Sebuah Jaket Berlumur Darah Puisi Karya:Taufiq Ismail

Sebuah Jaket Berlumur Darah Puisi Karya:Taufiq Ismail Sebuah jaket berlumur darah Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung Dalam kepedihan bertahun-tahun. Sebuah sungai membatasi kita Di bawah terik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’ Berikara setia kepada tirani Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?. Spanduk kumal itu, ya spanduk itu Kami semua telah menatapmu Dan di atas bangunan-bangunan Menunduk bendera setengah tiang. Pesan itu telah sampai kemana-mana Melalui kendaraan yang melintas Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa Prosesi jenazah ke pemakaman Mereka berkata Semuanya berkata Lanjutkan Perjuangan. 

BACA SELANJUTNYA »

Memang Selalu Demikian, Hadi Puisi Karya:Taufiq ismail

Memang Selalu Demikian, Hadi Puisi Karya:Taufiq ismail Setiap perjuangan selalu melahirkan Sejumlah pengkhianat dan para penjilat Jangan kau gusar, Hadi. Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang Jangan kau kecewa, Hadi. Setiap perjuangan yang akan menang Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian Dan para jagoan kesiangan. Memang demikianlah halnya, Hadi. 

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Karya:Taufiq ismail

Nasehat-Nasehat Kecil Orang Tua  Pada Anaknya Berangkat Dewasa Puisi Karya:Taufiq ismail  Jika adalah yang harus kaulakukan Ialah menyampaikan kebenaran Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan Ialah ang bernama keyakinan Jika adalah yang harus kau tumbangkan Ialah segala pohon-pohon kezaliman Jika adalah orang yang harus kauagungkan Ialah hanya Rasul Tuhan Jika adalah kesempatan memilih mati Ialah syahid di jalan Ilahi.

BACA SELANJUTNYA »

DOA Puisi Karya:Taufiq ismail

DOA Puisi Karya:Taufiq ismail Tuhan kami Telah nista kami dalam dosa bersama Bertahun-tahun membangun kultus ini Dalam pikiran yang ganda Dan menutupi hati nurani Ampunilah kami Ampunilah Amin Tuhan kami Telah terlalu mudah kami Menggunakan AsmaMu Bertahun di negeri ini Semoga Kau rela menerima kembali Kami dalam barisanMu Ampunilah kami Ampunilah Amin 1966

BACA SELANJUTNYA »

Dari Ibu Seorang Demonstran Puisi Karya:Taufiq ismail

Dari Ibu Seorang Demonstran “Ibu telah merelakan kalian Untuk berangkat demonstrasi Karena kalian pergi menyempurnakan Kemerdekaan negeri ini” Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada Atau gas airmata Tapi langsung peluru tajam Tapi itulah yang dihadapi Ayah kalian almarhum Delapan belas tahun yang lalu Pergilah pergi, setiap pagi Setelah dahi dan pipi kalian Ibu ciumi Mungkin ini pelukan penghabisan (Ibu itu menyeka sudut matanya) Tapi ingatlah, sekali lagi Jika logam itu memang memuat nama kalian (Ibu itu tersedu sedan) Ibu relakan Tapi jangan di saat terakhir Kau teriakkan kebencian Atau dendam kesumat Pada seseorang Walapun betapa zalimnya Orang itu Niatkanlah menegakkan kalimah Allah Di atas bumi kita ini Sebelum kalian melangkah setiap pagi Sunyi dari dendam dan kebencian Kemudian lafazkan kesaksian pada Tuhan Serta rasul kita yang tercinta pergilah pergi Iwan, Ida dan Hadi Pergilah pergi Pagi ini (Mereka telah berpamitan dengan ibu dicinta Beberapa saat tangannya meraba rambut mereka Dan berangkatlah mereka bertiga Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata) 1966

BACA SELANJUTNYA »

GUGUR DALAM PENCEGATAN TAHUN EMPAT PULUH DELAPAN Puisi Karya:Taufiq ismail

GUGUR DALAM PENCEGATAN TAHUN EMPAT PULUH DELAPAN Demikian cerita kakek penjaga Tentang pengunjung lelaki setengah baya Berkemeja dril lusuh, dari luar kota Matanya memandang jauh, tubuh amat kurusnya Datang ke musium perjuangan Pada suatu sore yang sepi Ketika hujan rinai tetes-tetes di jendela Dan angin mengibarkan tirai serta pucuk-pucuk cemara Lelaki itu menulis kesannya di buku-tamu Buku tahun-keenam, halaman seratus-delapan Dan sebelum dia pergi Menyalami dulu kakek Aki Dengan tangannya yang dingin aneh Setelah ke tugu nama-nama dia menoleh Lalu keluarlah dia, agak terseret berjalan Ke tengah gerimis di pekarangan Tetapi sebelum ke pagar halaman Lelaki itu tiba-tiba menghilang

BACA SELANJUTNYA »

PENGOEMOEMAN REPOEBLIK Puisi Karya:Taufiq ismail

PENGOEMOEMAN REPOEBLIK yang mulai berdebu Gambar lasykar yang kurus-kurus Dan kuberi tabik khidmat dan diam Pada gambar Pak Dirman Mendekati tangga turun, aku menoleh kembali Ke ruangan yang sepi dan dalam Jendela musium dipukul angin dan hujan Kain pintu dan tingkap bergetaran Di pucuk-pucuk cemara halaman Tahun demi tahun mengalir pelan-pelan Deru konvoi menjalari lembah Regu di bukit atas, menahan nafas Di depan tugu dalam musium ini Menjelang pintu keluar ke tingkat bawah Aku berdiri dan menatap nama-nama Dipahat di sana dalam keping-keping alumina Mereka yang telah tewas Dalam perang kemerdekaan Dan setinggi pundak jendela Kubaca namaku disana…..

BACA SELANJUTNYA »

BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN Puisi Karya:Taufiq ismail

BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN Pada tahun keenam Setelah di kota kami didirikan Sebuah Musium Perjuangan Datanglah seorang lelaki setengah baya Berkunjung dari luar kota Pada sore bulan November berhujan dan menulis kesannya di buku tamu Buku tahun keenam, halaman seratus-delapan Bertahun-tahun aku rindu Untuk berkunjung kemari Dari tempatku jauh sekali Bukan sekedar mengenang kembali Hari tembak-menembak dan malam penyergapan Di daerah ini Bukan sekedar menatap lukisan-lukisan Dan potret-potret para pahlawan Mengusap-usap karaben tua Baby mortir buatan sendiri Atau menghitung-hitung satyalencana Dan selalu mempercakapkannya Alangkah sukarnya bagiku Dari tempatku kini, yang begitu jauh Untuk datang seperti saat ini Dengan jasad berbasah-basah Dalam gerimis bulan November Datang sore ini, menghayati musium yang lengang Sendiri Menghidupkan diriku kembali Dalam pikiran-pikiran waktu gerilya Di waktu kebebasan adalah impian keabadian Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan Penggelapan dan salahguna pengatasnamaan Begitulah aku berjalan pelan-pelan Dalam musium ini yang lengang Dari lemari kaca tempat naskah-naskah berharga Kesangkutan ikat-ikat kepala, sangkur-sangkur berbendera Maket pertempuran Dan penyergapan di jalan Kuraba mitraliur Jepang, dari baja hitam Jajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra