PUISI GUSMUS : Nyanyian Kebebasan Atawa Boleh Apa Saja

Nyanyian Kebebasan Atawa Boleh Apa Saja Oleh: KH A Mustofa Bisri Merdeka! Ohoi, ucapkanlah lagi pelan-pelan Merdeka Kau ‘kan tahu nikmatnya Nyanyian kebebasan Ohoi, Lelaki boleh genit bermanja-manja Wanita boleh sengit bermain bola Anak muda boleh berkhutbah dimana-mana Orang tua boleh berpacaran dimana saja Ohoi, Politikus boleh berlagak kiai Kiai boleh main film semau hati Ilmuwan boleh menggugat ayat Gelandangan boleh mewakili rakyat Ohoi, Dokter medis boleh membakar kemenyan Dukun klenik boleh mengatur kesejahteraan Saudara sendiri boleh dimaki Tuyul peri boleh dibaiki Ohoi, Pengusaha boleh melacur Pelacur boleh berusaha Pembangunan boleh berjudi Penjudi boleh membangun Ohoi, Yang kaya boleh mengabaikan saudaranya Yang miskin boleh menggadaikan segalanya Yang di atas boleh dijilat hingga mabuk Yang di bawah boleh diinjak hingga remuk Ohoi, Seniman boleh bersufi-sufi Sufi boleh berseni-seni Penyair boleh berdzikir samawi Muballigh boleh berpuisi duniawi Ohoi, Si anu boleh anu Siapa boleh apa Merdeka?

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Mulut

Mulut Oleh: KH A Mustofa Bisri Di mukamu ada sebuah rongga Ada giginya ada lidahnya Lewat rongga itu semua bisa kau masukkan ke dalam perutmu Lewat rongga itu semua bisa kau tumpahkan Lewat rongga itu air liurmu bisa meluncur sendiri Dari rongga itu Orang bisa mencium bau apa saja Dari wangi anggur hingga tai kuda Dari rongga itu Mutiara atau sampah bisa masuk bisa keluar Membuat langit cerah atau terbakar Dari rongga itu mata air jernih bisa kau alirkan Membawa kesejukan kemana-mana Dari rongga itu Kau bisa menjulurkan lidah api Membakar apa saja Dari rongga itu Bisa kau perdengarkan merdu burung berkicau Bisa kau perdengarkan suara bebek meracau Dari rongga itu Madu lebah bisa mengucur Bisa ular bisa menyembur Dari rongga itu Laknat bisa kau tembakkan pujian bisa kau hamburkan Dari rongga itu Perang bisa kau canangkan Perdamaian bisa kau ciptakan Dari rongga itu Orang bisa sangat jelas melihat dirimu Rongga itu milikmu Terserah kau.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Hanien

Hanien Oleh: KH A Mustofa Bisri Mestinya malam ini bisa sangat istimewa seperti dalam mimpi-mimpiku selama ini kekasih, jemputlah aku kekasih, sambutlah aku aku akan mengatakan kata-kata kerinduanku dengan kata-kata biasa dan kau cukup tersenyum memahami deritaku lalu ku letakkan kepalaku yang penat di haribaanmu yang hangat kekasih, tetaplah di sisiku kekasih, tataplah mataku tapi seperti biasa dari sekian banyak yang ingin kukatakan tak terkatakan sekian banyak dari yang mau kuadukan diambilalih oleh air mataku kekasih, dengarlah dadaku kekasih, bacalah air mataku malam ini belum juga seperti mimpi-mimpiku selama ini malam ini lagi-lagi kau biarkan sepi mewakilimu.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Aku Melihatmu

Aku Melihatmu Oleh: KH A Mustofa Bisri aku melihatmu tersenyum bersama embun pagi aku melihatmu bernyanyi bersama burung-burung aku melihatmu bergerak bersama mentari bersama angin dan mega-mega aku melihatmu terbang bersama sekumpulan burung gereja aku melihatmu berenang bersama ikan-ikan dan lumba-lumba aku melihatmu meratap bersama mereka yang kelaparan aku melihatmu merintih bersama mereka yang kehausan aku melihatmu mengaduh bersama mereka yang kesakitan aku melihatmu berdendang bersama ibu yang meninabobokkan anaknya aku melihatmu melangkah bersama hamba yang berjuang menggapai citanya aku melihatmu dalam gelap aku melihatmu dalam terang aku melihatmu dalam ramai aku melihatmu dalam senyap aku melihatmu kau melihatku.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Guruku

Guruku Oleh: KH A Mustofa Bisri Ketika aku kecil dan menjadi muridnya Dialah di mataku orang terbesar dan terpintar Ketika aku besar dan menjadi pintar Kulihat dia begitu kecil dan lugu Aku menghargainya dulu Karena tak tahu harga guru Ataukah kini aku tak tahu Menghargai guru?

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Gandrung

Gandrung Oleh: KH A Mustofa Bisri o, damaiku, o resahku o teduhku, o terikku o gelisahku, o tentramku o, penghiburku, o fitnahku o harapanku, o cemasku o tiraniku, selama ini aku telah menghabiskan umurku untuk entah apa. di manakah kau ketika itu, o, kekasih ? mengapa kau tunggu hingga aku lelah tak sanggup lagi lebih keras mengetuk pintumu menanggung maha cintamu ? benarkah kau datang kepadaku o, rinduku, benarkah ?

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Bagaimana

Bagaimana Oleh: KH A Mustofa Bisri Bagaimana kau hendak menulis puisi dengan apa? Huruf-huruf dan kata-kata telah aus Digunakan terus menerus Oleh tikus-tikus yang rakus Meruapkan bau kakus Bagaimana kau hendak menulis dengan apa? Orang-orang tak bersukma Yang nuraninya matirasa Terus menerus mempergunkannya Untuk menyembunyikan borok mereka Bertapa sajalah Seperti rumput Bersama rumput Siapa tahu esok pagi Burung-burung bersedia lagi Mengajari menyanyi Sementara kalian berbagi Embun pagi

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : IBU

Ibu, Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu  sekian lama Kaulah kawah darimana aku meluncur dengan perkasa Kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku melepas lelah dan nestapa gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku telaga tempatku bermain berenang dan menyelam Kaulah, ibu, laut dan langit yang menjaga lurus horisonku Kaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku mencari jejak sorga di telapak kakimu (Tuhan, aku bersaksi ibuku telah melaksanakan amanat-Mu menyampaikan kasih sayangMu maka kasihilah ibuku seperti Kau mengasihi kekasih-kekasihMu (Amin)

BACA SELANJUTNYA »