PUISI GUSMUS : KEPADA PENYAIR

PUISI KEPADA PENYAIR Karya : A. Mustofa Bisri (Gus Mus) Brentilah menyanyi sendu tak menentu tentang gunung-gunung dan batu mega-mega dan awan kelabu tentang bulan yang gagu dan wanita yang bernafsu Brentilah bersembunyi dalam simbol-simbol banci Brentilah menganyam-anyam maya mengindah-indahkan cinta membesar-besarkan rindu Brentilah menyia-nyiakan daya memburu orgasme dengan tangan kelu Brentilah menjelajah lembah-lembah dengan angan-angan tanpa arah Tengoklah kanan-kirimu Lihatlah kelemahan di mana-mana membuat lelap dan kalap siapa saja Lihatlah kekalapan dan kelelapan merajalela membabat segalanya Lihatlah segalanya semena-mena mengkroyok dan membiarkan nurani tak berdaya Bangunlah Asahlah huruf-hurufmu Celupkan baris-baris sajakmu dalam cahya dzikir dan doa Lalu tembakkan kebenaran Dan biarlah Maha Benar yang menghajar kepongahan gelap dengan mahacahyaNya 1414 KUMPULAN PUISI A. MUSTOFA BISRI (GUS MUS)

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : SAJAK NEGERI TEKA TEKI

SAJAK NEGERI TEKA TEKI Karya : A. Mustofa Bisri (Gus Mus) Jangan tanya, tebak saja Jangan tanya apa Jangan tanya siapa Jangan tanya mengapa Tebak saja Jangan tanya apa yang terjadi Apalagi apa yang ada dibalik kejadian Karena disini yang ada memang Hanya kotak-kotak teka-teki silang Dan daftar pertanyaan-pertanyaan Jangan tanya mengapa Yang disana dimanjakan Yang disini dihinakan, tebak saja Jangan tanya siapa Membunuh buruh dan wartawan Siapa merenggut nyawa yang dimuliakan Tuhan Jangan tanya mengapa, tebak saja Jangan tanya mengapa Yang disini selalu dibenarkan Yang disana selalu disalahkan, tebak saja Jangan tanya siapa Membakar hutan dan emosi rakyat Siapa melindungi penjahat keparat Jangan tanya mengapa, tebak saja Jangan tanya mengapa Setiap kali terjadi kekeliruan Pertanggungjawabannya tak karuan Tebak saja Jangan tanya siapa Beternak kambing hitam Untuk setiap kali dikorbankan, tebak saja Jangan tanya siapa Membungkam kebenaran Dan menyembunyikan fakta Siapa menyuburkan kemunafikan dan dusta Jangan tanya mengapa, tebak saja Jangan tanya siapa Jangan tanya mengapa Jangan tanya apa-apa Tebak saja Rembang, Oktober 1997 KUMPULAN PUISI A. MUSTOFA BISRI (GUS MUS)

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : DI NEGERI AMPLOP

DI NEGERI AMPLOP Karya: A. Mustofa Bisri (Gus Mus) Di negeri amplop Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya Amplop-amplop di negeri amplop mengatur dengan teratur hal-hal yang tak teratur menjadi teratur hal-hal yang teratur menjadi tak teratur memutuskan putusan yang tak putus membatalkan putusan yang sudah putus Amplop-amplop menguasai penguasa dan mengendalikan orang-orang biasa Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan mencairkan dan membekukan mengganjal dan melicinkan Orang bicara bisa bisu Orang mendengar bisa tuli Orang alim bisa napsu Orang sakti bisa mati Di negeri amplop amplop-amplop mengamplopi apa saja dan siapa saja A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : SAJAK SURABAYA

SAJAK SURABAYA Karya: A. Mustofa Bisri (Gus Mus) Jangan anggap mereka kalap jika mereka terjang senjata sekutu lengkap jangan dikira mereka nekat karena mereka cuma berbekal semangat melawan seteru yang hebat Jangan sepelekan senjata di tangan mereka atau lengan yang mirip kerangka Tengoklah baja di dada mereka Jangan remehkan sesobek kain di kepala tengoklah merah putih yang berkibar di hati mereka dan dengar pekik mereka Allahu Akbar ! Dengarlah pekik mereka Allahu Akbar ! Gaungnya menggelegar mengoyak langit Surabaya yang murka Allahu Akbar menggetarkan setiap yang mendengar Semua pun jadi kecil Semua pun tinggal seupil Semua menggigil. Surabaya, O, kota keberanian O, kota kebanggaan Mana sorak-sorai takbirmu yang membakar nyali kezaliman ? mana pekik merdekamu Yang menggeletarkan ketidakadilan ? mana arek-arekmu yang siap menjadi tumbal kemerdekaan dan harga diri menjaga ibu pertiwi dan anak-anak negeri. Ataukah kini semuanya ikut terbuai lagu-lagu satu nada demi menjaga keselamatan dan kepuasan diri sendiri Allahu Akbar ! Dulu Arek-arek Surabaya tak ingin menyetrika Amerika melinggis Inggris Menggada Belanda murka pada Gurka mereka hanya tak suka kezaliman yang angkuh merejalela mengotori persada mereka harus melawan meski nyawa yang menjadi taruhan karena mereka memang pahlawan Surabaya Dimanakah kau sembunyikan Pahlawanku ? A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : PESONA

PESONA Oleh: KH A Mustofa Bisri di antara seribu malam inikah malam kita kulihat semua bintang menjelma purnama dalam langit cahaya tiada tara benderangnya lalu semuanya tiada semuanya lenyap dalam senyap semesta fana tiba-tiba ya Ilahi silau aku oleh kilas wajah Mu yang menderas dalam takjubku dan aku pun tak ingin yang lain tak ingin yang lain hanya Kau dimana Kau? kemana Kau?

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : berita-derita

berita-derita Oleh: KH A Mustofa Bisri hari-hari setiap hari berlarik-larik kata dengan huruf-huruf bagai jarum-jarum berkarat menusuki mata dan hatiku yang renta berita anarki dan pelecehan hukum berita aniaya berita derita berita mengalirkan darah dan serum berita pertikaian bermain senjata berita melibas tawa dan senyum berita mengabari kita berita mengabarkan kita

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Doa

Doa Oleh: KH A Mustofa Bisri Kawan-kawan Indonesia Optimis akan menyelenggarakan 17an secara virtual/digital. Aku diminta ikut terlibat baca doa, maka anakku Bisri Mustofa pun merekam doaku ini: Ya Allah ya Tuhan kami, Wahai Keindahan yang menciptakan sendiri segala yang indah, Wahai Pencipta yang melimpahkan sendiri segala anugerah Wahai Maha Pemurah yang telah menganugerahi kami negeri sangat indah dan bangsa yang menyukai keindahan, Ya Allah yang telah memberi kami kemerdekaan yang indah, Demi nama-nama agungMu yang maha indah Demi sifat-sifat suciMu yang maha indah Demi ciptaan-ciptaanMu yang serba indah Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami kepekaan menangkap dan mensyukuri keindahan anugerahMu. Keindahan merdeka dan kemerdekaan Keindahan hidup dan kehidupan Keindahan manusia dan kemanusiaan Keindahan kerja dan pekerjaan Keindahan sederhana dan kesederhanaan Keindahan kasih sayang dan saling menyayang Keindahan kebijaksanaan dan keadilan Keindahan rasa malu dan tahu diri Keindahan hak dan kerendahan hati Keindahan tanggung jawab dan harga diri Anugerahilah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami kemampuan mensyukuri nikmat anugerahMu dalam sikap-sikap indah yang Engkau ridlai Selamatkanlah jiwa-jiwa kami dari noda-noda yang mencoreng keindahan martabat kami Pimpinlah kami, pemimpin-pemimpin kami, dan bangsa kami ke jalan indah menuju cita-cita indah kemerdekaan kami Kuatkanlah lahir batin kami untuk melawan godaan keindahan-keindahan imitasi yang menyeret diri-diri kami dari keindahan sejati kemanusiaan dan kemerdekaan kami Merdekakanlah kami dari belenggu penjajahan apa saja selain penjajahanMu termasuk penjajahan diri kami sendiri Kokohkanlah jiwa raga kami untuk menjaga keindahan negeri kami. Ya Malikal Mulki Ya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa Jangan kuasakan atas kami –karena dosa-dosa kami– penguasa-penguasa yang tak takut kepadaMu dan tak mempunyai belas kasihan kepada kami. Anugerahilah bangsa kami pemimpin yang hatinya penuh dengan keindahan cahaya kasihsayangMu sehingga kasihsayangnya melimpahruahi rakyatnya Jangan Engkau berikan kepada kami pemimpin Yang merupakan isyarat kemurkaanMu atas bangsa kami Wahai Maha Cahya di atas segala cahya Pancarkanlah cahyaMu di mata dan pandangan kami Pancarkanlah cahyaMu di telinga dan pendengaran kami Pancarkanlah cahyaMu di mulut dan perkataan kami Pancarkanlah cahyaMu di hati dan keyakinan kami Pancarkanlah cahyaMu di pikiran dan sikap kami Pancarkanlah cahyaMu di kanan dan kiri kami Pancarkanlah cahyaMu di atas dan bawah kami Pancarkanlah cahyaMu di dalam diri kami Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya Agar kami dapat menangkap keindahan ciptaanMu dan meresapinya dapat menangkap keindahan anugerahMu dan mensyukurinya Agar kami dapat menangkap keindahan jalan lurusMu dan menurutinya dapat menangkap keburukan jalan sesat setan dan menghindarinya Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya Agar kami dapat menangkap keindahan kebenaran dan mengikutinya dapat menangkap keburukan kebatilan dan menjauhinya Agar kami dapat menangkap keindahan kejujuran dan menyerapnya dapat menangkap keburukan kebohongan dan mewaspadainya Pancarkanlah cahyaMu, ya Maha Cahya Sirnakan dan jangan sisakan sekelumit pun kegelapan di batin kami. Ya Maha Cahya di atas segala cahya Jangan biarkan sirik dan dengki hasut dan benci ujub dan takabur kejam dan serakah dusta dan kemunafikan gila dunia dan memuja diri lupa akherat dan takut mati serta bayang-bayang hitam lainnya menutup pandangan mata-batin kami dari keindahan wajahMu. menghalangi kami mendapatkan kasihMu menghambat sampai kami kepadaMu. Ya Allah ya Tuhan kami, Ampunilah dosa-dosa kami Dosa-dosa para pemimpin dan bangsa kami Merdekakanlah kami dan kabulkanlah doa kami. Amin.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : SELAMAT IDUL FITRI

SELAMAT IDUL FITRI Oleh: KH A Mustofa Bisri selamat idul fitri, bumi maafkan kami selama ini tidak semena-mena kami memerkosamu selamat idul fitri, langit maafkan kami selama ini tidak henti-hentinya kami mengelabukanmu selamat idul fitri, mentari maafkan kami selama ini tidak bosan-bosan kami mengaburkanmu selamat idul fitri, laut maafkan kami selama ini tidak segan-segan kami mengeruhkanmu selamat idul fitri, burung-burung maafkan kami selama ini tidak putus-putus kami membrangusmu selamat idul fitri, tetumbuhan maafkan kami selama ini tidak puas-puas kami menebasmu selamat idul fitri, para pemimpin maafkan kami selama ini tidak habis-habis kami membiarkanmu selamat idul fitri, rakyat maafkan kami selama ini tidak sudah-sudah kami mempergunakanmu.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : NASIHAT RAMADHAN (BUAT MUSTOFA BISRI)

NASIHAT RAMADHAN (BUAT MUSTOFA BISRI) Oleh: KH A Mustofa Bisri Mustofa, Jujurlah pada dirimu sendiri mengapa kau selalu mengatakan Ramadlan bulan ampunan apakah hanya menirukan Nabi atau dosa-dosamu dan harapanmu yang berlebihanlah yang menggerakkan lidahmu begitu. Mustofa, Ramadlah adalah bulan antara dirimu dan Tuhanmu. Darimu hanya untukNya dan Ia sendiri tak ada yang tahu apa yang akan dianugerahkanNya kepadamu. Semua yang khusus untukNya khusus untukmu. Mustofa, Ramadlan adalah bulanNya yang Ia serahkan padamu dan bulanmu serahkanlah semata-mata padaNya. Bersucilah untukNya. Bersalatlah untukNya. Berpuasalah untukNya. Berjuanglah melawan dirimu sendiri untukNya. Sucikan kelaminmu. Berpuasalah. Sucikan tanganmu. Berpuasalah. Sucikan mulutmu. Berpuasalah. Sucikan hidungmu. Berpuasalah. Sucikan wajahmu. Berpuasalah. Sucikan matamu. Berpuasalah. Sucikan telingamu. Berpuasalah. Sucikan rambutmu. Berpuasalah. Sucikan kepalamu. Berpuasalah. Sucikan kakimu. Berpuasalah. Sucikan tubuhmu. Berpuasalah. Sucikan hatimu. Sucikan pikiranmu. Berpuasalah. Sucikan dirimu. Mustofa, Bukan perut yang lapar bukan tenggorokan yang kering yang mengingatkan kedlaifan dan melembutkan rasa. Perut yang kosong dan tenggorokan yang kering ternyata hanya penunggu atau perebut kesempatan yang tak sabar atau terpaksa. Barangkali lebih sabar sedikit dari mata tangan kaki dan kelamin, lebih tahan sedikit berpuasa tapi hanya kau yang tahu hasrat dikekang untuk apa dan siapa. Puasakan kelaminmu untuk memuasi Ridla Puasakan tanganmu untuk menerima Kurnia Puasakan mulutmu untuk merasai Firman Puasakan hidungmu untuk menghirup Wangi Puasakan wajahmu untuk menghadap Keelokan Puasakan matamu untuk menatap Cahaya Puasakan telingamu untuk menangkap Merdu Puasakan rambutmu untuk menyerap Belai Puasakan kepalamu untuk menekan Sujud Puasakan kakimu untuk menapak Sirath Puasakan tubuhmu untuk meresapi Rahmat Puasakan hatimu untuk menikmati Hakikat Puasakan pikiranmu untuk menyakini Kebenaran Puasakan dirimu untuk menghayati Hidup. Tidak. Puasakan hasratmu hanya untukHadliratNya! Mustofa, Ramadlan bulan suci katamu, kau menirukan ucapan Nabi atau kau telah merasakan sendiri kesuciannya melalui kesucianmu. Tapi bukankah kau masih selalu menunda-nunda menyingkirkan kedengkian keserakahan ujub riya takabur dan sampah-sampah lainnya yang mampat dari comberan hatimu? Mustofa, inilah bulan baik saat baik untuk kerjabakti membersihkan hati. Mustofa, Inilah bulan baik saat baik untuk merobohkan berhala dirimu yang secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi kau puja selama ini. Atau akan kau lewatkan lagi kesempatan ini seperti Ramadlan-ramadlan yang lalu.

BACA SELANJUTNYA »

PUISI GUSMUS : Selamat Tahun Baru Kawan

Selamat Tahun Baru Kawan Oleh: KH A Mustofa Bisri Kawan, sudah tahun baru lagi Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya Kawan siapakah kita ini sebenarnya? Muslimkah, mukminin, muttaqin, kholifah Allah, umat Muhammadkah kita? Khoirul ummatinkah kita? Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi Hanya budak perut dan kelamin Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan Lebih pipih dari kain rok perempuan Betapapun tersiksa, kita khusyuk didepan masa Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug,atau pernyataan setia pegawai rendahan saja. Kosong tak berdaya. Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda. Doa kita sesudahnya justru lebih serius memohon enak hidup di dunia dan bahagia dis urga. Puasa kita rasanya sekadar mengubah jadual makan minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat, ketika datang rasa lapar atau haus. Kita manggut manggut, ooh…beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat. Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia-sia Kalaupun terkeluarkan, harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya Tuhan menggantinya lipat ganda Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil dan dosa besar. Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi “HAJI” Kawan, lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-Nya atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya, mensiasati dunia khalifahnya, Kawan, tak terasa kita semakin pintar, mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran,mengacau dan menipu demi keselamatan Memukul, mencaci demi pendidikan Berbuat semaunya demi kemerdekaan Tidak berbuat apa apa demi ketenteraman Membiarkan kemungkaran demi kedamaian pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik. Lalu bagaimana para cendekiawan, seniman, mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi Jangan ganggu mereka Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya Para seniman sedang merenungkan apa saja Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa Para pemimpin sedang mengatur semuanya Biarkan mereka di atas sana Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra