KEPADA KAWAN Karya: Chairil Anwar

KEPADA KAWAN Karya: Chairil Anwar Sebelum Ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah terkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini: Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja! Jadi mari kita putuskan sekali lagi: Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi: Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!! 30 November 1946 Chairil Anwar Buku: “Aku Ini Binatang Jalang” – Chairil Anwar Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

BACA SELANJUTNYA »

KEPADA PELUKIS AFFANDI Karya: Chairil Anwar

KEPADA PELUKIS AFFANDI Karya: Chairil Anwar Kalau, ‘ku habis-habis kata, tidak lagi berani memasuki rumah sendiri, terdiri di ambang penuh kupak, adalah karena kesementaraan segala yang mencap tiap benda, lagi pula terasa mati kan datang merusak. Dan tangan ‘kan kaku, menulis berhenti, kecemasan derita, kecemasan mimpi; berilah aku tempat di menara tinggi, di mana kau sendiri meninggi atas keramaian dunia dan cedera, lagak lahir dan kelancungan cipta, kau memaling dan memuja dan gelap-tertutup jadi terbuka! 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942 – 1949) Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (1996)

BACA SELANJUTNYA »

NISAN Karya: Chairil Anwar

NISAN Karya: Chairil Anwar untuk nenekanda Bukan kematian benar menusuk kalbu Keridlaanmu menerima segala tiba Tak kutahu setinggi itu atas debu dan duka maha tuan bertakhta. Oktober 1942 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942 – 1949) – Chairil Anwar Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (1996)

BACA SELANJUTNYA »

SENDIRI Karya: Chairil Anwar

SENDIRI Karya: Chairil Anwar Hidupnya tambah sepi, tambah hampa Malam apa lagi Ia memekik ngeri Dicekik kesunyian kamarnya Ia membenci. Dirinya dari segala Yang minta perempuan untuk kawannya Bahaya dari tiap sudut. Mendekat juga Dalam ketakutan-menanti ia menyebut satu nama Terkejut ia terduduk. Siapa memanggil itu? Ah, Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu! Februari 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942 – 1949) Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (1996)

BACA SELANJUTNYA »

PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO Karya: Chairil Anwar

PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO Karya: Chairil Anwar Ayo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji Aku sudah cukup lama dengar bicaramu, dipanggang atas apimu, digarami oleh lautmu Dari mulai 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api aku sekarang laut Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh 1948 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942 – 1949) Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (1996)

BACA SELANJUTNYA »

TAMAN Karya: Chairil Anwar

TAMAN Karya: Chairil Anwar Taman punya kita berdua tak lebar luas, kecil saja satu tak kehilangan lain dalamnya. Bagi kau dan aku cukuplah Taman kembangnya tak berpuluh warna Padang rumputnya tak berbanding permadani halus lembut dipijak kaki. Bagi kita bukan halangan. Karena dalam taman punya berdua Kau kembang, aku kumbang aku kumbang, kau kembang. Kecil, penuh surya taman kita tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia Maret 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942 – 1949) Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (1996)

BACA SELANJUTNYA »

KABAR DARI LAUT Karya: Chairil Anwar

KABAR DARI LAUT Karya: Chairil Anwar Aku memang benar tolol ketika itu, mau pula membikin hubungan dengan kau; lupa kelasi tiba-tiba bisa sendiri di laut pilu, berujuk kembali dengan tujuan biru. Di tubuhku ada luka sekarang, bertambah lebar juga, mengeluar darah, di bekas dulu kau cium napsu dan garang; lagi aku pun sangat lemah serta menyerah. Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang. Dan tawa gila pada whisky tercermin tenang. Dan kau? Apakah kerjamu sembahyang dan        memuji, Aku di antara mereka juga terdampar, Burung mati pagi hari di sisi sangkar? 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sajak 1942 – 1949) Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (1996)

BACA SELANJUTNYA »

SENJA DI PELABUHAN KECIL Karya: Chairil Anwar

SENJA DI PELABUHAN KECIL Karya: Chairil Anwar Buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut, menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Tiga Menguak Takdir (1950) Chairil Anwar

BACA SELANJUTNYA »

HAMPA Karya: Chairil Anwar

HAMPA Karya: Chairil Anwar Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak. Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencekung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. Deru Campur Debu (1951) Chairil Anwar

BACA SELANJUTNYA »

CINTAKU JAUH DI PULAU Karya: Chairil Anwar

CINTAKU JAUH DI PULAU Karya: Chairil Anwar Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak ‘kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata: “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama ‘kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri. 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra