CATETAN TH. 1946 Karya: Chairil Anwar

CATETAN TH. 1946 Karya: Chairil Anwar Ada tanganku, sekali akan jemu terkulai, Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut, Dan suara yang kucintai ‘kan berhenti membelai. Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut. Kita — anjing diburu — hanya melihat sebagian dari         sandiwara sekarang Tidak tahu Romeo & Juliet berpeluk di kubur atau         di ranjang Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat. Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu Jika bedil sudah disimpan, cuma kenangan berdebu; Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak         lahir sempat. Karena itu jangan mengerdip, tatap dan penamu         asah, Tulis karena kertas gersang, tenggorokan kering         sedikit mau basah! 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

NOCTURNO (FRAGMENT) Karya: Chairil Anwar

NOCTURNO (FRAGMENT) Karya: Chairil Anwar ……………………………… Aku menyeru — tapi tidak satu suara membalas, hanya mati di beku udara. Dalam diriku terbujur keinginan, juga tidak bernyawa. Mimpi yang penghabisan minta tenaga, Patah kapak, sia-sia berdaya, Dalam cekikan hatiku Terdampar…. Menyiram abu dan debu Dari tinggalannya suatu lagu. Ingatan pada Ajal yang menghantu. Dan demam yang nanti membikin kaku…. ……………………………… Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan! 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

BERCERAI Karya: Chairil Anwar

BERCERAI Karya: Chairil Anwar Kita musti bercerai Sebelum kicau murai berderai. Terlalu kita minta pada malam ini. Benar belum puas serah-menyerah Darah masih berbusah-busah. Terlalu kita minta pada malam ini. Kita musti bercerai Biar surya ‘kan menembus oleh malam di perisai Dua benua bakal bentur-membentur. Merah kesumba jadi putih kapur. Bagaimana? Kalau IDA, mau turut mengabur Tidak samudra caya tempatmu menghambur. 7 Juni 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

AKU Karya: Chairil Anwar

AKU Karya: Chairil Anwar Melangkahkan aku bukan tuak menggelegak Cumbu-buatan satu biduan Kujauhi ahli agama serta lembing-katanya. Aku hidup Dalam hidup di mata tampak bergerak Dengan cacar melebar, barah bernanah Dan kadang satu senyum kukucup-minum dalam         dahaga. 8 Juni 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

CERITA Karya: Chairil Anwar

CERITA Karya: Chairil Anwar kepada Darmawidjaja Di pasar baru mereka Lalu mengada-menggaya. Mengikat sudah kesal Tak tahu apa dibuat Jiwa satu teman lucu Dalam hidup, dalam tuju. Gundul diselimuti tebal Sama segala berbuat-buat. Tapi kadang pula dapat Ia renggang terus terapat. 9 Juni 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

LAGU SIUL Karya: Chairil Anwar

LAGU SIUL Karya: Chairil Anwar Laron pada mati Terbakar di sumbu lampu Aku juga menemu Ajal di cerlang caya matamu Heran! ini badan yang selama berjaga Habis hangus di api matamu ‘Ku kayak tidak tahu saja. II Aku kira Beginilah nanti jadinya: Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta, Tak satu juga pintu terbuka. Jadi baik kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak ‘kan apa-apa, Aku terpanggang tinggal rangka 25 November 1945 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang Catatan: Bait kedua (II) puisi ini nyaris sama dengan sajak “Tak Sepadan” yang ditulis oleh Chairil Anwar pada Februari 1943.

BACA SELANJUTNYA »

MALAM Karya: Chairil Anwar

MALAM Karya: Chairil Anwar Mulai kelam belum buntu malam, kami masih saja terjaga – Thermopylae? – – jagal tidak dikenal? – tapi nanti sebelum siang membentang kami sudah tenggelam                                hilang…. 1945 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang Catatan: Pertempuran Thermopylae adalah pertempuran antara persekutuan negara kota Yunani, dipimpin oleh Raja Leonidas dari Sparta, melawan Kekaisaran Persia pimpinan Xerxes I selama tiga hari, pada invasi kedua Persia ke Yunani. Pertempuran ini terjadi berbarengan dengan pertempuran laut di Artemision, pada Agustus atau September 480 SM, di celah pesisir sempit Thermopylae (‘Gerbang Panas’).

BACA SELANJUTNYA »

DALAM KERETA Karya: Chairil Anwar

DALAM KERETA Karya: Chairil Anwar Dalam kereta. Hujan menebal jendela Semarang, Solo…, makin dekat saja Menangkup senja. Menguak purnama. Caya menyayat mulut dan mata. Menjengking kereta. Menjengking jiwa. Sayatan terus ke dada. 15 Maret 1944 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

SIAP-SEDIA Karya: Chairil Anwar

SIAP-SEDIA Karya: Chairil Anwar Tanganmu nanti tegang kaku, Jantungmu nanti berdebar berhenti, Tubuhmu nanti mengeras batu, Tapi kami sederap mengganti, Terus memahat ini Tugu, Matamu nanti kaca saja, Mulutmu nanti habis bicara, Darahmu nanti mengalir berhenti, Tapi kami sederap mengganti, Terus berdaya ke Masyarakat Jaya. Suaramu nanti diam ditekan, Namamu nanti terbang hilang, Langkahmu nanti enggan ke depan, Tapi kami sederap mengganti, Bersatu maju, ke Kemenangan. Darah kami panas selama, Badan kami tertempa baja, Jiwa kami gagah perkasa, Kami akan mewarna di angkasa, Kami pembawa ke Bahgia nyata. Kawan, kawan Menepis segar angin terasa Lalu menderu menyapu awan Terus menembus surya cahaya Mamancar pencar ke penjuru segala Riang menggelombang sawah dan hutan Segala menyala-nyala! Segala menyala-nyala! Kawan, kawan Dan kita bangkit dengan kesedaran Mencucuk menerang hingga belulang. Kawan, kawan Kita mengayun pedang ke Dunia Terang! 1944 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

AJAKAN Karya: Chairil Anwar

AJAKAN Karya: Chairil Anwar Ida Menembus sudah caya Udara tebal kabut Kaca hitam lumut Pecah pencar sekarang Di ruang legah lapang Mari ria lagi Tujuh belas tahun kembali Bersepeda sama gandengan Kita jalani ini jalan Ria bahgia Tak acuh apa-apa Gembira-girang Biar hujan datang Kita mandi-basahkan diri Tahu pasti sebentar kering lagi. Februari 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra