk menjaga keindahan negeri kami. Ya Malikal Mulki Ya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa Jangan kuasakan atas kami –karena dosa-dosa kami– penguasa-penguasa yang tak takut kepadaMu dan tak mempunyai belas kasihan kepada kami. Anugerahilah bangsa kami pemimpin yang hatinya penuh dengan keindahan cahaya kasihsayangMu sehingga kasihsayangnya melimpahruahi rakyatnya Jangan Engkau berikan kepada kami pemimpin Yang merupakan isyarat kemurkaanMu atas bangsa kami Wahai Maha Cahya di atas segala cahya Pancarkanlah cahyaMu di mata dan pandangan kami Pancarkanlah cahyaMu di telinga dan pendengaran kami Pancarkanlah cahyaMu di mulut dan perkataan kami Pancarkanlah cahyaMu di hati dan keyakinan kami Pancarkanlah cahyaMu di pikiran dan sikap kami Pancarkanlah cahyaMu di kanan dan kiri kami Pancarkanlah cahyaMu di atas dan bawah kami Pancarkanlah cahyaMu di dalam diri kami Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya Agar kami dapat menangkap keindahan ciptaanMu dan meresapinya dapat menangkap keindahan anugerahMu dan mensyukurinya Agar kami dapat menangkap keindahan jalan lurusMu dan menurutinya dapat menangkap keburukan jalan sesat setan dan menghindarinya Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya Agar kami dapat menangkap keindahan kebenaran dan mengikutinya dapat menangkap keburukan kebatilan dan menjauhinya Agar kami dapat menangkap keindahan kejujuran dan menyerapnya dapat menangkap keburukan kebohongan dan mewaspadainya Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya Sirnakan dan jangan sisakan sekelumit pun kegelapan di batin kami. Ya Maha Cahya di atas segala cahya Jangan biarkan sirik dan dengki hasut dan benci ujub dan takabur kejam dan serakah dusta dan kemunafikan gila dunia dan memuja diri lupa akherat dan takut mati serta bayang-bayang hitam lainnya menutup pandangan mata-batin kami dari keindahan wajahMu. menghalangi kami mendapatkan kasihMu menghambat sampai kami kepadaMu. Ya Allah ya Tuhan kami, Ampunilah dosa-dosa kami Dosa-dosa para pemimpin dan bangsa kami Merdekakanlah kami dan kabulkanlah doa kami. Amin.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : SELAMAT IDUL FITRI

SELAMAT IDUL FITRI Oleh: KH A Mustofa Bisri selamat idul fitri, bumi maafkan kami selama ini tidak semena-mena kami memerkosamu selamat idul fitri, langit maafkan kami selama ini tidak henti-hentinya kami mengelabukanmu selamat idul fitri, mentari maafkan kami selama ini tidak bosan-bosan kami mengaburkanmu selamat idul fitri, laut maafkan kami selama ini tidak segan-segan kami mengeruhkanmu selamat idul fitri, burung-burung maafkan kami selama ini tidak putus-putus kami membrangusmu selamat idul fitri, tetumbuhan maafkan kami selama ini tidak puas-puas kami menebasmu selamat idul fitri, para pemimpin maafkan kami selama ini tidak habis-habis kami membiarkanmu selamat idul fitri, rakyat maafkan kami selama ini tidak sudah-sudah kami mempergunakanmu.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : NASIHAT RAMADHAN (BUAT MUSTOFA BISRI)

NASIHAT RAMADHAN (BUAT MUSTOFA BISRI) Oleh: KH A Mustofa Bisri Mustofa, Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan Ramadlan bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang menggerakkan lidahmu begitu. Mustofa, Ramadlah adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya untukNya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya kepadamu. Semua yang khusus untukNya khusus untukmu. Mustofa, Ramadlan adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu dan bulanmu serahkanlah semata-mata padaNya. Bersucilah untukNya. Bersalatlah untukNya. Berpuasalah untukNya. Berjuanglah melawan dirimu sendiri untukNya. Sucikan kelaminmu. Berpuasalah. Sucikan tanganmu. Berpuasalah. Sucikan mulutmu. Berpuasalah. Sucikan hidungmu. Berpuasalah. Sucikan wajahmu. Berpuasalah. Sucikan matamu. Berpuasalah. Sucikan telingamu. Berpuasalah. Sucikan rambutmu. Berpuasalah. Sucikan kepalamu. Berpuasalah. Sucikan kakimu. Berpuasalah. Sucikan tubuhmu. Berpuasalah. Sucikan hatimu. Sucikan pikiranmu. Berpuasalah. Sucikan dirimu. Mustofa, Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering yang mengingatkan kedlaifan dan melembutkan rasa. Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa. Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahan sedikit berpuasa tapi hanya kau yang tahu hasrat dikekang untuk apa dan siapa. Puasakan kelaminmu untuk memuasi Ridla Puasakan tanganmu untuk menerima Kurnia Puasakan mulutmu untuk merasai Firman Puasakan hidungmu untuk menghirup Wangi Puasakan wajahmu untuk menghadap Keelokan Puasakan matamu untuk menatap Cahaya Puasakan telingamu untuk menangkap Merdu Puasakan rambutmu untuk menyerap Belai Puasakan kepalamu untuk menekan Sujud Puasakan kakimu untuk menapak Sirath Puasakan tubuhmu untuk meresapi Rahmat Puasakan hatimu untuk menikmati Hakikat Puasakan pikiranmu untuk menyakini Kebenaran Puasakan dirimu untuk menghayati Hidup. Tidak. Puasakan hasratmu hanya untukHadliratNya! Mustofa, Ramadlan bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu. Tapi bukankah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian keserakahan ujub riya takabur dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari comberan hatimu? Mustofa, inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati. Mustofa, Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi kau puja selama ini. Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini seperti Ramadlan-ramadlan yang lalu.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Selamat Tahun Baru Kawan

Selamat Tahun Baru Kawan Oleh: KH A Mustofa Bisri Kawan, sudah tahun baru lagi Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya Kawan siapakah kita ini sebenarnya? Muslimkah, mukminin, muttaqin, kholifah Allah, umat Muhammadkah kita? Khoirul ummatinkah kita? Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi Hanya budak perut dan kelamin Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan Lebih pipih dari kain rok perempuan Betapapun tersiksa, kita khusyuk didepan masa Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug,atau pernyataan setia pegawai rendahan saja. Kosong tak berdaya. Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda. Doa kita sesudahnya justru lebih serius memohon enak hidup di dunia dan bahagia dis urga. Puasa kita rasanya sekadar mengubah jadual makan minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat, ketika datang rasa lapar atau haus. Kita manggut manggut, ooh…beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat. Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia-sia Kalaupun terkeluarkan, harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya Tuhan menggantinya lipat ganda Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil dan dosa besar. Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi “HAJI” Kawan, lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-Nya atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya, mensiasati dunia khalifahnya, Kawan, tak terasa kita semakin pintar, mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,mengacau dan menipu demi keselamatan Memukul, mencaci demi pendidikan Berbuat semaunya demi kemerdekaan Tidak berbuat apa apa demi ketenteraman Membiarkan kemungkaran demi kedamaian pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik. Lalu bagaimana para cendekiawan, seniman, mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi Jangan ganggu mereka Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya Para seniman sedang merenungkan apa saja Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa Para pemimpin sedang mengatur semuanya Biarkan mereka di atas sana Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Agama

Agama Oleh: KH A Mustofa Bisri Agama adalah kereta kencana yang disediakan Tuhan untuk kendaraan kalian berangkat menuju hadiratNya Jangan terpukau keindahannya saja Apalagi sampai dengan saudara-saudara sendiri bertikai berebut tempat paling depan Kereta kencana cukup luas untuk semua hamba yang rindu Tuhan Berangkatlah! Sejak lama Ia menunggu kalian

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Orang Kecil Orang Besar

Orang Kecil Orang Besar Oleh: KH A Mustofa Bisri Suatu hari yang cerah Di dalam rumah yang gerah Seorang anak yang lugu Sedang diwejang ayah-ibunya yang lugu Ayahnya berkata: “Anakku, Kau sudah pernah menjadi anak kecil Janganlah kau nanti menjadi orang kecil!” “Orang kecil kecil peranannya Kecil perolehannya,” tambah si ibu “Ya,” lanjut ayahnya “Orang kecil sangat kecil bagiannya Anak kecil masih mendingan Rengeknya didengarkan Suaranya diperhitungkan Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan Suaranya tak suara.” Sang ibu ikut wanti-wanti: “Betul, jangan sekali-kali jadi orang kecil Orang kecil jika jujur ditipu Jika menipu dijur Jika bekerja digangguin Jika mengganggu dikerjain.” Ayah dan ibu berganti-ganti menasehati: “Ingat, jangan sampai jadi orang kecil Orang kecil jika ikhlas diperas Jika diam ditikam Jika protes dikentes Jika usil dibedil.” “Orang kecil jika hidup dipersoalkan Jika mati tak dipersoalkan.” “Lebih baik jadilah orang besar Bagiannya selalu besar.” “Orang besar jujur-tak jujur makmur Benar-tak benar dibenarkan Lalim-tak lalim dibiarkan.” “Orang besar boleh bicara semaunya Orang kecil paling jauh dibicarakan saja.” “Orang kecil jujur dibilang tolol Orang besar tolol dibilang jujur Orang kecil berani dikata kurangajar Orang besar kurangajar dikata berani.” “Orang kecil mempertahankan hak disebut pembikin onar Orang besar merampas hak disebut pendekar.” Si anak terus diam tak berkata-kata Namun dalam dirinya bertanya-tanya: “Anak kecil bisa menjadi besar Tapi mungkinkah orang kecil Menjadi orang besar?” Besoknya entah sampai kapan si anak terus mencoret-coret dinding kalbunya sendiri: “O r a n g k e c i l ? ? ? O r a n g b e s a r ! ! !”

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Negeri Sulapan

Negeri Sulapan Oleh: KH. A Mustofa Bisri pulang dari negeri kecil di timur tengah dengan kagum kang sobari bercerita bak alfu-lailah-walailah tentang tanah gersang yang disulap menjadi taman sari yang asrioleh orang-orang badui tentang bangsa nomad yang menjadi majikan terhormat luar biasa, dahsyat! masih kalah dengan kita disini, kataku disini sorga disulap sekejap menjadi neraka raja-raja adiguna menjadi budak-budak hina-hina zamrud katulistiwa menjadi tinja dimana-mana

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Merata

Merata Oleh: KH A Mustofa Bisri hujan merata kemarau merata dingin merata panas merata kebodohan merata narkoba merata maksiat merata korupsi merata keangkuhan merata kemiskinan merata kekerasan merata kebencian merata bencana merata

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Negeri Haha Hihi

Negeri Haha Hihi Oleh: KH A Mustofa Bisri Bukan karena banyaknya grup lawak, maka negriku selalu kocak Justru grup – grup lawak hanya mengganggu dan banyak yang bikin muak Negeriku lucu, dan para pemimpinnya suka mengocok perut Banyak yang terus pamer kebodohan dengan keangkuhan yang menggelikan Banyak yang terur pamer keberanian dengan kebodohan yang mengharukan Banyak yang terus pamer kekerdilan dengan teriakan yang memilukan Banyak yang terus pamer kepengecutan dengan lagak yang memuakkan. Ha ha … Penegak keadilan jalannya miring Penuntut keadilan kepalanya pusing Hakim main mata dengan maling Wakil rakyat baunya pesing. Hi hi … Kalian jual janji – janji untuk menebus kepentingan sendiri Kalian hafal pepatah-petitih untuk mengelabui mereka yang tertindih Pepatah petitih, ha ha … Anjing menggonggong kafilah berlalu, Sambil menggonggong kalian terus berlalu Ha ha, hi hi … Ada udang dibalik batu, Otaknya udang kepalanya batu Ha ha, hi hi Sekali dayung dua pulau terlampaui Sekali untung dua pulau terbeli Ha ha, hi hi Gajah mati meninggalkan gading Harimau mati meninggalkan belang kalian mati meninggalkan hutang Ha ha, hi hi Hujan emas dinegeri orang, hujan batu dinegri sendiri, Lebih baik yuk hujan – hujanan caci maki. Ha ha, hi hi

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Sang Pemimpin Pemberani

Sang Pemimpin Pemberani Oleh: KH A Mustofa Bisri Untuk: GD Seorang pemimpin pemberani datang sendiri mengawal bukan dikawal umatnya Ketika banyak pemimpin membela diri sendiri Dengan berlindung pada laskar dan atasnama Seorang pemimpin pemberani datang sendiri Membela kaum lemah hanya dengan keyakinan dan doa Dia tidak menggula di hadapan sesama Karena dia tak menyukai kepalsuan Dia tidak mencari muka di hadapan Tuhan Karena dia tahu bahwa Tuhannya Maha Tahu segala Dihina dan dilecehkan pemimpin pemberani memaafkan Tanpa sedikit pun kebencian Karena di hatinya hanya ada cinta dan Tuhan.

BACA SELANJUTNYA »