KENANGAN Karya: Chairil Anwar

KENANGAN Karya: Chairil Anwar untuk Karinah Moordjono Kadang Di antara jeriji itu-itu saja Mereksmi memberi warna Benda usang dilupa Ah! tercebar rasanya diri Membubung tinggi atas kini Sejenak Saja. Halus rapuh ini jalinan kenang Hancur hilang belum dipegang Terhentak Kembali di itu-itu saja Jiwa bertanya: Dari buah Hidup kan banyakan jatuh ke tanah? Menyelubung nyesak penyesalan pernah menyia-nyia 19 April 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

KITA GUYAH LEMAH Karya: Chairil Anwar

KITA GUYAH LEMAH Karya: Chairil Anwar Kita guyah lemah Sekali tetak tentu rebah Segala erang dan jeritan Kita pendam dalam keseharian Mari tegak merentak Diri-sekeliling kita bentak Ini malam purnama akan menembus awan. 22 Juli 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang NB: Judul sajak ini berasal dari Editor buku “Aku Ini Binatang Jalang”; semula sajak ini tanpa judul.

BACA SELANJUTNYA »

DERAI DERAI CEMARA Karya: Chairil Anwar

DERAI DERAI CEMARA Karya: Chairil Anwar Cemara menderai sampai jauh terasa hari akan jadi malam ada beberapa dahan di tingkap merapuh dipukul angin yang terpendam Aku sekarang orangnya bisa tahan sudah berapa waktu bukan kanak lagi tapi dulu memang ada suatu bahan yang bukan dasar perhitungan kini Hidup hanya menunda kekalahan tambah terasing dari cinta sekolah rendah dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan sebelum pada akhirnya kita menyerah 1949 Chairil Anwar Buku: Derai-Derai Cemara

BACA SELANJUTNYA »

AKU BERKACA Karya: Chairil Anwar

AKU BERKACA Karya: Chairil Anwar Ini muka penuh luka Siapa punya ? Kudengar seru menderu dalam hatiku Apa hanya angin lalu ? Lagu lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah…….!! Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal ………….!! Selamat tinggal …………….! Chairil Anwar Buku: Deru Campur Debu

BACA SELANJUTNYA »

ORANG BERDUA (DENGAN MIRAT) Karya: Chairil Anwar

ORANG BERDUA (DENGAN MIRAT) Karya: Chairil Anwar Kamar ini jadi sarang penghabisan di malam yang hilang batas Aku dan dia hanya menjengkau rakit hitam. ‘Kan terdamparkah atau terserah pada putaran pitam? Matamu ungu membatu Masih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu? 8 Januari 1946 Chairil Anwar Buku: Deru Campur Debu & Aku Ini Binatang Jalang Catatan: Sajak yang ditulis Chairil Anwar untuk/ tentang salah satu kekasihnya (Mirat) ini memang memiliki dua judul berbeda. Dalam buku Deru Campur Debu, sajak ini diberi judul “Orang Berdua”. Sedangkan dalam buku Aku Ini Binatang Jalang, sajak ini berjudul “Dengan Mirat”.

BACA SELANJUTNYA »

BUAT ALBUM D.S. Karya: Chairil Anwar

BUAT ALBUM D.S. Karya: Chairil Anwar Seorang gadis lagi menyanyi Lagu derita di pantai yang jauh, Kelasi bersendiri di laut biru, dari Mereka yang sudah lupa bersuka. Suaranya pergi terus meninggi, Kami yang mendengar melihat senja Mencium belai si gadis dari pipi Dan gaun putihnya sebagaian dari mimpi. Kami rasa bahagia tentu ‘kan tiba, Kelasi mendapat dekapan di pelabuhan Dan di negeri kelabu yang berhiba Penduduknya bersinar lagi, dapat tujuan. Lagu merdu! apa mengertikah adikku kecil yang menangis mengiris hati Bahwa pelarian akan terus tinggal terpencil, Juga di negeri jauh itu surya tidak kembali? 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

CERITA BUAT DIEN TAMAELA Karya: Chairil Anwar

CERITA BUAT DIEN TAMAELA Karya: Chairil Anwar Beta Pattiradjawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. Beta Pattiradjawane Kikisan laut Berdarah laut. Beta Pattiradjawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan. Beta Pattiradjawane, menjaga hutan pala. Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama. Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! mari beria! mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku beta kirim datu-datu! Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau…. Beta Pattiradjawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

SITUASI Karya: Chairil Anwar

SITUASI Karya: Chairil Anwar Tidak perempuan! yang hidup dalam diri masih lincah mengelak dari pelukanmu gemas         gelap, bersikeras mencari kehijauan laut lain, dan berada lagi di kapal dulu bertemu, berlepas kemudi pada angin, mata terpikat pada bintang yang menanti. Sesuatu yang mengepak kembali menandungkan Tai Po dan rahsia laut Ambon Begitulah perempuan! Hanya suatu garis kabur bisa dituliskan dengan pelarian kebuntuan senyuman Cirebon, 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

MIRAT MUDA, CHAIRIL MUDA Karya: Chairil Anwar

MIRAT MUDA, CHAIRIL MUDA Karya: Chairil Anwar di pegunungan 1943 Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah, Menatap lama ke dalam pandangnya coba memisah matanya menantang yang satu tajam dan jujur yang sebelah. Ketawa diadukannya giginya pada mulut Chairil; dan bertanya: Adakah, adakah kau selalu mesra dan aku bagimu indah? Mirat raba urut Chairil, raba dada Dan tahulah dia kini, bisa katakan dan tunjukkan dengan pasti di mana menghidup jiwa, menghembus nyawa Liang jiwa-nyawa saling berganti. Dia rapatkan Dirinya pada Chairil makin sehati; hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas Hiduplah Mirat dan Chairil dengan deras, menuntut tinggi tidak setapak berjarak dengan mati. 1949 Chairil Anwar Buku:Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

SELAMA BULAN MENYINARI DADANYA Karya: Chairil Anwar

SELAMA BULAN MENYINARI DADANYA Karya: Chairil Anwar Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam ranjang padang putih tiada batas sepilah panggil-panggilan antara aku dan mereka yang bertolak Aku bukan lagi si cilik tidak tahu jalan di hadapan berpuluh lorong dan gang menimbang: ini tempat terikat pada Ida dan ini ruangan “pas         bebas” Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam ranjang padang putih tiada batas sepilah panggil-panggilan antara aku dan mereka yang bertolak Juga ibuku yang berjanji tidak meninggalkan sekoci. Lihatlah cinta jingga luntur: Dan aku yang pilih tinjauan mengabur, daun-daun sekitar gugur rumah tersembunyi dalam cemara rindang tinggi pada jendela kaca tiada bayagn datang mengambang Gundu, gasing, kuda-kudaan, kapal-kapalan di         zaman kanak, Lihatlah cinta jingga luntur: Kalau datang nanti topan ajaib menggulingkan gundu, memutarkan gasing memacu kuda-kudaan, menghembus kapal-kapalan aku sudah lebih dulu kaku. 1948 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang Catatan: Semula sajak ini tidak berjudul, namun kemudian diberi judul “Selama Bulan Menyinari Dadanya” oleh Editor buku Aku Ini Binatang Jalang.

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra