NASKAH DRAMA MALIN -The End Scene

NASKAH DRAMA MALIN -The End Scene

Lakon Remaja MALIN -The End Scene Karya M.S. Nugroho CUPLIKAN NASKAH:  BADAI MENGGERAM, SUARA MALIN TERTAWA LANTANG. MALIN Tidak. Aku tidak punya bunda seperti kau! BUNDA Malin, dosa apa setan apa. Kau tak kenal bunda sebanyak bumi. Nyawamu tumbuh dari hembus nafasku. Wajahmu terpahat dari belai kasihku. Darahmu mengalirkan air susuku. Sudahlah. Jika kau bukan anakku, kembalilah ke kapalmu. Jika engkau benar anakku, kembalikan air susuku. Kembalikan. Jika kau tak mampu, jadilah saja kau batu! Batulah engkau, batulah engkau! MALIN Bunda, benarkah engkau itu Bunda? DALANG Duh, Bunda si Malin Kundang Telinga terbakar, hati berdarah Mulut mengutuk anak tersayang Langit keramat tersentak dan jadilah… PENYANYI Halilintar mencambuk lautan, maka kutukan jadilah perwujudan. BUNDA TERTAWA KESURUPAN DALANG Tapi sekejap kemudian sadarlah BUNDA. MALIN telah lenyap dari pandangan. Tinggal sebongkah batu kesepian. Air mata jadi rinai hujan. PENYANYI Tiga belas burung camar berputaran Dengan paruh teriakan bersahutan Kini udara menjadi mantra kutukan Terpendam dari senja kesedihan BUNDA Malin! Malin! Malin! Di manakah engkau, Anakku? Malin, apakah engkau mendengarku? Malin, jawablah. Sembunyi di mana, diam di mana, Anakku? Jawablah. Aku yakin, kau mendengarku. Tidak bisa tidak, kau pasti mendengar aku. Dengarlah. Peluklah Bunda kau sekarang. Katakan kau merindukan aku. Ayo lakukan. Kalau tidak, buat apa aku hidup. Aku menjaga nafasku untuk mencium kening kau. Kalau Bunda tak kau jawab, sia-sialah kuhirup nafasku sendiri. Dan baju sang maut akan lebih layak kukenakan. Upacara kematian di depan mata anaknya sendiri yang tak tahu diri. Kau lihat, Malin. Tongkat ini masih cukup tajam untuk menusuk jantung renta ini. Kau kuhitung sampai sembilan untuk datang kepadaku. Karena kau telah datang ke pangkuan bunda melalui sembilan bulan eraman rahimku. Bersiaplah, aku mulai menghitung dari angka paling akhir. Sembilan…. Malin, baiknya, maafkan Bunda. Bunda tak sengaja, Sayang. Ini tak sengaja. Ini seperti teriakan sakit ketika gigi susumu menggigit putingku. Aku sakit kepada diriku sendiri, bukan kepada kau. Delapan… Mana mungkin seorang ibu menyakiti anaknya. Untuk apa perjuangan melahirkan kau kuhapus sendiri dengan mengusir kau. Untuk apa Bunda mempertaruhkan nyawa kalau untuk membenci kau. Untuk apa Bunda membanting tulang untuk kau. Tujuh…. Kalau pada akhirnya harus mengutuk anaknya. Untuk apa? Malin, itu bukan Bunda. Sekarang, inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela kakinya berdarah-darah, naik-turun gunung, jutaan hasta untuk menatap wajahmu. Enam…. Inilah Bunda, Malin. Bunda yang sabar sendirian menunggu ratusan malam di tengah udara jahat dan tamparan hujan untuk menyambut kedatangan kapal kau. Lima…. Inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela mencium kaki kau dan bahkan berubah menjadi batu supaya kau tersenyum. Empat…. Bunda bersungguh-sungguh untuk membunuh diri jika kau tak menjawab, Malin. Tiga…. Apakah kau benar-benar telah menjadi batu? Telinga kau menjadi batu dan hati kau juga menjadi batu? Dua…. Sampai hitungan kesekian kau tidak juga menjawabku, Malin? Apakah Bunda terlalu hina untuk kau? Satu…. Ini sudah masuk hitungan terakhir. Kau di mana? Kau memang batu. Aku mengajari kau menjadi lautan, kau malah menjadi batu. Aku akan…. Ini detik terakhir…. Nol….Nol…. Nol…. Malin, kau sangat tega, ya? Ini kau sudah putuskan. Baiklah, mungkin ini yang terbaik. Bunda memang bersalah. Bunda memang telah mengutuk kau. (Mengoyak-ngoyak bajunya sendiri) Badan ini memang tak layak sebagai seorang bunda. Jantung ini memang baiknya diam selamanya untuk minta ampun pada kau. Bunda memang pantas mati untuk menebus kesalahan Bunda. Darah ini akan menjadi saksi. Nyawa ini untuk kau, Malin! BUNDA MENUSUK JANTUNGNYA SENDIRI. DALANG Duh, derita mana bisa kalahkan derita bunda Derita bunda karena kasih kepada putranya Dipalingkan dan dicampakkan putranya sendiri Putra yang tak menganggap bundanya lagi klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA Cahaya Rembulan

NASKAH DRAMA Cahaya Rembulan

Lakon Remaja Cahaya Rembulan oleh Rusmila DRAMATIC PERSONAE – Abdullah (Lelaki) – Fatimah – Aisyah – Hasan – Bi Inah – Lelaki Berjubah Putih – Bartender – Teman bartender – Sopir – Petugas rumah sakit PROLOG LELAKI ITU DUDUK SENDIRIAN DI SUDUT PUB DENGAN SEBATANG ROKOK YANG TERSELIP DI JEMARINYA. SEBENTAR-SEBENTAR BOLA MATANYA MENGERJAP SERAYA MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA, SEOLAH HENDAK MENGENYAHKAN PIKIRAN YANG MEMENUHI ISI KEPALANYA. INGIN IA LARI DARI SEMUA PERSOALAN, MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGALA MACAM BEBAN YANG MENDERA. AKAN TETAPI, LELAKI ITU TAK PERNAH BERHASIL. BABAK I DI PUB BAR ABDULLAH (Sambil setengah mabuk) Hei … bartender, tambaah lagi birnya! BARTENDER MENUANGKAN BIR KE GELAS LELAKI ITU LELAKI (Meneguk bir di gelasnya dengan sempoyongan) Ka … mu tau, siapa saya he … he? SAMBIL MENEPUK DADA. BARTENDER HANYA TERSENYUM LELAKI Sa … ya, sa … ya seorang lelaki sukses. Kamu, kamu tau, perusahaan saya besaaar sekali. Istri saya artis top. Anak-anak saya cantik dan ganteng. Saya punya uang banyak, berlimpah. BERDIRI SEMPOYONGAN. LELAKI ITU KEMBALI MEYODORKAN GELASNYA YANG SUDAH KOSONG. BARTENDER (Memegang bahu lelaki) Tuan sudah mabuk, sepuluh gelas sudah cukup, Tuan. Sebaiknya Tuan pulang saja. LELAKI (Menepis tangan bartender) Pulang …? Mabuk …? Akh, … kau gila. Aku tak mungkin mabuk. Aku ini …. LELAKI TERJATUH. SI BARTENDER DAN BEBERAPA PEGAWAI PUB ITU SEGERA MENGGOTONG LELAKI ITU KELUAR. MEREKA MENCARI SOPIR LELAKI ITU YANG SETIAP MALAM SETIA MENEMANINYA. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA Lidah Tak Bertulang

NASKAH DRAMA Lidah Tak Bertulang

Lakon Remaja LIDAH TAK BERTULANG Karya Drs. U. Nurochmat PELAKU 1. IRMA Pelajar SMP 2. ESTI Pelajar SMP 3. JANET Pelajar SMP 4. RENI Pelajar SMP (siswa baru) Drama berlangsung dengan latar di sebuah warung yang mangkal di pinggir jalan di depan sekolah. Namun warung tersebut masih tutup. Pagi itu cukup cerah ketika Lena, Esti, Janet, dan seorang siswi baru sedang duduk-duduk sambil berbincang-bincang. Irma datang tergopoh-gopoh karena kesiangan. ADEGAN I IRMA (heran melihat teman-temannya malah berkumpul di warung Pak Edi) Hei, kok, masih pada mejeng di sini? (memandang ke arah kiri panggung) lho, sekolah kita sepi? (Esti tidak jadi menjawab karena Irma langsung memotong) Sebentar-sebentar … (meletakkan telunjuk menyilang di bibirnya seraya berpikir) Ini pasti ulah guru-guru kita. (menatap satu persatu teman-temannya dengan hati-hati) Mereka sedang rapat, kan? ESTI Memangnya kemarin kamu tidak membaca pengumuman di mading? Ketua kelas kita saja mengumumkan di depan kelas. IRMA Gimana mau baca? Aku kan nggak masuk sekolah. JANET Makanya kalau sekolah yang rajin, sehingga tidak ketinggalan informasi. IRMA (Menyadari ada anak baru, Irma meliriknya) Ini siapa, ya? ESTI Oya, aku sampai lupa. Kenalkan, ini Reni. (pada siswi baru) Ren, kenalkan ini teman kita Irmawati. (Irma dan Reni bersalaman) RENI Reni Ambarsari. IRMA Irmawati. Kamu siswa baru di sini? (Reni mengangguk dengan ramah) Pindahan dari mana? RENI Aku pindah dari Bandung. Dari SMP Negeri 2. ESTI Kalian berbincang-bincang dulu, ya! Aku kangen sama toilet dulu. JANET Huh, dasar beser! (mengiringi kepergian Esti) klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »

Manusia BBM (Benar Benar Munafik)

  MANUSIA BBM (benar benar munafik) Karya:  Hamid Surip (abdul hamid) Teater TUMAN UNISNU JEPARA Pemain: – Sang penguasa – Nelayan – Ibu rumah tangga – Beberapa orang Sinopsis… Cerita ini hanyalah sedikit cuplikan dari sisi kehidupan masyarakat kita yang sangat menyedihkan… dalam cerita ini digambarkan seorang penguasa dengan pakian lengkap dengan jas dan dasi yang mewah. dalam cerita ini  dia(penguasa) pura pura tidak mendengar derita rakyat digambarkan dengan dia memakai had pone besar ditelinganya, dan pura pura tidak melihat penderitaan rakyat, dengan dia memakai kacamata hitam besar. Dan kebetulan saat ini yang terjadi  adalah naiknya harga BBM, maka saya angkatlah peristiwa ini dan pastinya akan memperparah kehidupan rakyat indonsia mayoritas. Mulai cerita… Setting : sebuah kursi shofa diantara barang barang rongsokan dan sebuah rumah kumuh dengan atap bolong bolong… (Lampu tengah panggung menyala pelan-pelan hingga benar-benar terang, Tepat ditengah panggung tampaklah sosok Seorang pria yang memakai baju dan celana necis serta berjas rapi lengkap dengan sepatu semirnya yang sedang duduk santai dikursi bagus sambil menyedot minuman yang terdapat pada tabung besar yang bertuliskan BBM + KERINGAT RAKYAT. Ekspresi angkuh dan cuaek abis…) (Setelah itu munculah dari sisi pojok panggung yaitu segerombol manusia yang penuh lumpur penuh sampah,berlumuran darah  sedangkan leher serta  tanganya terikat dan lengkap dengan rantai di kakinya…) (Kemudian segerombolan itu berjalan sempoyongan mengelilingi panggung…  dengan suara rintihan kesakitan yang menyelimuti suasana panggung…)   (Dan unsur  lain yang penting adalah rakyat, dalam cerita ini hanya sebagian pekerjaan yang saya ambil untuk menjadi contoh rakyat yang terkena dampak naik nya BBM, yaitu nelayan dan ibu rumah tangga. Gambaran seorang nelayan dalam naskah ini digambarkan dengan berjalan sambil membongkok perahunya)     Posisi Nelayan dan ibu rumah tangga berada tepat di sisi samping kanan dan kiri depan panggung…  

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Drama Aku Vs Ayahku

Naskah Drama Aku Vs Ayahku karya Budi Ros

Drama Remaja AKU vs AYAHKU Budi Ros PEMBUKA GONG DUA BERBUNYI. PARA PEMAIN MUNCUL DARI PINTU MASUK AUDITORIUM, MENUJU PANGGUNG. SEMUA MENYAPA PENONTON DENGAN RAMAH : “ SELAMAT MALAM SEMUA, SELAMAT DATANG … APA KABAR ?. ” SESAMPAI DI PANGGUNG, PARA PEMAIN MENATA SET DAN PERALATAN LAINNYA. BAGUS, PEMIMPIN MEREKA, MEMBERI KOMANDO BAGAIMANA SET DAN PERALATAN HARUS DI TATA. KEMUDIAN DARI SALAH SATU SISI PANGGUNG MUNCUL MENEJER PANGGUNG, YANG MEMBERI TAHU BAHWA KOMANDO BAGUS TERNYATA SALAH. SET DAN SEMUA PERALATAN KEMUDIAN DI TATA ULANG SEPERTI PETUNJUK MENEJER PANGGUNG. SEMUA PEMAIN TURUT AKTIF MENYIAPKAN PERALATAN. MENEJER PANGGUNG DIBANTU BAGUS SESEKALI MENGECEK APAKAH SEMUA PERALATAN DITEMPATKAN PADA TEMPATNYA ATAU TIDAK. MEREKA MEMERIKSA DARI BEBERAPA SUDUT, KEMUDIAN BEBERAPA KALI MELIHAT ARLOJINYA, DAN KETIKA MENYADARI SUDAH WAKTUNYA PERTUNJUKAN DIMULAI, MENEJER PANGGUNG BERTANYA PADA PARA PEMAIN MENEJER PANGGUNG : Bagaimana, sudah siap ? PARA PEMAIN : Belummm … MENEJER PANGGUNG : Oke, cepat sedikit kalau begitu. LALU MENEJER PANGGUNG BERUNDING DENGAN BAGUS. KEMUDIAN MEREKA SEPAKAT, BAGUS MEMULAI PERTUNJUKAN SEMENTARA PANGGUNG DISIAPKAN. MENEJER PANGGUNG TURUN TANGAN LANGSUNG MEMBANTU PERSIAPAN, IKUT MENGANGKAT SET DAN PERALATAN, BAGUS MEMULAI PERTUNJUKAN. BAGUS : ( BICARA PADA PENONTON ) Ternyata repot sekali membuat pementasan teater. Tapi jangan kuatir, apa pun yang terjadi pertunjukan akan tetap jalan. Selesai tidak selesai panggung ini ditata, kami akan tetap main. Sebab kami berlatih sudah sangat lama, sekitar 6 bulan. Kami sudah banyak kehilangan waktu, tenaga, dan tentu saja biaya. Sia-sia sekali kalau kami tidak jadi main gara-gara panggung belum beres. Kami pun merasa berdosa pada Anda semua. Jadi jangan kuatir, kami pasti main. Malam ini kami akan membawakan lakon berjudul MARNI versus Ayah, lakon yang sederhana tapi seru. Seru di sini bukan saja ramai, tapi punya arti lain, yaitu Sedikit Ruwet. Ini lakon tentang pertentangan anak muda dan orang tua, pertentangan pop dan klasik, tradisi dan modern. Pertentangan yang sebetulnya tidak perlu ada. Tapi begitulah, nyatanya pertentangan semacam ini selalu ada, dari waktu ke waktu. Dan gara-gara pertentangan ini, kita semua sering kehabisan waktu. Cinta, kata orang bisa menjadi jawaban semua masalah. Tapi dalam kasus ini, cinta mengakibatkan banyak masalah. Lihat, apa yang terjadi dengan Marni, tokoh utama lakon ini. Marni ! klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Drama Mak Ada

Dhemit

Naskah Lakon DHEMIT Karya Heru Kesawa Murti (Gandrik) Diadaptasi oleh : Agus Suharjoko, S.Sn. PARA PEMAIN : PARA DHEMIT RAJEG WESI SULI WILWO GENDRUWO JIN POHON PREH EGRANG KUNTILANAK SAWAN SESEPUH DESA PEMBANTU SESEPUH DESA BAGIAN I POHON YANG TERSEBAR DILERENG BUKIT ITU DITEBANGI, MEMBUAT PARA DHEMIT PENGHUNI POHON ITU TERCERAI BERA, KACAU TAK KARUAN. TEMPAT TINGGAL MEREKA ITU TELAH DIGUSUR. DI DAERAH LERENG TERSEBUT AKAN SEGERA DIBANGUN KOMPLEKS PERUMAHAN. PARA DHEMIT AKHIRNYA LARI TUNGGANG LANGGANG, SEMENTARA TRAKTOR DN GERGJI MESIN TAK HENTINYA MENDERU, MERAUNG-RAUNG MEROBOHKAN POHON-POHON ITU DENGAN TAK PEDULI SAMA SEKALI. PARA DHEMIT MENGERANG, KECEWA, MARAH DAN TERANCAM. PARA DHEMIT (diucapkan koor) Paraketa malaekat, kalayan nambang sedaya rupa peksi. Nucuki lara utama impen ala umpamane sedaya yekti cinucuk sirna rampas, papas, wus titi…… TERDENGAR LAGI SUARA KACAU BALAU. KALI INI DIIKUTI OLEH KARYAWAN PROYEK PEMBUKAAN DAN PEMBANGUNAN KAWASAN ITU. SUARA ERANGAN YANG MENYAYAT HATI. PARA KARYAWAN ITU TIBA-TIBA TERSERANG SECARA MENDADAK. RAJEKWESI, KONTRAKTOR YANG MEMIMPIN PEMBUKAAN KAWASANITU TENGAH MENGHADAPI SULI, STAF AHLI YANG DIKONTRAK DAN DIPERCAYAINYA. RAJEKWESI TAMPAK TENGAH KACAU PIKIRANNYA. RAJEG WESI Suli! Edan, edan kamu. Kamu ini bukan juru tulis, tapi konsultan saya! Jadi tidak hanya cukup bermodalkan rajin saja. Kamu harus menerorkan otakmu yang cemerlang. Sebab selama ini, kamu itu tidak pernah memuaskan saya. SULI Oooooo………. jadi selama ini pak Rajeg belum pernah merasa puas ta. Ngomong pak Rajeg! RAJEG WESI Ya, kadang-kadang puas, tapi ya sering tidak. Sebab selama ini kamu belum pernah ikut memecahkan masalah proyek kita ini. Misalnya soal penduduk desa yang berbondong-bondong ke sini minta pekerjaan, kamu ikut menyelesaikan apa. Tidak! Terus soal pekerjaan pekerja yang mendadak sakit, soal pohon preh yang sulit ditebang, kamu ikut menyelesaikan apa? Juga tidak! SULI Pak Rajeg jangan hanya menyalahkan saya. Pak Rajeg tahu, tanah di sini ini labil. Mudah longsor. Saya sudah mengusulkan agar dibuat sistem terasering. Dan soal pohan preh itu memang sulit ditebang, meskipun sudah menggunakan traktor. RAJEG WESI Itu artinya kamu percaya dengan pemikiran penduduk desa! SULI Bukan begitu pak Rajeg. Kita sebagai orang baru di sini, sebaiknya kita menghargai pemikiran penduduk ini! klik di sini untuk download naskah teater  

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA KEBEBASAN ABADI

NASKAH DRAMA KEBEBASAN ABADI

NASKAH DRAMA KEBEBASAN ABADI Karya : C . M . Nas SERSAN              : Sampai kapan kita mesti begini ? KAPTEN           : Sampai angkatan laut  republik datang , dan bukan lari seperti kita,     tapi datang  membawa berita kemerdekaan penuh ! SERSAN           : Kalau mereka tak datang ? ( mendesak , dan Srikandi datang )                             ( makin keras ) apa ada harapan!! KAPTEN           : Harapan tetap ada ! , segala harapan !!! SERSAN           : ( menjawab cepat ) Juga harapan mati !!? KAPTEN           : Kau takut ?! SERSAN           : Bapak tidak takut ? KAPTEN           : Aku malah menantikannya ! Itulah kemerdekaan mutlak kebebasan abadi ! SERSAN           : Kebebasan bapak sendiri ! Bapak memang bisa mati tenang , karna bapak sudah lama hidup , tapi aku masih muda , aku belum mau mati !! KAPTEN           : Siapa yang menyuruhmu mati ?! SERSAN           : Bapak ! ya….. bapak!!! Kalau kami mati , bapaklah pembunuh kami . KAPTEN           : Sediakan saja saksimu , kalau – kalau satu waktu kelak kita sempat menginjak pengadilan tentara .!! SERSAN           : Kita semua tahu . Bahwa bapak yang memberi komando menembak tembus lunas perahu . Sebaiknya kita mendarat disini . Itu yang menyebabkan kematian kita semua . Pengaraman perahu itu yang menjadi sebab , maka kita tak bisa lepas dari kungkungan pulau neraka ini …………. KAPTEN           : Maka kita tak bisa pulang kebumi yang terjajah maksudmu ?! SERSAN           : Barangkali Negara kita sudah merdeka sekarang , dan kita disini , terbuang , tersiksa , karena kecerobohan bapak sebagai pemegang komando . KAPTEN           : Tapi kalau Belanda masih berkuasa , (bandarnaskah.blogspot.com) artinya aku yang membawa dan menyelamatkanmu ke “tanah merdeka” ini . Kalau untuk itu aku dihadiahi dua belas peluru sebagai ganti balasan jasa , kembali aku rela mati penuh ketenangan ! ( Kapten pergi dengan gelak gemuruh ) klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA MAK COMBLANG

NASKAH DRAMA Anak Wayang

Naskah teater Anak Wayang Karya  M. J. Widjaya BABAK I SENJAPUN MENGHAMPIRI DESA KENOK, MASUT SEDANG DUDUK DUDUK DI BALAI BAMBU DENGAN RUGUNYA MASUT Guru, terimakasih banyak atas ilmu yang berikan kepadaku, apalah artinya diriku andai tidak ada guru. GURU Masut, masut! Kamu harus tahu, barang siapa seseorang mempunyai ilmu walaupun sedikit harus diberikan kepada orang lain. TIBA TIBA ISTRI MASUT MEMBAWA TEH HANGAT ISTRI MASUT Akan lebih baik kalau mengobrol sambil meminum teh hangat GURU Bisa saja istri kamu! TIBA TIBA MUNCUL TIGA ORANG PENGAWAL KERAJAAN PENGAWAL 1 Maaf, guru! Ada perintah dari paduka raja yang harus saya beritahukan kepada guru GURU Katakanlah! PENGAWAL 1 Paduka raja perintahkan guru agar memberantas pemberontak di wilayah tetangga, karena banyak warga yang menderita dan mati MASUT Guru, perkenankan hamba yang pergi ke medan perang, karena sudah saatnya saya mengabdikan diri hamba untuk negara dan bangsa ini GURU Baiklah! GURU DAN TIGA MEMUNGGU DI HALAM DEPAN, MASUT DAN ISTRINYA DUDUK DI BALAI BALAI BAMBU, ISTRINYA MENANGIS ISTRINYA Kamu akan meninggalkan aku sendiri, kamu rela meninggalkan aku MASUT Tidak usah menangis dan bersedih! Aku akan kembali ISTRINYA Bagimana aku tahu kalau kamu selamat atau tidak MASUT   Kau akan tahu aku selamat atau tidak klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Drama Mak Ada

Naskah Drama Mak Ada Anjing Masuk Rumah

Maak…!! Ada Anjing Masuk Rumah Mak…! Karya: Andy Sri Wahyudi ada juga versi bahasa Jawa >> Mak Ana Asu Mlebu Ngomah Babak 1 Seorang bocah perempuan bernama Sumi duduk sendirian di sebuah halaman rumah yang sempit, ia menunggu emaknya pulang dari pasar. Sumi hanya diam, bengong dan agak blo’on, sesekali tengak-tengok ke kanan dan ke kiri. Sumi diam, kini matanya menerawang jauh ke depan, dan perlahan tersenyum sedikit manis. Lalu bernyanyi pelan membuat nada sendiri. Sesukanya. Sumi : Tik tik tik bunyi hujan di atas genting Airnya turun tidak terkira Cobalah tengok daun dan ranting Pohon dan kebun basah semua… Tapi tiba-tiba Sumi diam lagi, dan bosan. Tangan kirinya menggaruk-garuk leher. Mukanya memelas. Sumi : Main engklek ah. Sumi beranjak dari tempat duduknya lalu ia mengambil sebatang ranting, dan menggambar garis-garis engklek di tanah. Sumi bermain engklek, tapi di tengah permainan Sumi berhenti tak mau bermain lagi. Dia sebel. Sumi : Ah, males ah! Lalu ia pergi begitu saja, berlari entah kemana. Dari dalam rumah, Surip berteriak keras sekali. Surip : Mak…!! Ada Anjing masuk Rumah Mak…!! SEBUAH DAUN PINTU DARI SENG MASUK ke TENGAH PANGGUNG. PARA PEMAIN MELEMPARI PINTU DENGAN PERKAKAS DAPUR DAN BENDA-BENDA RUMAH TANGGA. Lantas Terdengar suara yang berantakan, suara perkakas dapur berjatuhan. Lalu ada suara Anjing menggonggong-gonggong, mengerang, dan tertawa cekakan. Sementara, Surip berteriak-teriak sambil bersumpah serapah. Surip pontang-panting mencambuki dua anjing yang masuk rumahnya dengan Cambuk Petir, senjata warisan leluhurnya. Ctar..! Ctar..! Ctar..! Surip : Keparat! Bangsat! Anjing bregsek…! Kedua anjing itu berlari gesit menghindari pukulan Surip. Kedua anjing itu terus mengonggong, mengerang, dan tertawa cekakakan. Surip hampir kualahan, tapi ia terus mengejar dan memukul seperti orang kerasukan. Surip : Minggaaatttt…Bajingan Rongsok!!! Penjilat..!! Seekor Anjing lari keluar rumah, tapi anjing yang satunya masih di dalam rumah. Berdiri tepat di depan Surip dengan sorot mata tajam melototi Surip. Tak sedikitpun Surip takut dengan Sorot mata Anjing itu. Surip meloncat mencambuk kepala Anjing! Surip : Ciiaaaattttt…!!! Modar!! Pecah kepalamu Njing…! Sayang, meleset. Kerap kali Surip mencambuki dengan beringas, liar, dan persetan, tetapi tetap saja tidak kena. Anjing itu sangat lincah, gesit, dan pandai menghindar. Anjing itu berhasil keluar rumah, Surip tak mau kalah, ia mengejarnya, berlari membawa senjata cambuk petir. Surip mengejar sampai jauh, tapi larinya kalah cepat dan zig-zag dengan anjing itu. Surip berlari entah sampai dimana. Sumi berlari kecil kembali ke halaman rumah dengan wajah yang cerah, ia mengambil sebatang ranting pohon untuk memperjelas garis-garis di tanah. Sumi bermain engklek lagi. Surip berjalan sempoyongan, tubuhnya terlihat lelah. Ia mendatangi Sumi yang tengah asyik bermain sendirian. Surip : Sum, ada anjing yang lewat sini nggak? Sumi : Sumi nggak tahu Kang? (Sumi toleh-toleh lalu menujuk ke suatu arah) eh, kang, Anjingnya itu ya kang? Surip : Dimana Sum? Sumi : Itu lho kang anjingnya! Itu yang senyam-senyum. Eh, sekarang malah tertawa kang. Surip : O…! Anjing Keparat! Bakal tak makan mentah-mentah kamu Njing! Hei tunggu jangan lari Njing…! …………………………………….. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya Selain itu, kami juga membuka kesempatan bagi penulis naskah terbaru yang ingin membagikan karyanya kepada publik. Jika Anda adalah seorang penulis yang memiliki naskah drama yang belum di publikasikan atau karya lama yang perlu mendapatkan perhatian lebih, kami sangat menyambut kesempatan untuk mendistribusikan naskah Anda melalui laman kami. Untuk itu, silakan hubungi kami melalui email di jejakteater@gmail.com. Kami siap membantu Anda dalam proses publikasi dan distribusi naskah drama Anda agar lebih di kenal oleh khalayak luas. Dengan demikian, kami berharap Anda dapat memanfaatkan layanan BANK NASKAH DRAMA kami dengan sebaik-baiknya dan terus berkontribusi pada perkembangan dunia teater di Indonesia.

BACA SELANJUTNYA »

Naskah Jawa Urip DiLakoni Kanthi Waras lan Trengginas

LELAKON Urip DiLakoni Kanthi Waras lan Trengginas Katulis Dening : Andy Sri Wahyudi Ringkesan Carita Wis ora kena diselaki maneh, jaman ora tahu mandeg. Modal gede terus mubeng nggiling manungsa. Awak dadi wesi keringet dadi oli! Manungsa wis raurusan marang liyan. Akeh sing pengin ngrasakake surgane donya lan surgane akhirat kanthi ngalalake kabeh cara. Uriping manungsa samsaya suwe samsaya kebacut: dadi kewan sing tegel pangan-panganan. ….lan ana agama anyar sing jenenge: Duit! Ana satengahing jaman kuwi carita lan lakon-lakon kacipta: Nanang Edan, Kawit, Kajine Amat Sugeh, Nursoleh, Samsinah, Cempluk, Jumiran Alap-alap, Mbah Temu Cahyadi, Lestari, Siti lan Nurdin. Wong-wong sing urip ana ing pinggir kutha. Akeh carita dadi siji ing LELAKON. Kabeh duweni lelakone dewe-dewe: seneng, ndagel, trenyuh lan ana kekuataning urip sing bisa dadi kaca benggala ing sajrone nglakoni urip! Cah Ayu…Tresnaku Ora uwis-uwis…. Lakon-Lakon ing LELAKON 1. Cahyadi Pawongan Lanang enom umur 25 tahun. Rada pecicilan tur romantis. 2. Nanang Edan Pawongan Lanang enom umur 27 tahun. Mbiyen tukang gawe gurit lan puisi. 3. Lik Kawit Duda duwe anak siji, umure 45 Tahun. Bekas maling nanging sok Priyayi wicaksana. 4. Kajine Amat Sugeh Tetua ing kampung umur 50 Tahun, isih ketok gagah, senengane nganggo teken ben merbawani. Gaweane nyramahi uwong. 5. Nur Soleh Cah enom, bujang umur 20 tahun. Sregep salat lan lugu. 6. Nurdin Nom-noman umur 22 Tahun, tukang adu jago nanging setia marang pasangan. Ne nyandang model gali 70an. Rambute kliwiran. 7. Jumiran Alap-alap Maling kelas teri, umur 21 Tahun nek nyandang lan bahasane gayane kaya wong landa. 8. Lestari Pawongan wadon umur 23 tahun, manis, cah kuliahan. 9. Samsinah Randa cerai duwe anak loro, umur 40 tahunan. Sregep nyambut gawe lan rada galak. 10. Siti Remaja loro SMA umur 17 tahun. Bocah wadon manut lan gemati marang wong tua lan sedulure. 11. Cempluk Randa ditinggal mati duwe anak siji, umur 24 tahun. Geleman lan nggateli nek karo wong Lanang. 12. Mbah Temu Simbah-simbah umur 70 tahun, nanging isih ketok sehat. Hobine mancing. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra