PUISI GUSMUS : Bangsa Ini

Bangsa Ini Oleh: KH A Mustofa Bisri Inilah bangsa pemberani tanpa tandingan Bangsa yang tak takut hutang tak takut ngemplang Tak takut ejekan tak takut tudingan Tak takut asap Tak takut api Tak takut suap Tak takut upeti Tak takut korupsi Tak takut kolusi Tak takut polisi Tak takut demonstrasi Tak takut mencuri tak takut diadili Tak takut mencaci tak takut dibenci Tak takut riba tak takut memangsa Tak takut narkoba tak takut rajasinga Tak takut berselingkuh Tak takut dituduh Tak takut kuwalat Tak takut dilaknat Inilah bangsa pemberani tanpa tandingan Tak takut setan tak takut Tuhan Bangsa ini hanya takut pada ketombe Tak peraya ujaran Jawa hidup hanya mampir ngombe Bangsa ini, bangsa apa?

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Tanggal-Tanggal Yang Tanggal

Tanggal-Tanggal Yang Tanggal Oleh: Kh A Mustofa Bisri hampi selalu tak terasa seperti yang lalu tanggal-tanggal satu-satu tanggal seperti bulan-bulan saru-satu tanggal dari penanggalan semua bertanggalan menyisakan penyesalan lalu lalai dan lupa membawa kepada pengulangan lalai dan lupa membawa kepada pengulangan pengulangan dan pengulangan lalai dan lupa mengobati luka yang pernah menganga lalai dan lupa bahkan mengajak berpesta menyambut berkurangnya usia o, tak terasa kita berjalan seperti asal berjalan peta dan kompas selalu terabaikan sebentar kaget oleh perubahan penanggalan yang berubah satu angka ke depan o, malangnya badan yang tiba-tiba terhenti di tengah jalan oleh lelah berputar-putar tanpa tujuan atau mati tersesat di persimpangan wahai, jangan ucapkan selamat kepada nasib yang belum tentu selamat berbelasungkawalah kepada usia yang jelas lepas sia-sia!

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Bagaimana Aku Menirumu, O Kekasihku

Bagaimana Aku Menirumu, O Kekasihku Oleh: KH A Mustofa Bisri Bagaimana aku menirumu, o kekasihku Engkau mentari Aku bumi malam hari Bila tak kau sinari Dari mana cahaya akan kucari? Bagaimana aku menirumu, o kekasihku Engkau purnama yang menebarkan senyum kemana-mana Aku pekat malam tanpa rona Bagaimana aku menirumu, o kekasihku Engkau mata air Aku di muara Dimana kucari jernihmu Bagaimana aku menirumu, o kekasihku Engkau samudra Aku di pantai Hanya termangu Engkau merdeka Aku terbelenggu Engkau ilmu Aku kebodohan Engkau bijaksana Aku semena-mena Diammu tafakkur Diamku mendengkur Bicaramu pencerahan Bicaraku ocehan Engkau memberi Aku meminta Engkau mengajak Aku memaksa Engkau kaya dari dalam Aku miskin luar-dalam Miskin bagimu adalah pilihan Miskin bagiku adalah keterpaksaan Bagaimana aku menirumu, o kekasihku

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Negeriku

Negeriku Oleh: KH A Mustofa Bisri mana ada negeri sesubur negeriku? sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung perabot-perabot orang kaya didunia dan burung-burung indah piaraan mereka berasal dari hutanku ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku emas dan perak perhiasan mereka digali dari tambangku air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku mana ada negeri sekaya negeriku? majikan-majikan bangsaku memiliki buruh-buruh mancanegara brankas-brankas ternama di mana-mana menyimpan harta-hartaku negeriku menumbuhkan konglomerat dan mengikis habis kaum melarat rata-rata pemimpin negeriku dan handai taulannya terkaya di dunia mana ada negeri semakmur negeriku penganggur-penganggur diberi perumahan gaji dan pensiun setiap bulan rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan rampok-rampok dibri rekomendasi dengan kop sakti instansi maling-maling diberi konsesi tikus dan kucing dengan asyik berkolusi

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat

Kalau Kau Sibuk Kapan Kau Sempat Oleh: KH A Mustofa Bisri Kalau kau sibuk berteori saja Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori? Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja Kapan kau memanfaatkannya? Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja Kapan kau sempat menikmati hidup? Kalau kau sibuk menikmati hidup saja Kapan kau hidup? Kalau kau sibuk dengan kursimu saja Kapan kau sempat memikirkan pantatmu? Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja Kapan kau menyadari joroknya? Kalau kau sibuk membodohi orang saja Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu? Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja Kapan orang lain memanfaatkannya? Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu? Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja Kapan kau pintar? Kalau kau sibuk mencela orang lain saja Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya? Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja Kapan kau menyadari celamu sendiri? Kalau kau sibuk bertikai saja Kapan kau sempat merenungi sebab pertikaian? Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja Kapan kau akan menyadari sia-sianya? Kalau kau sibuk bermain cinta saja Kapan kau sempat merenungi arti cinta? Kalau kau sibuk merenungi arti cinta saja Kapan kau bercinta? Kalau kau sibuk berkhutbah saja Kapan kau sempat menyadari kebijakan khutbah? Kalau kau sibuk dengan kebijakan khutbah saja Kapan kau akan mengamalkannya? Kalau kau sibuk berdzikir saja Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikir? Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja Kapan kau kan mengenalNya? Kalau kau sibuk berbicara saja Kapan kau sempat memikirkan bicaramu? Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja Kapan kau mengerti arti bicara? Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja Kapan kau sempat berpuisi? Kalau kau sibuk berpuisi saja Kapan kau memuisi? Kalau kau sibuk dengan kulit saja Kapan kau sempat menyentuh isinya? Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja Kapan kau sampai intinya? Kalau kau sibuk dengan intinya saja Kapan kau memakrifati nya-nya? Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja Kapan kau bersatu denganNya? Kalau kau sibuk bertanya saja Kapan kau mendengar jawaban?

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Negeri Kekeluargaan

Negeri Kekeluargaan Oleh: KH A Mustofa Bisri meski kalian tidak bersaksi sejarah pasti akan mencatat dengan huruf-huruf besar bukan karena inilah negeri bagai zamrud yang amat indah bukan karena inilah negeri dengan kekayaan yang melimpah dan rakyat paling ramah tapi karena kalian telah membuatnya menjadi negeri paling unik di dunia kalian buat norma-norma sendiri yang unik aturan-aturan sendiri yang unik perilaku-perilaku sosial sendiri yang unik budaya yang lain dari yang lain kalian buat bangsa negeri ini tampil beda dari bangsa-bangsa lain di muka bumi kehidupan penuh makna kekeluargaan yang harmonis, seragam dan serasi dengan demokrasi keluarga yang manis, rukun dan damai dalam sistem negeri kekeluargaan bapak sebagai kepala rumahtangga memimpin dan mengatur segalanya sampai akhir hayatnya bagi kepentingan keluarganya kepentingan keluarga adalah kepentingan semua kepentingan keluarga adalah kepentingan bangsa dan negara keluarga harus sejahtera dan semua harus mensejahterakan keluarga demi kesejahteraan dan kemakmuran keluarga kepala keluarga berhak menentukan siapa-siapa termasuk keluarga berhak memutuskan dan membatalkan keputusan berhak mengatasnamakan siapa saja berhak mengumumkan dan menyembunyikan apa saja kepala keluarga demi keluarga berhak atas laut dan dan udara berhak atas air dan tanah berhak atas sawah dan ladang berhak atas hutan dan padang berhak atas manuasia dan binatang sejarah pasti akan menulis dengan huruf-huruf besar bahwa di suatu kurun waktu yang lama pernah ada negeri kekeluargaan yang sukses membina dan mempertahankan kemakmuran dan kebahagiaan keluarga

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Gelisahku

Gelisahku KH A Mustofa Bisri gelisahku adalah gelisah purba adam yang harus pergi mengembara tanpa diberitahu kapan akan kembali bukan sorga benar yang kusesali karena harus kutinggalkan namun ngungunku mengapa kau tinggalkan aku sendiri sesalku karena aku mengabaikan kasihmu yang agung dan dalam kembaraku di mana kuperoleh lagi kasih sepersejuta saja kasihmu jauh darimu semakin mendekatkanku kepadamu cukup sekali, kekasih tak lagi, tak lagi sejenak pun aku berpaling biarlah gelisahku jadi dzikirku

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Diterbangkan Takdir

Diterbangkan Takdir Oleh: KH A Mustofa Bisri diterbangkan takdir aku sampai negeri-negeri beku wajah-wajah dingin bagai mesin menyambutku tanpa menyapa kutelusuri lorong-lorong sejarah hingga kakiku kaku untung teduh wajahmu memberiku istirah hangat matamu mendamaikan resahku maka kulihat bunga-bunga sebelum musimnya gemuruh mesin terdengar bagai air terjun dan guguran daun-daun meruap aroma dusun maka dengan sendirinya kusebut namamu dan terus kusebut namamu aku ingin kasih, melanjutkan langkahku.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Puisi Islam

Puisi Islam KH A Mustofa Bisri Islam agamaku nomor satu di dunia Islam benderaku berkibar di mana-mana Islam tempat ibadahku mewah bagai istana Islam tempat sekolahku tak kalah dengan yang lainnya Islam sorbanku Islam sajadahku Islam kitabku Islam podiumku kelas exclussive yang mengubah cara dunia memandangku Tempat aku menusuk kanan kiri Islam media massaku Gaya komunikasi islami masa kini Tempat aku menikam sana sini Islam organisasiku Islam perusahaanku Islam yayasanku Islam istansiku , menara dengan seribu pengeras suara Islam muktamarku, forum hiruk pikuk tiada tara Islam bursaku Islam warungku hanya menjual makanan sorgawi Islam supermarketku melayani segala keperluan manusiawi Islam makananku Islam teaterku menampilkan karakter-karakter suci Islam festifalku memeriahkan hari-hari mati Islam kaosku Islam pentasku Islam seminarku, membahas semua Islam upacaraku, menyambut segala Islam puisiku, menyanyikan apa saja Tuhan Islamkah aku?

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Kaum Beragama Negri Ini

Kaum Beragama Negri Ini KH A Mustofa Bisri Tuhan, lihatlah betapa baik kaum beragama negeri ini mereka tak mau kalah dengan kaum beragama lain di negeri-negeri lain. Demi mendapatkan ridhomu mereka rela mengorbankan saudara-saudara mereka untuk merebut tempat terdekat disisiMu mereka bahkan tega menyodok dan menikam hamba-hambaMu sendiri demi memperoleh RahmatMu mereka memaafkan kesalahan dan mendiamkan kemungkaran bahkan mendukung kelaliman Untuk membuktikan keluhuran budi mereka, terhadap setanpun mereka tak pernah berburuk sangka Tuhan, lihatlah betapa baik kaum beragama negeri ini mereka terus membuatkanmu rumah-rumah mewah di antara gedung-gedung kota hingga di tengah-tengah sawah dengan kubah-kubah megah dan menara-menara menjulang untuk meneriakkan namaMu menambah segan dan keder hamba-hamba kecilMu yang ingin sowan kepadaMu. NamaMu mereka nyanyikan dalam acara hiburan hingga pesta agung kenegaraan. Mereka merasa begitu dekat denganMu hingga masing-masing merasa berhak mewakiliMu. Yang memiliki kelebihan harta membuktikan kedekatannya dengan harta yang Engkau berikan Yang memiliki kelebihan kekuasaan membuktikan kedekatannya dengan kekuasaannya yang Engkau limpahkan. Yang memiliki kelebihan ilmu membuktikan kedekatannya dengan ilmu yang Engkau karuniakan. Mereka yang engkau anugerahi kekuatan sering kali bahkan merasa diri Engkau sendiri Mereka bukan saja ikut menentukan ibadah tetapi juga menetapkan siapa ke sorga siapa ke neraka. Mereka sakralkan pendapat mereka dan mereka akbarkan semua yang mereka lakukan hingga takbir dan ikrar mereka yang kosong bagai perut bedug. Allah hu akbar walilla ilham.

BACA SELANJUTNYA »