Puisi Sutardji Calzoum Bachri : O

O Oleh : Sutardji Calzoum Bachri dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O… sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : NGIAU

NGIAU Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tagu jentara aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan menanamkan gigi-gigi sepi mereka akan ragu menetapkan yang mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang mana surga. sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : MANTERA

MANTERA Oleh : Sutardji Calzoum Bachri                     lima percik mawar                     tujuh sayap merpati                     sesayat langit perih                     dicabik puncak gunung                     sebelas duri sepi                     dalam dupa rupa                     tiga menyan luka                     mengasapi duka                     puah!                     kau jadi Kau!                     Kasihku         Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : LA NOCHE DE LAS PALABRAS

LA NOCHE DE LAS PALABRAS (EL DIARIO DE MEDELLIN) Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia kami mengepung bulan dan mereka yang mendengarkan puisi kami mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka berkomplot dengan anggur daun cerbeza bersekongkol dengan gadisgadis memancing bulan dengan keluasan dada Musim panas Menjulang di Medelin menampilkan sutera di keharibaan malam cuaca ratusan para lilin menyandar di pundak malam mengucap menyebutnyebut cahaya sambil mencoba memahami takdir di wajah-wajah usia kami para penyair meneruskan zikir kami -palabras palabras palabras palabras – –kata kata kata kata — semakin kental mengucap cahaya pun memadat sampai kami bisa buat sesuka kami atas padat cahaya lantas bulan kesurupan kesadaran kami meninggi bulan turun pada kami dan kami mengatasi bulan sampailah kami pada kerajaan kata-kata jika kami membilang ayah ia juga ayah kata-kata jika kami menyebut hari juga harinya kata-kata jika kami mengucap diri pastilah juga diri kata kata Di cafe jalanan Medellin purnama jatuh kata-kata menjadi kami kami menjadi kata kata Medellin, Colombia 1997 OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Republikaedisi : 28 November 1999

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : KUCING

KUCING Oleh : Sutardji Calzoum Bachri             ngiau!  Kucing dalam  darah dia menderas             lewat  dia  mengalir  ngilu  ngiau  dia  ber             gegas  lewat dalam aortaku dalam rimba             darahku dia  besar dia bukan harimau bu             kan singa bukan  hiena  bukan leopar  dia             macam kucing bukan kucing  tapi   kucing             ngiau dia lapar dia  merambah  rimba  af             rikaku dengan cakarnya dengan amuknya             dia meraung  dia mengerang jangan beri             daging dia tak  mau daging Jesus jangan             beri  roti  dia  tak   mau   roti   ngiau   ku             cing   meronta  dalam  darahku  meraung             merambah  barah  darahku  dia lapar 0 a             langkah  lapar   ngiau   berapa  juta  hari             dia  tak  makan  berapa  ribu  waktu  dia             tak  kenyang  berapa juta lapar lapar ku             cingku  berapa  abad  dia mencari menca             kar  menunggu  tuhan mencipta kucingku             tanpa mauku dan sekarang  dia  meraung             mencariMu  dia   lapar   jangan   beri  da             ging   jangan   beri  nasi  tuhan  mencipta             nya  tanpa  setahuku  dan  kini  dia  minta             tuhan  sejemput  saja  untuk tenang seha             ri  untuk  kenyang  sewaktu untuk tenang         Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : JEMBATAN

JEMBATAN Oleh  : Sutardji Calzoum Bachri     Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata     bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi     dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna.     Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang     jalanan yangberdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota.     Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam     para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan.     Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase     indah di berbagai palaza. Wajah yang diam-diam menjerit     mengucap     tanah air kita satu     bangsa kita satu     bahasa kita satu     bendera kita satu !     Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan jalan     mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan     tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah     yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang     di antara kita ?     Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot     linu mengerang mereka pancangkan koyak-miyak bendera hati     dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak ammpu     mengucapkan kibarnnya.     Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami. Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : BAYANGKAN

BAYANGKAN untuk Salim Said Oleh : Sutardji Calzoum Bachri direguknya          wiski             direguk                direguknya bayangkan kalau tak ada wiski di bumi sungai tak mengalir dalam aortaku katanya di luar wiski            di halaman                  anak-anak bermain bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi aku kan lupa bagaimana menangis katanya direguk    direguk        direguknya wiski             sambil mereguk tangis lalu diambilnya pistol dari laci bayangkan kalau aku tak mati mati katanya dan ditembaknya kepala sendiri bayangkan 1977 sajak-sajak: Sutardji Calzoum Bachri Date: Wed, 17 Nov 1999 01:27:04 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : BATU

BATU Oleh : Sutardji Calzoum Bachri         batu mawar         batu langit         batu duka         batu rindu         batu janun         batu bisu         kaukah itu                         teka                                 teki         yang         tak menepati janji ?     Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan     hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan     seribu beringin ingin tak teduh.  Dengan siapa aku mengeluh?     Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk     diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai     sedang lambai tak sampai.  Kau tahu         batu risau         batu pukau         batu Kau-ku         batu sepi         batu ngilu         batu bisu         kaukah itu                                 teka                         teki                         yang         tak menepati                         janji ?         Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra