Puisi Sutardji Calzoum Bachri : AYO

AYO Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Adakah yang lebih tobat dibanding air mata adakah yang lebih mengucap dibanding airmata adakah yang lebih nyata adakah yang lebih hakekat dibanding airmata adakah yang lebih lembut adakah yang lebih dahsyat dibanding airmata para pemuda yang melimpah di jalan jalan itulah airmata samudera puluhan tahun derita yang dierami ayahbunda mereka dan diemban ratusan juta mulut luka yang terpaksa mengatup diam kini airmata lantang menderam meski muka kalian takkan dapat selamat di hadapan arwah sejarah ayo masih ada sedikit saat untuk membasuh pada dalam dan luas airmata ini ayo jangan bandel jangan nekat pada hakekat jangan kalian simbahkan gas airmata pada lautan airmata                           malah tambah merebak jangan letupkan peluru logam akan menangis dan tenggelam              dikedalaman airmata jangan gunakan pentungan mana ada hikmah mampat karena pentungan para muda yang raib nyawa karena tembakan yang pecah kepala sebab pentungan memang tak lagi mungkin jadi sarjana atau apa saia namun mereka telah nyempurnakan bakat gemilang sebagai airmata yang kini dan kelak selalu dibilang bagi perjalanan bangsa OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Republika edisi : 28 November 1999

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Sutardji Calzoum Bachri : ANA BUNGA

ANA BUNGA Terjemahan bebas (Adaptasi) dari puisi Kurt Schwittters, Anne Blumme Oleh : Sutardji Calzoum Bachri Oh kau Sayangku duapuluh tujuh indera Kucinta kau Aku ke kau ke kau aku Akulah kauku kaulah ku ke kau Kita ? Biarlah antara kita saja Siapa kau, perempuan tak terbilang Kau Kau ? – orang bilang kau – biarkan orang bilang Orang tak tahu menara gereja menjulang Kaki, kau pakaikan topi, engkau jalan dengan kedua tanganmu Amboi! Rok birumu putih gratis melipat-lipat Ana merah bunga aku cinta kau, dalam merahmu aku cinta kau Merahcintaku Ana Bunga, merahcintaku pada kau Kau yang pada kau yang milikkau aku yang padaku kau yang padaku Kita? Dalam dingin api mari kita bicara Ana Bunga, Ana Merah Bunga, mereka bilang apa? Sayembara :                 Ana Bunga buahku                 Merah Ana Bunga                 Warna apa aku? Biru warna rambut kuningmu Merah warna dalam buah hijaumu Engkau gadis sederhana dalam pakaian sehari-hari Kau hewan hijau manis, aku cinta kau Kau padakau  yang milikau yang kau aku yang milikkau kau yang ku Kita ? Biarkan antara kita saja pada api perdiangan Ana Bunga, Ana, A-n-a, akun teteskan namamu Namamu menetes bagai lembut lilin Apa kau tahu Ana Bunga, apa sudah kau tahu? Orang dapat membaca kau dari belakang Dan kau yang paling agung dari segala Kau yang dari belakang, yang dari depan A-N-A Tetes lilin mengusapusap punggungku Ana Bunga Oh hewan meleleh Aku cinta yang padakau! 1999 Catatan: Terjemahan Anna Blume dikerjakan untuk panitia peringatan Kurt Schwitters, Niedersachen, Jerman. OASE: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Republikaedisi : 28 November 1999

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul SAJAK SUARA

PUISI : Wiji Thukul SAJAK SUARA sesungguhnya suara itu tak bisa diredam mulut bisa dibungkam namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku suara-suara itu tak bisa dipenjarakan di sana bersemayam kemerdekaan apabila engkau memaksa diamaku siapkan untukmu: pemberontakan! sesungguhnya suara itu bukan perampok yang ingin merayah hartamu ia ingin bicara mengapa kau kokang senjata dan gemetar ketika suara-suara itu menuntut keadilan? sesungguhnya suara itu akan menjadi kata ialah yang mengajari aku bertanya dan pada akhirnya tidak bisa tidak engkau harus menjawabnya apabila engkau tetap bertahan aku akan memburumu seperti kutukan KUMPULAN PUISI WIJI THUKUL

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul SAJAK NONTON HARGA

PUISI : Wiji Thukul SAJAK NONTON HARGA ayo keluar keliling kota tak perlu ongkos tak perlu biaya masuk toko perbelanjaan tingkat lima tak beli tak apa lihat-lihat saja kalau pingin durian apel-pisang-rambutan-anggur ayo.. kita bisa mencium baunya mengumbar hidung cuma-cuma tak perlu ongkos tak perlu biaya di kota kita buah macam apa asal mana saja ada kalau pingin lihat orang cantik di kota kita banyak gedung bioskop kita bisa nonton posternya atau ke diskotik di depan pintu kau boleh mengumbar telinga cuma-cuma mendengarkan detak musik denting botol lengking dan tawa bisa juga kau nikmati aroma minyak wangi luar negeri cuma-cuma aromanya saja ayo.. kita keliling kota hari ini ada peresmian hotel baru berbintang lima dibuka pejabat tinggi dihadiri artis-artis ternama ibukota lihat mobil para tamu berderet-deret satu kilometer panjangnya kota kita memang makin megah dan kaya tapi hari sudah malam ayo kita pulang ke rumah kontrakan sebelum kehabisan kendaraan ayo kita pulang ke rumah kontrakan tidur berderet-deret seperti ikan tangkapan siap dijual di pelelangan besok pagi kita ke pabrik kembali bekerja sarapan nasi bungkus ngutang seperti biasa 18 November 1996 KUMPULAN PUISI WIJI THUKUL

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul PERINGATAN

PUISI : Wiji Thukul PERINGATAN Jika rakyat pergi Ketika penguasa pidato Kita harus hati-hati Barangkali mereka putus asa Kalau rakyat bersembunyi Dan berbisik-bisik Ketika membicarakan masalahnya sendiri Penguasa harus waspada dan belajar mendengar Bila rakyat berani mengeluh Itu artinya sudah gawat Dan bila omongan penguasa Tidak boleh dibantah Kebenaran pasti terancam Apabila usul ditolak tanpa ditimbang Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan Dituduh subversif dan mengganggu keamanan Maka hanya ada satu kata: lawan!. 1986 Wiji Thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul BUNGA DAN TEMBOK

PUISI : Wiji Thukul BUNGA DAN TEMBOK Seumpama bunga Kami adalah bunga yang tak Kau hendaki tumbuh Engkau lebih suka membangun Rumah dan merampas tanah Seumpama bunga Kami adalah bunga yang tak Kau kehendaki adanya Engkau lebih suka membangun Jalan raya dan pagar besi Seumpama bunga Kami adalah bunga yang Dirontokkan di bumi kami sendiri Jika kami bunga Engkau adalah tembok itu Tapi di tubuh tembok itu Telah kami sebar biji-biji Suatu saat kami akan tumbuh bersama Dengan keyakinan: engkau harus hancur! Dalam keyakinan kami Di manapun – tirani harus tumbang! Wiji Thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul NYANYIAN AKAR RUMPUT

PUISI : Wiji Thukul NYANYIAN AKAR RUMPUT jalan raya dilebarkan kami terusir mendirikan kampung digusur kami pindah-pindah menempel di tembok-tembok dicabut terbuang kami rumput butuh tanah dengar! Ayo gabung ke kami Biar jadi mimpi buruk presiden! Wiji Thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul TENTANG SEBUAH GERAKAN

PUISI : Wiji Thukul TENTANG SEBUAH GERAKAN Tadinya aku pingin bilang aku butuh rumah tapi lantas kuganti dengan kalimat SETIAP ORANG BUTUH TANAH ingat: Setiap orang . aku berpikir tentang sebuah gerakan tapi mana mungkin aku nuntut sendirian . aku bukan orang suci yang bisa hidup dari sekepal nasi dan air sekendi aku butuh celana dan baju untuk menutup kemaluanku . aku berpikir tentang sebuah gerakan tapi mana mungkin kalau diam Wiji Thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul PULANGLAH, NANG

PUISI : Wiji Thukul PULANGLAH, NANG pulanglah, nang jangan dolanan sama si kuncung si kuncung memang nakal nanti bajumu kotor lagi disirami air selokan pulanglah, nang nanti kamu menangis lagi jangan dolanan sama anaknya pak kerto si bejo memang mbeling kukunya hitam panjang-panjang kalau makan tidak cuci tangan nanti kamu ketularan cacingan pulanglah, nang kamu kan punya mobil-mobilan kapal terbang bikinan taiwan senapan atom bikinan jepang kamu kan punya robot yang bisa jalan sendiri pulanglah, nang nanti kamu digebuki mamimu lagi kamu pasti belum tidur siang pulanglah, nang jangan dolanan sama anaknya mbok sukiyem mbok sukiyem memang keterlaluan si slamet sudah besar tapi belum disekolahkan pulanglah, nang pasti papimu marah lagi kamu pasti belum bikin pr belajar yang rajin biar nanti jadi dokter solo, september 86 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul RIWAYAT

PUISI : Wiji Thukul RIWAYAT seperti tanah lempung pinggir kampung masa laluku kuaduk-aduk kubikin bentuk-bentuk patung peringatan berkali-kali kuhancurkan kubentuk lagi kuhancurkan kubentuk lagi patungku tak jadi-jadi aku ingin sempurna patungku tak jadi-jadi lihat! diriku makin belepotan dalam penciptaan kalangan, oktober 87 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra