Jaka Tarub Dadi Duda

Jaka Tarub Dadi Duda (drama bahasa jawa)

JAKA TARUB DADI DUDA  Anonim Dina Jemuah… Suasana sore wis mulai cerah.Udan sing mikine gede….benget be wis mandeg.Srengengene wis mulai katon.Eh…ditambah ana pelangi mentongol neg sisi kulon.Jerene wong-wong tah angger ana pelangi,berarti arep ana bidadari sing arep adus neng bumi.Tapi…bener orane ya mbuh ora ngerti. Selot sowe…bit…semribit ana ambu-ambuan wangi pisan.Ana apa ya?Suara kemrincing…kemrincing genah epor sekang sisi kulon. ADEGAN KE I Byur…Byur…Byur… Widadari Abang : “ Cihuy…Asik…bisa adus maning.Jen banyune seger pisan. Wis seminggu ora adus,awake pada pliket,lah jan…segerepol pokoke lah…” Widadari Jambon : “ Tela iya koh,segere poll.Tapi angger aku ya ora kayak ko.Ko tah dadi Widadari ora tau adus.Mbok siki neng kayangan wis ana pemandian umum.Ora ngerti si…Katro Banget!!! Widadari Kuning : “ Ih…ya ampyun… sapa kue sing jarang adus.ngisin-isina banget dadi widadari.Masa widadari jarang adus.Kyeh…contoh akyu ya…Saben dina ora tau lat Manycure Pedycure.Jen…ambume mbok wangi pisan kaya kiye…” Widadari Ijo : “ Lah…ya wis.Anu kaya kue be debahas.Nyong sing pada bae kaya Abang jarang adus be meneng bae koh…” Widadari Abang : “Duh…Ijo,dadi aku ana batire???Ha…ha…ha…Tos disit yuh…(tos..!!tos..!!tos..!!) Widadari Ijo : ” Tos…!!!” klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »

NASKAH DRAMA KESURUPAN ATAWA Inside! Insting! Intrance!

Lakon Remaja KESURUPAN ATAWA Inside! Insting! Intrance! Karya Juma’ali ARIL Tidak ada yang news tentang kesurupanannya Amalia. ANDI Klise. Usang. Basi dan kuno! ADANG Itu yang keliru…pandanganmu harus dibalik! ALIM Ini news-news dan news… ANWAR Lha wong cewek cantik koq bisa kerasukan… ANDI Modusnya lawas! Usang. ARIL Pingsan, kesurupan! Perempuan selalu begitu, untuk menutupi kelemajahnnya memanfaatkan cowok dengan segala kekuatan. Menundukkan herois dan machonya kaum Adam tolol. Oleh karenanya kita akan jadi budak secara tidak langsung ataupun tak langsung. ANWAR Yang paling enak jadi jinnya, untunglah. Kalau begini kenapa saya dulu gak jadi jin, ya!? ANDI Bukan soal jin, perlu dipahami bahwa cantik bukan jaminan kesempurnaan. ARIL Tidak salah! Betul, kan!? ANWAR Inijuga untuk semangat kita-kita, biar ada keberanian naksir cewek cantik! TERTAWA MEREKA MELEDAK. ANDI Yang jelek bukan berarti sempurna.. TERTAWA MAKIN MELEDAK. ARIL Apalagi.. ANWAR Tapi masih dapat poin, walaupun sedikit. Asal punya keberanian. ADISH, CEWEK GENDUT DIANTARA MEREKA PERGI BEGITU SAJA. ADISH Nggak usah ditanggapi.. ANDI Tersinggung.. Kemana? ARIL Mau kesurupan?! ANDI Kesurupan itu cara ampuh untuk jadi terkenal. ARIL Promosi itu butuh modal!? Mahal, kawan. ANWAR Sekarang lagi musimnya, yang audisilah, kontes, kompetisi atau apa saja.. ARIL Modal cupet pengin terkenal..cara praktis ya… BARSAMA-SAMA Kesurupan! ANDI Lantas jadi perhatian, pembicaraan otomatis jadi artis dan selebritis..lantas daftar caleg, cabub, cagub…gampang, kan!? ARIL Kalau meleset malah jadi perek! MEJA YANG LAIN LAGI. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »

NASKAH DRAMA ANAK RANTAU

Lakon Remaja ANAK RANTAU Karya Dian Tri Lestari DRAMATIC PERSONAE 1. AMAR Seorang anak rantau (lelaki, usia 26 tahun), kritis, berpikir bahwa segala peradaban berkiblat pada kebudayaan Eropa, menganggap bahwa adat Melayu (umumnya Indonesia) adalah adat yang membuat orang Melayu tak bisa maju seperti orang-orang Eropa. 2. TOK LAT Ayah Amar (lelaki, 54 tahun) yang pendiam, kurang ekspresif, berpendirian teguh terhadap bangsa Melayu. 3. NAH Ibu Amar (perempuan, 50 tahun) yang cerewet, ramah, senang bicara, mudah senang dan mudah pula sedih, mencintai keluarga sehingga tak peduli ideologi mana yang dipakai anak atau suaminya asalkan keluarga utuh seperti semula. 4. KAMELIA Adik Amar (perempuan, 16 tahun) yang pada akhirnya menentang cara pandang dan ilmu Amar meskipun dia orang yang paling merindukan datangnya Amar ke tanah Melayu, lincah, terbuka pada perbedaan dan kebebasan, namun tetap kukuh pada adat Melayu. 5. WULANDARI Gadis Melayu (perempuan, 18 tahun), disukai oleh Amar, bertutur lemah lembut, selalu tersenyum, gerak lembut gemulai, dan ramah. 6. PAK NGAH Saudara Tok Lat yang tetap menyayangi keluarga Tok Lat meski tidak senang atas perubahan sikap dan sifat Amar, lebih banyak diam seperti Tok Lat. 7. MAK LONG Saudara Tok Lat yang langsung membenci Amar ketika Amar menunjukkan perubahan sikap dan sifat. 8. WAK MINAH Dukun, ramah, senang menolong tanpa mengharapkan imbalan uang ataupun harga diri. 9. SALIM SELAMAT Orang kampung bermulut besar dan humoris. 10. LANGAU Orang kampung, teman Salim Selamat yang masih memiliki akal sehat. 11. UDIN Orang kampung, teman Salim Selamat yang lugu. 12. JADAM Orang kampung 13. ASNAH Orang kampung 14. Siti Orang kampung BABAK 1 LAMPU ON. PANGGUNG MENGGAMBARKAN SUASANA DI RUANG TAMU. RUANGAN TERSEBUT TERDAPAT BEBERAPA PERABOT SEDERHANA, SEPERTI PERANGKAT KURSI TAMU, TIKAR PANDAN, BANTAL, PERANGKAT SIRIH, KALIGRAFI, DAN FOTO KELUARGA. SEORANG LELAKI TUA YANG DIKENAL DENGAN NAMA TOK LAT SEDANG MENGGULUNG TEMBAKAU DI KERTAS, MEMILIN-MILINNYA, MEMBAKAR UJUNG ROKOK DENGAN API, KEMUDIAN DIHISAP. IA DIAM TENANG SAMBIL MENDENGAR SUARA ORANG MENGAJI DI KAMAR DAN SAYUP-SAYUP KERIUHAN PARA IBU YANG MEMASAK DI DAPUR. IA DUDUK CUKUP LAMA DI POJOK RUANGAN MENGHADAP PINTU (KURSI TAMU). SUARA KETUKAN PINTU, KEMUDIAN DISUSUL SAPA ‘ASSALAMU’ALAIKUM’. TOK LAT Wa’alaikum salam warahmatullahiwabarakatuh… TETAP DIAM DI TEMPATNYA. SALAM KEMBALI TERDENGAR. TOK LAT TETAP MENJAWAB JUGA TETAP TAK BERGERAK MEMBUKA PINTU. KETIKA SALAM YANG KE-3, ISTRI TOK LAT KELUAR. NAH Ngape lah tak mau dibukakan pintu orang datang tu? Aku ni tengah besibok di dalam. Dari tadi pagi kau menyirih jak di situ. Tak ade kerje laen ke? Makin anak kau nak datang, makin melarat pemalas kau ni. Macam mane kalo anak kau datang? Bentaaaar… (Membuka pintu, kemudian terdiam karena kaget melihat anaknya berdiri di ambang pintu). Amaaaaaaar…!!! Kuuurs…semangat aku, Naaak. Kau dah balek…Tok Lat, anak kau Tok Lat…anak kau…Amaaar…anak Emak. Dah besak anak Emak. MENDADAK SEMUA ORANG BERKELUARAN MENUJU RUANG TAMU. TOK LAT BERDIRI DAN TERPAKU DI TEMPATNYA. NAH MUNCUL DENGAN MEMBAWA ANAKNYA. DISAMBUT DENGAN MERIAH OLEH SANAK KELUARGA DAN TETANGGA. BERBAGAI PERTANYAAN DIAJUKAN KEPADA AMAR YANG HANYA BISA MENJAWAB ALA KADARNYA. KEMUDIAN MATANYA TERPAKU PADA SANG AYAH YANG BERDIRI MEMATUNG DIDEPANNYA. IA MELEPASKAN TAS DAN DATANG MENCIUM PUNGGUNG TANGAN AYAHNYA. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Alkisah Isra' Mi'raj - Naskah Islami

Alkisah Isra’ Mi’raj – Naskah Islami

Alkisah Isra’ Mi’raj Karya: ABBAS MUSTAN BHANSALI Para Pemain 1. COPET I 2. COPET II 3. COPET III 4. COPET IV 5. COPET V 6. PAK KYAI 7. ANAKNYA PAK KYAI 8. JULAIHAH 9. TEMAN-2 JULAIHAH 10. SHUHAIB 11. AMMAR 12. HAMZAH 13. ZUBAIDAH 14. KHANSA’ 15. ABU JAHAL 16. ISTRI ABU JAHAL 17. ABU SUFYAN 18. PARA PENGAWAL ADEGAN PERTAMA LOKASI PADA SEBUAH GANG YANG SEPI DEKAT SEBUAH MASJID PADA SEBUAH PERKAMPUNGAN. TERDENGARLAH BEDUG DIPUKUL LALU DISUSUL DENGAN SUARA ADZAN. NAMPAKLAH SEKUMPULAN 5 ORANG YANG SEDANG BERPESTA DAN BERFOYA-FOYA KARENA MENIKMATI HASIL PERAMPOKAN. COPET III Itu suara apa ? COPET II Suara orang adzan. COPET I Apa ? Suara orang edan ? COPET II Adzan, Goblok ! COPET I Apa ? ( Meniling-nilingkan kepala ) COPET II Adzan, Tuli ?! COPET I Oh, orang adzan. ( Berfikir sejenak ) Adzan itu apa sih ? COPET IV Adzan itu panggilan untuk menjalankan sembahyang. Iya kan ? Benar kan ? COPET V Yoi ?! Bahasa kerennya kata orang Arab, panggilan untuk Sholat. Gitu ?! COPET I Adzan ! Adzan ! Wah baru kali ini aku dengar istilah itu. Kok, hampir sama, ya ? Adzan ! Edan ! COPET IV Husss, dosaaa ! Dosa lho, kamu. COPET V Iye nih. Asal aja kalau ngomong. COPET I Lho, kok dosa ? Ini kan fakta ? Kata adzan aku memang jarang mendengar. Lha, kalau kata edan mah itu sering kudengar. Waktu aku masih di asrama. COPET III Wah, gaya ! Jadi kamu pernah tinggal di asrama ? ……………………………………. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »

NASKAH DRAMA Ayahku Stroke Tapi Nggak Mati

Lakon Drama Remaja Ayahku Stroke Tapi Nggak Mati (Suatu Hari di Bulan Januari) Diinspirasi dari kisah Tawar Menawar dengan Tuhan (Kelly Donald – TEEN INK) Karya Joned Suryatmoko DRAMATIC PERSONAE AYAH MAMA BRAM EMA OPENING RUMAH, DI DAPUR YANG MENYATU DENGAN RUANG MAKAN. PAGI HARI, MASIH SEPI. PEMAIN DIAM DI TEMPATNYA MASING-MASING. MAMA BERDIRI DI DEKAT PENGGORENGAN, AYAH DUDUK DIKURSI MAKAN NYRUPUT KOPI, BRAM BERDIRI DI DEKATNYA SEPERTI MAU MENGUCAPKAN SESUATU. EMA BERDIRI AGAK TERPISAH MENJADI NARATOR. SELAMA EMA BERCERITA TERDENGAR SUARA DETAK JAM. EMA Kalau aku memikirkan keluargaku, aku menganggapnya normal. Kedua orang tua bekerja, meski aku memanggil ibuku dengan sebutan mama dan memanggil bapakku dengan ayah. Tapi selebihnya memang benar-benar wajar. Keluarga dengan satu putri, satu putra, warna pagar rumah yang putih, dapur yang berdekatan dengan ruang makan selayaknya rumah keluarga lain. Kehidupan kami stabil dan mantap, sampai suatu hari di bulan Januari…. SUARA DETAK JAM BERGANTI DERING JAM WEKER. SELURUH AKTIFITAS PAGI MULAI. SEMUA TERTAWA RIANG. SUARA PENGGORENGAN DI WAJAN MAMA LANGSUNG MENYAHUT SRENG…DARI KAMAR BRAM TERDENGAR LAGU POP BERISIK. EMA MUNDUR MENGHAMPIRI BRAM DAN AYAH. BRAM (Sambil menarik kursi untuk duduk) Tapi bagaimana mungkin ayah support MU kalau sebelum siaran langsung itu ayah sudah masuk kamar dan tidur. EMA Malah bagus itu! Ayah tidak ikut-ikutan berisik seperti kamu kalau nonton bola. (mengejek Bram) Gol….Gooollll. BRAM Cewek mana suka sama bola. Kamu yang berisik. EMA Eee…. Siaran langsung bola itu bikin hidup terbalik. Jam tidur dinihari dipakai melek, nonton bola. Makanya bangun siang. BRAM Siaran kemarin juga nggak dini hari kok. Aku bangun pagi. EMA Eee… dibangunin sama mama (Pada Ibu) klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
Naskah Teater Ibu Bumi

Naskah Teater Ibu Bumi

Naskah Teater Ibu Bumi Lakon Remaja Karya Candra Barong Harjanto SUASANA PANGGUNG LENGANG, KASUR KAPAS DITENGAH PANGGUNG. SESEORANG (PEREMPUAN BIJAKSANA SETENGAH TUA) MENARUH LILIN/LAMPU MINYAK PADA POSISI DEPAN, POJOK-POJOK PANGGUNG, SAMBIL MENYEBAR BUNGA. SESEORANG Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. Aku mulai dari sini, Tanah…………. Air,…………….. Udara. TIGA ORANG MASUK LALU-LALANG, BERKATA tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara……. tanah……air,……… udara…….(semakin lama semakin cepat. Seseorang mendekati kasur, membersihkan kasur, merapikan, kemudian menariknya pelan-pelan. ) SESEORANG tanah…… kembalilah ke tanah.air…..kembalilah ke air, udara………kembalilah ke udara.{di ulang 3 kali }tanah,air,udara.kembalikan aku kepadanya,sang pencipta. TIGA ORANG Bolehkah aku bertanya? ORANG 1 eeeeee…..bo…..bo…..bolehkah aku bertanya, siapa kamu, ada sesuatu yang indah, sangat menarik darimi. ORANG 2 Dari manakah kamu? ORANG 3 Aku melihat orang-orang lalu lalang, tanpa tegur sapa. Seperti berhala-berhala yang minta dipuja-puja, apa itu yang disebut keramahan? ORANG 1 Aku merindukan keteduhan jiwa. ORANG 2 Aku mencarinya, berhari-hari, bulan, tahun, dan berabad-abad ORANG 3 Siapa kamu, aku melihat sesuatu nasihat yang terukir dari surga,nasihat cinta ORANG 1 Apakah kamu tanah……… ORANG 2 Kamukah air……… ORANG 3 Barang kali kamu tanah, air, udara, semuanya ada padamu SESEORANG Aku cinta, aku dari cinta, tempat kamu barasal dan akan kembali TIGA ORANG Aku cinta, aku dari cinta, tempat aku berasal dan akan kembali SESEORANG Orang-orang mulai lupa, dari mana mereka berasal dan kemana akan kembali. Orang-orang tinggalkan agama, orang-orang lupa Tuhannya. TIGA ORANG Aku cinta, aku cinta, betapa indah aku, aku cinta, akulah makna…. SESEORANG Ya, Bila cinta adalah nafasmu Aku ingin melarutkan diri di etiap detak jantung Di saat helaan nafas sedih dan gembiramu Aku ingin mengenang, bahwa udara mengawali cinta Entah apa, dimana, bagaimana? Aku ingin mengikuti jejak yang kau sunting lewat tanah Menyemai benih kerinduan Bila aku penguasa cinta Akan aku berikan kasih dan sayang pada orang Yang tulus memaknainya dengan keabadian Agar yang terberai bisa bersatu ORANG 1 Kamukah perempuan yang ku cari? ORANG 2 Aku selalu mengenang dan merindukanmu klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA Arloji

NASKAH DRAMA Arloji

Lakon Remaja Arloji Karya P. Hariyanto PARA PELAKU Jidul Anak laki-laki berumur 15 tahun Pak pikun Pembantu rumah tangga berumur sekitar 40 tahun ibu Nyonya rumah berumur sekitar 42 tahun Tritis Gadis berusia 18 tahun KISAH INI TERJADI DI SEBUAH KAMAR DEPAN KELUARGA YANG CUKUP TERPANDANG. TERDAPAT BERBAGAI PERLENGKAPAN YANG LAZIM DI KAMAR TAMU SEMACAM ITU, NAMUN YANG TERPENTING IALAH SEPERANGKAT MEJA DAN KURSI TAMU. PADA KIRA-KIRA PUKUL 09.00 DRAMA INI TERJADI. DENGAN PENUH KERIANGAN, SI JIDUL MEMBERSIHKAN MEJA DAN KURSI-KURSI. KEPALANYA MELENGGUT-LENGGUT, PANTATNYA BERGIDAL-GIDUL SEIRAMA DENGAN MUSIK DANGDUT YANG TERDENGAR MERIAH. JIDUL TERKEJUT KETIKA MUSIK MENDADAK BERHENTI. PAK PIKUN (muncul, langsung menuju ke arah Jidul) Ayo! Mana! Berikan kembali padaku!Ayo! Mana! JIDUL (ber-ah-uh, sambil memberikan isyarat yang menyatakan ketidakmengertiannya) PAK PIKUN Jangan berlagak pilon! Siapa lagi kalau bukan kamu yang mengabilnya? Ayo, Jidul, kamu sembunyikan di mana, heh? JIDUL (ber-ah-uh, semakin bingung dan takut) PAK PIKUN Dasar maling! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah kambuh lagi, ya? Dasar nggak tahu diri! Ayo, kembalikan kepadaku! Mana, heh? JIDUL (meringkuk diam) PAK PIKUN (semakin keras suaranya) Jidul! Kamu mau kembalikan apa tidak? Mau insaf apa tidak? Apa mau ku panggilkan orang-orang sekampung untuk mencincangmu, heh? Kamu mau dipukuli seperti dulu lagi? Ayo, mana? IBU (Muncul tergesa-gesa) Eh, ada apa Pak Pikun? Ada apa dengan Jidul? PAK PIKUN Anak ini memang tidak pantas dikasihani, Bu. Dia mencuri lagi, Bu! IBU Mencuri? (tertegun). Kamu mencuri, Jidul? JIDUL (ber-ah-uh sambil menggoyang-goyangkan kepala dan tangannya) PAK PIKUN Mungkir, ya? Padahal jelas, Bu! Tadi saya mandi. Setelah itu, arloji saya tertinggal di kamar mandi. Lalu dia masuk, entah mengapa. Lalu tidak ada lagi arloji saya, Bu. IBU O, arloji Pak Pikun hilang, begitu? PAK PIKUN Bukan hilang, Bu! Jelas dicurinya! Ayo, ngaku saja! Kamu ngaku saja, Jidul! JIDUL (ber-ah-uh mencoba menjelaskan ketidaktahuannya) PAK PIKUN Masih mungkir? Minta ku pukul? IBU sabar, Pak Pikun! Sabar! PAK PIKUN Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri! Kamu baru mau ngaku kalau dipukul, ya? Sini! (Mau memukul si Jidul). SI JIDUL (Meloncat, lari ke luar dikejar oleh Pak Pikun) klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA MALIN -The End Scene

NASKAH DRAMA MALIN -The End Scene

Lakon Remaja MALIN -The End Scene Karya M.S. Nugroho CUPLIKAN NASKAH:  BADAI MENGGERAM, SUARA MALIN TERTAWA LANTANG. MALIN Tidak. Aku tidak punya bunda seperti kau! BUNDA Malin, dosa apa setan apa. Kau tak kenal bunda sebanyak bumi. Nyawamu tumbuh dari hembus nafasku. Wajahmu terpahat dari belai kasihku. Darahmu mengalirkan air susuku. Sudahlah. Jika kau bukan anakku, kembalilah ke kapalmu. Jika engkau benar anakku, kembalikan air susuku. Kembalikan. Jika kau tak mampu, jadilah saja kau batu! Batulah engkau, batulah engkau! MALIN Bunda, benarkah engkau itu Bunda? DALANG Duh, Bunda si Malin Kundang Telinga terbakar, hati berdarah Mulut mengutuk anak tersayang Langit keramat tersentak dan jadilah… PENYANYI Halilintar mencambuk lautan, maka kutukan jadilah perwujudan. BUNDA TERTAWA KESURUPAN DALANG Tapi sekejap kemudian sadarlah BUNDA. MALIN telah lenyap dari pandangan. Tinggal sebongkah batu kesepian. Air mata jadi rinai hujan. PENYANYI Tiga belas burung camar berputaran Dengan paruh teriakan bersahutan Kini udara menjadi mantra kutukan Terpendam dari senja kesedihan BUNDA Malin! Malin! Malin! Di manakah engkau, Anakku? Malin, apakah engkau mendengarku? Malin, jawablah. Sembunyi di mana, diam di mana, Anakku? Jawablah. Aku yakin, kau mendengarku. Tidak bisa tidak, kau pasti mendengar aku. Dengarlah. Peluklah Bunda kau sekarang. Katakan kau merindukan aku. Ayo lakukan. Kalau tidak, buat apa aku hidup. Aku menjaga nafasku untuk mencium kening kau. Kalau Bunda tak kau jawab, sia-sialah kuhirup nafasku sendiri. Dan baju sang maut akan lebih layak kukenakan. Upacara kematian di depan mata anaknya sendiri yang tak tahu diri. Kau lihat, Malin. Tongkat ini masih cukup tajam untuk menusuk jantung renta ini. Kau kuhitung sampai sembilan untuk datang kepadaku. Karena kau telah datang ke pangkuan bunda melalui sembilan bulan eraman rahimku. Bersiaplah, aku mulai menghitung dari angka paling akhir. Sembilan…. Malin, baiknya, maafkan Bunda. Bunda tak sengaja, Sayang. Ini tak sengaja. Ini seperti teriakan sakit ketika gigi susumu menggigit putingku. Aku sakit kepada diriku sendiri, bukan kepada kau. Delapan… Mana mungkin seorang ibu menyakiti anaknya. Untuk apa perjuangan melahirkan kau kuhapus sendiri dengan mengusir kau. Untuk apa Bunda mempertaruhkan nyawa kalau untuk membenci kau. Untuk apa Bunda membanting tulang untuk kau. Tujuh…. Kalau pada akhirnya harus mengutuk anaknya. Untuk apa? Malin, itu bukan Bunda. Sekarang, inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela kakinya berdarah-darah, naik-turun gunung, jutaan hasta untuk menatap wajahmu. Enam…. Inilah Bunda, Malin. Bunda yang sabar sendirian menunggu ratusan malam di tengah udara jahat dan tamparan hujan untuk menyambut kedatangan kapal kau. Lima…. Inilah Bunda, Malin. Bunda yang rela mencium kaki kau dan bahkan berubah menjadi batu supaya kau tersenyum. Empat…. Bunda bersungguh-sungguh untuk membunuh diri jika kau tak menjawab, Malin. Tiga…. Apakah kau benar-benar telah menjadi batu? Telinga kau menjadi batu dan hati kau juga menjadi batu? Dua…. Sampai hitungan kesekian kau tidak juga menjawabku, Malin? Apakah Bunda terlalu hina untuk kau? Satu…. Ini sudah masuk hitungan terakhir. Kau di mana? Kau memang batu. Aku mengajari kau menjadi lautan, kau malah menjadi batu. Aku akan…. Ini detik terakhir…. Nol….Nol…. Nol…. Malin, kau sangat tega, ya? Ini kau sudah putuskan. Baiklah, mungkin ini yang terbaik. Bunda memang bersalah. Bunda memang telah mengutuk kau. (Mengoyak-ngoyak bajunya sendiri) Badan ini memang tak layak sebagai seorang bunda. Jantung ini memang baiknya diam selamanya untuk minta ampun pada kau. Bunda memang pantas mati untuk menebus kesalahan Bunda. Darah ini akan menjadi saksi. Nyawa ini untuk kau, Malin! BUNDA MENUSUK JANTUNGNYA SENDIRI. DALANG Duh, derita mana bisa kalahkan derita bunda Derita bunda karena kasih kepada putranya Dipalingkan dan dicampakkan putranya sendiri Putra yang tak menganggap bundanya lagi klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA Cahaya Rembulan

NASKAH DRAMA Cahaya Rembulan

Lakon Remaja Cahaya Rembulan oleh Rusmila DRAMATIC PERSONAE – Abdullah (Lelaki) – Fatimah – Aisyah – Hasan – Bi Inah – Lelaki Berjubah Putih – Bartender – Teman bartender – Sopir – Petugas rumah sakit PROLOG LELAKI ITU DUDUK SENDIRIAN DI SUDUT PUB DENGAN SEBATANG ROKOK YANG TERSELIP DI JEMARINYA. SEBENTAR-SEBENTAR BOLA MATANYA MENGERJAP SERAYA MENGGELENG-GELENGKAN KEPALA, SEOLAH HENDAK MENGENYAHKAN PIKIRAN YANG MEMENUHI ISI KEPALANYA. INGIN IA LARI DARI SEMUA PERSOALAN, MEMBEBASKAN DIRI DARI SEGALA MACAM BEBAN YANG MENDERA. AKAN TETAPI, LELAKI ITU TAK PERNAH BERHASIL. BABAK I DI PUB BAR ABDULLAH (Sambil setengah mabuk) Hei … bartender, tambaah lagi birnya! BARTENDER MENUANGKAN BIR KE GELAS LELAKI ITU LELAKI (Meneguk bir di gelasnya dengan sempoyongan) Ka … mu tau, siapa saya he … he? SAMBIL MENEPUK DADA. BARTENDER HANYA TERSENYUM LELAKI Sa … ya, sa … ya seorang lelaki sukses. Kamu, kamu tau, perusahaan saya besaaar sekali. Istri saya artis top. Anak-anak saya cantik dan ganteng. Saya punya uang banyak, berlimpah. BERDIRI SEMPOYONGAN. LELAKI ITU KEMBALI MEYODORKAN GELASNYA YANG SUDAH KOSONG. BARTENDER (Memegang bahu lelaki) Tuan sudah mabuk, sepuluh gelas sudah cukup, Tuan. Sebaiknya Tuan pulang saja. LELAKI (Menepis tangan bartender) Pulang …? Mabuk …? Akh, … kau gila. Aku tak mungkin mabuk. Aku ini …. LELAKI TERJATUH. SI BARTENDER DAN BEBERAPA PEGAWAI PUB ITU SEGERA MENGGOTONG LELAKI ITU KELUAR. MEREKA MENCARI SOPIR LELAKI ITU YANG SETIAP MALAM SETIA MENEMANINYA. klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »
NASKAH DRAMA Lidah Tak Bertulang

NASKAH DRAMA Lidah Tak Bertulang

Lakon Remaja LIDAH TAK BERTULANG Karya Drs. U. Nurochmat PELAKU 1. IRMA Pelajar SMP 2. ESTI Pelajar SMP 3. JANET Pelajar SMP 4. RENI Pelajar SMP (siswa baru) Drama berlangsung dengan latar di sebuah warung yang mangkal di pinggir jalan di depan sekolah. Namun warung tersebut masih tutup. Pagi itu cukup cerah ketika Lena, Esti, Janet, dan seorang siswi baru sedang duduk-duduk sambil berbincang-bincang. Irma datang tergopoh-gopoh karena kesiangan. ADEGAN I IRMA (heran melihat teman-temannya malah berkumpul di warung Pak Edi) Hei, kok, masih pada mejeng di sini? (memandang ke arah kiri panggung) lho, sekolah kita sepi? (Esti tidak jadi menjawab karena Irma langsung memotong) Sebentar-sebentar … (meletakkan telunjuk menyilang di bibirnya seraya berpikir) Ini pasti ulah guru-guru kita. (menatap satu persatu teman-temannya dengan hati-hati) Mereka sedang rapat, kan? ESTI Memangnya kemarin kamu tidak membaca pengumuman di mading? Ketua kelas kita saja mengumumkan di depan kelas. IRMA Gimana mau baca? Aku kan nggak masuk sekolah. JANET Makanya kalau sekolah yang rajin, sehingga tidak ketinggalan informasi. IRMA (Menyadari ada anak baru, Irma meliriknya) Ini siapa, ya? ESTI Oya, aku sampai lupa. Kenalkan, ini Reni. (pada siswi baru) Ren, kenalkan ini teman kita Irmawati. (Irma dan Reni bersalaman) RENI Reni Ambarsari. IRMA Irmawati. Kamu siswa baru di sini? (Reni mengangguk dengan ramah) Pindahan dari mana? RENI Aku pindah dari Bandung. Dari SMP Negeri 2. ESTI Kalian berbincang-bincang dulu, ya! Aku kangen sama toilet dulu. JANET Huh, dasar beser! (mengiringi kepergian Esti) klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra