MATAHARI MINGGU KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

MATAHARI MINGGU KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Di hari Minggu di hari iseng Di silau matahari jalan berliku Kawan habis tujuan di tepi kota Di hari Minggu di hari iseng Bersandar pada dinding kota Kawan terima kebuntuan batas Di hari panas tak berwarna Seluruh damba dibawa jalan Di hari Minggu di hari iseng Bila pertemuan menambah damba Melingkar di jantung kota Ia merebah pada diri dan kepadatan hari Tidak menolak tidak terima

BACA SELANJUTNYA »

KEBUN BINATANG KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

KEBUN BINATANG KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Kembang, boneka dan kehidupan Kembang, boneka dan kerinduan Si adik ini ingin teman Si anak ini punya ketakutan Hari-hari kemarin Punya keinginan Berumah ufuk, ombak menggulung Hari-hari kandungan Tolak keisengan Ramai-ramai di kebun binatang Kembang, boneka dan kehidupan Kembang dan kerinduan Si adik ini ingin teman Boneka ini punya kesayuan Hari-hari datang Hari kembang di kebun binatang Hari bersenang Pecah dalam balonan Kembang, boneka dan kehidupan Kembang dan kerinduan Si adik ini ingin teman Boneka ini punya kesayuan

BACA SELANJUTNYA »

AMOY-AIMEE KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

AMOY-AIMEE KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Terbakar lumat-lumat Menggapai juga lidah ingin Api di pediangan Terkapar sonder surat Mati juga malam dingin Lahirnya hari keisengan Mari, cabikkan malam Amoy Jika terlalu – ingin malam ini Besok ada mentari sonder hati Belum apa-apa hampa begini Jauh dalam terowongan nadi Berperang bumi dan sepi

BACA SELANJUTNYA »

SURAT KERTAS HIJAU KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

SURAT KERTAS HIJAU KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Segala kedaraannya tersaji hijau muda Melayang di lembaran surat musim bunga Berita dari jauh Sebelum kapal angkat sauh Segala kemontokan menonjol di kata-kata Menepis dalam kelakar sonder dusta Harum anak dara mengimbau dari seberang benua Mari, Dik, tak lama hidup ini Semusim dan semusim lagi Burung pun berpulangan Mari, Dik, kekal bisa semua ini Peluk goreskan di tempat ini Sebelum kapal dirapatkan

BACA SELANJUTNYA »

DIA DAN AKU KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

DIA DAN AKU KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Akankah kita bercinta dalam kealpaan semesta? – Bukankah udara penuh hampa ingin harga? – Mari, Dik, dekatkan hatimu pada api ini Tapi jangan sampai terbakar sekali Akankah kita utamakan percakapan begini? – Bukankah bumi penuh suara inginkan isi? – Mari, Dik, dekatkan bibirmu pada bisikan hati Tapi jangan sampai megap napas bernyanyi Bukankah dada hamparkan warna Di pelaminan musim silih berganti Padamu jua kelupaan dan janji Akan kepermainan rahasia Permainan cumbu-dendam silih berganti Kemasygulan tangkap dan lari

BACA SELANJUTNYA »

LERENG MERAPI KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

LERENG MERAPI KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini Aku Akan rindu balik pada semua ini Sunyi yang kutakuti sekarang Rona lereng gunung menguap Pada cerita cemara berdesir Sedu cinta penyair Rindu pada elusan mimpi Pencipta candi Prambanan Mengalun kemari dari dataran …. Dan sekarang aku mengerti Juga di sunyi gunung Jauh dari ombak menggulung Dalam hati manusia sendiri Ombak lautan rindu Semakin nyaring menderu ….

BACA SELANJUTNYA »

PERHITUNGAN KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

PERHITUNGAN KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Buat Rivai Apin Sudah lama tidak ada puncak dan lembah Masa lempang-diam menyerah dan kau tahu di ujung kuburan menunggu kesepian Aku belum juga rela berkemas Manusia, mengapa malam bisa tiba-tiba menekan dada? Sedang rohnya masih mengembara di lorong-lorong Keyakinan dulu manusia bisa hidup dan dicintai habis-habisan Belum tahu setinggi untung bila bisa menggali kuburan sendiri Rebutlah dunia sendiri dan pisahkan segala yamg melekat lemah Kita akan membubung ke langit menjadi bintang jernih sonder debu Detik kata jadikan abad-abad Abad-abad kita hidupi dalam sekilas bintang Sesudah itu malam, biarlah malam Bila hidup menolak Ia kita tinggalkan seperti anak yang terpaksa puas dengan boneka Mereka akan menari dan menyanyi terus Tapi tak ada lagi kita Sedang mereka rindu pada cinta garang Mereka akan menari dan menyanyi terus Tentang abad dan detik yang ‘lah terbenam Bersama kita, tarian perawan janda ….

BACA SELANJUTNYA »

KALIURANG (TENGAH HARI) KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

KALIURANG (TENGAH HARI) KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Kembali kita berhadapan Dalam relung sepi ini Dari seberang lembah mati Bibirmu berkata lagi Napasmu mengelus jiwaku Tersingkap kabut Dataran Dan kutahu di tepi selatan Laut ‘manggil aku berlayar dari sini Tungguhlah aku akan datang Biar kelam datang kembali Dengan angin malam aku bertolak Ke negeri, kabut tidak mengabur pandang Mati, berarti kita akan bersatu lagi.

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : Wahai pemuda mana telurmu?

Wahai pemuda mana telurmu? Apa gunanya merdeka Kalau tak bertelur Apa gunanya bebas Kalau tak menetas? Wahai bangsaku Wahai pemuda Mana telurmu? Burung jika tak bertelur Tak menetas Sia-sia saja terbang bebas Kepompong menetaskan kupu-kupu, Kuntum membawa bunga Putik jadi buah Buah menyimpan biji Menyimpan mimpi Menyimpan pohon dan bunga-bunga Uap terbang menetas awan Mimpi jadi, sungai pun jadi, Menetas jadi, Hakekat lautan Setelah kupikir-pikir Manusia ternyata burung berpikir Setelah kurenung-renung Manusia adalah burung merenung Setelah bertafakur Tahulah aku Manusia harus bertelur Burung membuahkan telur Telur menjadi burung Ayah menciptakan anak Anak melahirkan ayah Wahai para pemuda Wahai garuda Menetaslah Lahirkan lagi Bapak bagi bangsa ini! Menetaslah Seperti dulu Para pemuda Bertelur emas Menetas kau Dalam sumpah mereka SCB, 7 Agustus 2010

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : KUCING

KUCING ngiau! Kucing dalam darah dia menderas lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber gegas lewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan harimau bu kan singa bukan hiena bukan leopar dia macam kucing bukan kucing tapi kucing ngiau dia lapar dia merambah rimba af rikaku dengan cakarnya dengan amuknya dia meraung dia mengerang jangan beri daging dia tak mau daging Jesus jangan beri roti dia tak mau roti ngiau ku cing meronta dalam darahku meraung merambah barah darahku dia lapar 0 a langkah lapar ngiau berapa juta hari dia tak makan berapa ribu waktu dia tak kenyang berapa juta lapar lapar ku cingku berapa abad dia mencari menca kar menunggu tuhan mencipta kucingku tanpa mauku dan sekarang dia meraung mencariMu dia lapar jangan beri da ging jangan beri nasi tuhan mencipta nya tanpa setahuku dan kini dia minta tuhan sejemput saja untuk tenang seha ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra