NASKAH DRAMA Taplak Meja

Naskah Lakon Remaja TAPLAK MEJA Karya Herlina Syarifudin PARA PELAKU 1. PAKDE KEMPUL 2. BUDE KIRANTI 3. KEMPRUT 4. WIRID 5. GENTING 6. JANTHIL 7. SOWER 8. PENGHULU 9. ORANG TUA GENTING 10. ORANG TUA KEMPRUT 11. IBUNYA JANTHIL 12. MAMANYA WIRID 13. BEBERAPA FIGURAN UNTUK PERAN PARA UNDANGAN PARA AKTOR DENGAN KOSTUM MOTIF TAPLAK MEJA DAN HAND PROP TAPLAK MEJA WARNA-WARNI DENGAN BERBAGAI MOTIF, MEMBENTUK KOREOGRAFI GERAK. DIIRINGI ALUNAN MUSIK DARI BUNYI-BUNYIAN YANG DIAMBIL DARI PERANGKAT SEDERHANA. MISAL PERANGKAT RUMAH TANGGA, PERANGKAT BENGKEL, DLL. TARIAN USAI, MEREKA SEMUA TERTIDUR. ADEGAN 1 RUANG KAMAR BERSAMA DI SEBUAH RUMAH SINGGAH PENAMPUNGAN ANAK-ANAK BROKEN HOME, PAGI HARI. PAKDE KEMPUL Woi…woi…bangun..bangun…!! Hobi kok begadang. Lupa ya? Hari ini hari apa? ANAK-ANAK (nada malas, kompak) Mingguuuuu…. WIRID Iya Pakde. Insya Allah hari Minggu. PAKDE KEMPUL We’ik. Weleh, weleh. Kalian ini, setiap ditanya hari ini hari apa, jawabnya selalu hari Minggu lagi, hari Minggu lagi. SOWER Lha iya toh, Pakde. Bagi kita, semua hari itu serasa lebih indah jika dibilang hari Minggu. Karena biar setiap hari bisa libur, bisa santai, bisa begadang, terus bisa bangun molooooorrrrr… PAKDE KEMPUL (sewot manja) Lha iya toh, Wer. Biar bibirmu semakin ndoweeeerrr. Karena tiap hari ngileeerrr melulu, bikin pulau abstrak di sarung bantal buluk tercintamu itu. Sana, mumpung matahari sedang tersenyum manis, cepat dijemur bantal kamu itu. SOWER Sebentar, Pakde. Boleh tidak aku minta waktu 10 menit saja ? PAKDE KEMPUL Mau apa? Pasti mau nambah waktu ngorok 10 menit lagi. Iya kan? Untuk kali ini, permintaanmu tidak Pakde penuhi. Maaf ya, Wer. SOWER(menggerutu) Yach, Pakde. Ya sudah kalau begitu. Nanti malam aku mau balas dendam, tidur duluan. PAKDE KEMPUL (senyum) Nah, begitu. Tidak baik anak muda kebanyakan tidur. Bakal banyak kehilangan peluang. Kata Mbah Buyutku dulu, kalau kita bangun keduluan ayam berkokok, rejeki kita bakal jauh. klik di sini untuk download naskah teater

BACA SELANJUTNYA »
ROBOHNYA SURAU KAMI

Robohnya Surau Kami

ROBOHNYA SURAU KAMI Karya AA. Navis Penyadur/Adaptasi Hermana HMT Cuplikan naskah TIBA-TIBA SEORANG PEREMPUAN MUNCUL DAN MENANGIS SEPERTI ANAK KECIL. SEORANG PEREMPUAN Kini kakek itu sudah tidak ada lagi. Ia sudah meninggal. Dan tinggalah surau itu tanpa penjaganya. Sekarang hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Orang-orang itu semakin masa bodoh. Dan biang kebodohan itu ialah sebuah dongeng yang tidak dapat disangkal kebenarannya. PIMPINAN PENTAS Hei,hei,hei ! Berhenti ! Apa-apaan sih kamu ? Orang lain berdoa ini malahan menangisi yang tidak jelas. Sudah, tidak baik banyak bersedih hati. Yang sudah berpulang biarlah pulang dengan tenang, kita-kita yang akan mengikutinya nanti, dari sekarang lebih baik mempersiapkan bekal kepulangan kita itu. Agar nanti tidak tersesat atau masuk ke tempat yang tidak kita sukai. Sekarang lebih baik memperbaiki hidup daripada meratapi yang sudah mati. Sudah ya,jangan menangis lagi malu tuh sama orang-orang. Oh ya, penonton. Selamat berjumpa dengan kami. Maaf tadi saya memotong dulu. Pertunjukan sebenarnya belum dimulai. klik di sini untuk download naskah teater

BACA SELANJUTNYA »

NASKAH DRAMA Uang yang Hilang

“UANG YANG HILANG” Oleh : Mutiara Sabrinda (catatan admin: Naskah ini cocok sekali dipentaskan untuk anak sekolah menengah) KELAS 7-K KEMBALI RICUH. SETELAH JAM ISTIRAHAT USAI, ADA ANAK YANG KEHILANGAN UANGNYA SEBESARRP.50.000,-… anak : lho! Lho,…! Uangku dimana?! (mulai panik sembari merogoh sakunya,kemudian mengobrak-abrik tas dan mejanya) (Anak-Anak yang lain tertegun) IBU GURU YANG BARU MASUK KEDALAM KELAS MENJADI HERAN MELIHAT SEMUA ANAK TERDIAM, SEMENTARA ADA SATU ORANG YANG KALANG KABUT MENGOBRAK – ABRIK BARANG-BARANGNYA,…. Bu Guru : Aduh,…! Ada apa ini?? Resta : Itu, Bu!ada lagi yang kehilangan uangnya, Bu….. Bu Guru : Siapa yang,….? Anak : Saya, BU! Saya, kehilangan uang saya,…,sebetulnya nanti akan saya pakai untuk membayar kaos Olahraga,… (IBU GURU TERDIAM) Bu Guru : Tabahkanlah hatimu dulu, ya……., sementara ini,…, ibu belum bisa membantu kamu untuk mencari uangmu itu,…, Bu Guru sekarangjuga masih Repot,…, anak-anak yang lain juga banyak yang mau membayar kaos Olahraga,… (ANAK YANG KEHILANGAN UANGNYA ITU PUN MULAI MENANGIS,…) Bu Guru : Sudah,…,Sudah,., untuk kali ini biar ibu yang mengganti uangmu ya,… Anak : Saya tidak mau,…., nanti juga saya tetap akan dimarahi sama bapak,…,sama ibu,… Bu Guru : Iya,…, nanti biar Bu guru yang menjelaskan ke orang tuamu ya,…, sudah jangan menangis lagi,… (Anak itu pun mulai berhenti menangis) ENTAH DIMULAI SEJAK KAPAN, MULAI ADA BANYAK ANAK YANG KEHILANGAN BARANGNYA. BAIK ITU, BUKU PELAJARAN, TEPAK, PENSIL, PENGHAPUS, STIPO, SAMPAI UANG JUGA. TAPI, SELAMA ITU PULA PELAKU BELUM JUGA TERTANGKAP. ………………………………………… TENTANG PENULIS Mutiara Sabrinda saya adalah seorang anak yatim yang telah ditinggal ayah saya saat berumur 13 tahun. saya mewarisi sebuah perusahaan distributor minuman sari buah segar. tapi, minat saya dalam bidang Seni membuat saya juga mempertahankan SENDRATARI yang kini sudah mulai luntur. (http://dramaremaja.blogspot.com/) Untuk mementaskah naskah ini silakan menghubungi penulis (sekedar pemberitahuan)  ke email/facebook: sakuraharuno457@gmail.com klik di sini untuk download naskah teater

BACA SELANJUTNYA »
Naskah teater Festival Topeng

Naskah teater Festival Topeng Karya Budi Ros

FESTIVAL TOPENG (Juara Harapan I Sayembara menulis Naskah Drama DKJ 2003) Karya Budi Ros Dramatic Personae Mbah Joyo 70 Tahun Blentung; anak Joyo 35 Tahun Mitro 35 tahun Genggong; Ketua Panitia 65 tahun Laras; Nyonya Genggong 55 Tahun Jarkoni; Lurah Desa 40 tahun Sami’un 45 tahun Kamun 30 tahun Bawor 30 tahun Gubil 30 tahun Tuji 30 tahun Kirno 40 tahun Peang 25 tahun Panjul 25 tahun Orang ke 1 Orang ke 2 Orang ke 3 Orang ke 4 Orang ke 5; Kakek Bawor 70 tahun Mijem; istri Kirno 39 tahun Sukasih; istri Peang 20 tahun Warti 17 tahun MC 3 ksatria utama; peserta Festival Topeng Parjan; peserta Festival Topeng Pono; peserta Festival Topeng Yasmudi Parmin Kamto Wahyu Panitia yang menggiring arak-arakan Petugas Ngaisah; istri Yasmudi PEMBUKA Jalanan Desa. Pagi. Iring-iringan peserta festival topeng bergerak menuju tanah lapang, tempat festival tahunan khas desa itu biasa digelar. Meriah betul suasananya. Terdengar bunyi tetabuhan penuh gereget. Di pinggir jalan itu, tampak orang-orang sedang bergerombol menonton dan menambah meriah suasana. Mereka saling berbisik, mengomentari, menyoraki dan mengolok. Juga mengumpat dan memaki. Semua ucapan itu serba spontan dan jujur hingga tak seorang pun sakit hati. Kasmun, Bawor, Gubil dan Tuji, pemuda desa yang paling vocal sedang mengomentari para calon peserta festival topeng yang menurut mereka “aneh-aneh” dan lucu-lucu. KASMUN Wah, ini baru festival. Hebat….hebat. pesertanya banyak betul BAWOR Ya. Belum pernah sebanyak ini TUJI Kalau tidak percuma dong. Sumbangan kita tahun ini juga paling besar BAWOR Betul. Paling besar KASMUN Buset!!! Topeng apa itu, Parjan!? Serem amat, kayak memedi sawah PARJAN Diam kamu. Tahu apa kamu selain cangkul dan combronya Jamilah? Ini seni, monyong! Orang-orang tertawa GUBIL Apanya yang seni? Berani bertaruh, nggak bakalan menang, Parjan. Jauh…jauh…. PARJAN Menang kalah urusan belakangan, yang penting partisipasi. Daripada kalian, sawah melulu yang diurusin. Sekali-kali ikut festival dong kayak saya. Ini hiburan sehat, rekreasi sekaligus melestarikan tradisi leluhur KASMUN Leluhur siapa? Leluhur kita sudah lama mati, Parjan. Tradisi juga sudah lama sekarat, tinggal nunggu koit. Kalau Sri Lestari masih ada. Di Jakarta dia jadi babu Orang-orang tertawa PANITIA Saudara-saudara, mohon tenang! klik di sini untuk download naskah teater

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra