KALIURANG (TENGAH HARI) KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

KALIURANG (TENGAH HARI) KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Kembali kita berhadapan Dalam relung sepi ini Dari seberang lembah mati Bibirmu berkata lagi Napasmu mengelus jiwaku Tersingkap kabut Dataran Dan kutahu di tepi selatan Laut ‘manggil aku berlayar dari sini Tungguhlah aku akan datang Biar kelam datang kembali Dengan angin malam aku bertolak Ke negeri, kabut tidak mengabur pandang Mati, berarti kita akan bersatu lagi.

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : Wahai pemuda mana telurmu?

Wahai pemuda mana telurmu? Apa gunanya merdeka Kalau tak bertelur Apa gunanya bebas Kalau tak menetas? Wahai bangsaku Wahai pemuda Mana telurmu? Burung jika tak bertelur Tak menetas Sia-sia saja terbang bebas Kepompong menetaskan kupu-kupu, Kuntum membawa bunga Putik jadi buah Buah menyimpan biji Menyimpan mimpi Menyimpan pohon dan bunga-bunga Uap terbang menetas awan Mimpi jadi, sungai pun jadi, Menetas jadi, Hakekat lautan Setelah kupikir-pikir Manusia ternyata burung berpikir Setelah kurenung-renung Manusia adalah burung merenung Setelah bertafakur Tahulah aku Manusia harus bertelur Burung membuahkan telur Telur menjadi burung Ayah menciptakan anak Anak melahirkan ayah Wahai para pemuda Wahai garuda Menetaslah Lahirkan lagi Bapak bagi bangsa ini! Menetaslah Seperti dulu Para pemuda Bertelur emas Menetas kau Dalam sumpah mereka SCB, 7 Agustus 2010

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : KUCING

KUCING ngiau! Kucing dalam darah dia menderas lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber gegas lewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan harimau bu kan singa bukan hiena bukan leopar dia macam kucing bukan kucing tapi kucing ngiau dia lapar dia merambah rimba af rikaku dengan cakarnya dengan amuknya dia meraung dia mengerang jangan beri daging dia tak mau daging Jesus jangan beri roti dia tak mau roti ngiau ku cing meronta dalam darahku meraung merambah barah darahku dia lapar 0 a langkah lapar ngiau berapa juta hari dia tak makan berapa ribu waktu dia tak kenyang berapa juta lapar lapar ku cingku berapa abad dia mencari menca kar menunggu tuhan mencipta kucingku tanpa mauku dan sekarang dia meraung mencariMu dia lapar jangan beri da ging jangan beri nasi tuhan mencipta nya tanpa setahuku dan kini dia minta tuhan sejemput saja untuk tenang seha ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : IDUL FITRI

Idul Fitri Lihat Pedang tobat ini menebas-nebas hati dari masa lampau yang lalai dan sia Telah kulaksanakan puasa ramadhanku, telah kutegakkan shalat malam telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang Telah kuhamparkan sajadah Yang tak hanya nuju Ka’bah tapi ikhlas mencapai hati dan darah Dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menunggu Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya Maka aku girang-girangkan hatiku Aku bilang: Tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malam Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang Namun si bandel Tardji ini sekali merindu Takkan pernah melupa Takkan kulupa janji-Nya Bagi yang merindu insya Allah ka nada mustajab Cinta Maka walau tak jumpa denganNya Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini Semakin mendekatkan aku padaNya Dan semakin dekat semakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini ngebut di jalan lurus Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia Kini biarkan aku meneggak marak CahayaMu di ujung sisa usia O usia lalai yang berkepanjangan Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus Tuhan jangan Kau depakkan aku lagi ke trotoir tempat aku dulu menenggak arak di warung dunia Maka pagi ini Kukenakan zirah la ilaha illAllah aku pakai sepatu sirathal mustaqim aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id Aku bawa masjid dalam diriku Kuhamparkan di lapangan Kutegakkan shalat Dan kurayakan kelahiran kembali di sana

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : AMUK

AMUK karya: Sutardji C. Bachri …. aku bukan penyair sekedar aku depan depan yang memburu membebaskan kata memanggilMu pot pot pot pot pot kalau pot tak mau pot biar pot semau pot mencari pot pot hei Kau dengar manteraku Kau dengar kucing memanggilMu izukalizu pot hei Kau dengar manteraku Kau dengar kucing memanggilMu izukalizu mapakazaba itasatali tutulita papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco zukuzangga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zukuzangga zegezegeze aahh…! nama kalian bebas carilah tuhan semaumu

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : PIL

Pil Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Memang pil seperti pil macam pil walau pil Hanya pil hampir pil sekedar pil ya toh pil Meski pil tapi tak pil apalah pil Pil pil pil mengapa gigil ? Aku demam pil bilang Obat jadi barah Apakah pasien ? Tempeleng !

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : SATU

SATU Oleh : Sutardji Calzoum Bachri kuterjemahkan tubuhku ke dalam tubuhmu ke dalam rambutmu kuterjemahkan rambutku jika tanganmu tak bisa bilang tanganku kuterjemahkan tanganku ke dalam tanganmu jika lidahmu tak bisa mengucap lidahku kuterjemahkan lidahku ke dalam lidahmu aku terjemahkan jemariku ke dalam jemarimu jika jari jemarimu tak bisa memetikku ke dalam darahmu kuterjemahkan darahku kalau darahmu tak bisa mengucap darahku jika ususmu belum bisa mencerna ususku kuterjemahkan ususku ke dalam ususmu kalau kelaminmu belum bilang kelaminku aku terjemahkan kelaminku ke dalam kelaminmu daging kita satu arwah kita satu walau masing jauh yang tertusuk padamu berdarah padaku

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : WALAU

WALAU Oleh : Sutardji Calzoum Bachri         Walau penyair besar         takkan sampai sebatas allah         dulu pernah kuminta tuhan         dalam diri         sekarang tak         kalau mati         mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat         tujuh puncak membilang-bilang         nyeri hari mengucap-ucap         di butir pasir kutulis rindu rindu         walau huruf habislah sudah         alif bataku belum sebatas allah         Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten 

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : TRAGEDI WINKA & SIHKA

TRAGEDI WINKA & SIHKA Oleh : Sutardji Calzoum Bachri              kawin                      kawin                               kawin                                       kawin                                                     kawin                                               ka                                           win                                        ka                                   win                               ka                           win                       ka                 win             ka                 winka                         winka                                 winka                                         sihka                                                 sihka                                                         sihka                                                                 sih                                                             ka                                                         sih                                                     ka                                                 sih                                             ka                                         sih                                     ka                                 sih                             ka                                 sih                                     sih                                         sih                                             sih                                                 sih                                                     sih                                                         ka                                                             Ku         Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : TAPI

TAPI Oleh : Sutardji Calzoum Bachri         aku bawakan bunga padamu                                                         tapi kau bilang masih         aku bawakan resahku padamu                                                         tapi kau bilang hanya         aku bawakan darahku padamu                                                         tapi kau bilang cuma         aku bawakan mimpiku padamu                                                         tapi kau bilang meski         aku bawakan dukaku padamu                                                         tapi kau bilang tapi         aku bawakan mayatku padamu                                                         tapi kau bilang hampir         aku bawakan arwahku padamu                                                         tapi kau bilang kalau         tanpa apa aku datang padamu                                                         wah !         Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra