HARI ITU AKU AKAN BERSIUL-SIUL Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

HARI ITU AKU AKAN BERSIUL-SIUL Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul pada cari coblosan nanti aku akan masuk ke dapur akan kujumlah gelas dan sendokku apakah jumlahnya bertambah setelah pemilu bubar? pemilu oo… pilu, pilu bila hari coblosan tiba nanti aku tak akan pergi ke mana-mana aku ingin di rumah saja mengisi jambangan atau menanak nasi pemilu oo… puli, pilu nanti akan kuceritakan kepadamu apakah jadi penuh karung beras minyak tanah gula atau bumbu masak setelah suaramu dihitung dan pesta demokrasi dinyatakan selesai nanti akan kuceritakan padamu pemilu oo… pilu, pilu bila tiba harinya hari coblosan aku tak akan ikut berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara aku tidak akan datang aku tidak akan menyerahkan suaraku aku tidak akan ikutan masuk ke kotak suara itu pemilu oo… pilu, pilu aku akan bersiul-siul memproklamasikan kemerdekaanku aku akan mandi dan bernyanyi sekeras-kerasnya pemilu oo… pilu, pilu hari itu aku akan mengibarkan hakku tinggi, tinggi akan kurayakan dengan nasi hangat sambel bawang dan ikan asin pemilu oo… pilu, pilu sambel bawang dan ikan asin 10 november 96 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

MERONTOKKAN PIDATO Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

MERONTOKKAN PIDATO Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul berminggu-minggu, ratusan jam aku dipaksa akrab dengan sudut-sudut kamar lubang-lubang udara lalat, semut, dan kecoak tapi catatlah mereka gagal memaksaku aku tak akan mengakui kesalahanku karena berpikir merdeka bukanlah kesalahan bukan dosa, bukan aib, bukan cacat yang harus disembunyikan kubaca koran kucari apa yang tidak tertulis kutonton televisi kulihat apa yang tidak diperlihatkan kukibas-kibaskan pidatomu itu kukibas-kibaskan hingga rontok maka terang benderanglah ucapan penguasa selalu dibenarkan laras senapan! tapi dengarlah aku tak akan minta ampun pada kemerdekaan ini 11 september 96 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

DALAM KAMAR 6 X 7 METER Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

DALAM KAMAR 6 X 7 METER Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul mimpi-mimpi bagusku kubunuh dengan kenyataan tinggal tubuh kurus kering dan cericit tikus ketika kuterbaring tidur di tikar dan bantal yang banyak bangsatnya tak seluruh mimpi-mimpi itu sirna tersisa juga yang sederhana: alangkah bahagia aku andai sudah bisa beli minyak tanah dan menyalakan lampu teplok lalu membaca buku sampai malam larut dan menulis dan masak supermi ketika lapar alangkah bahagia aku andai sudah bisa menggaji ibu membeli baju baru bagi adik-adik ketika lebaran rokok buat bapak dan lain-lain lapar memang memalukan! (tiba-tiba aku mendengar jutaan nyawa saudaraku yang karena lapar menjadi copet, lonte, dan gelandangan tiba-tiba aku merasa lebih kaya tinimbang mereka rumah punya, nyewa tak apa makan bisa utang kiri-kanan minum tersedia air sumur umum) justru hari inilah ketika aku lapar sendiri dalam kamar 6 x 7 meter di sini ini aku bersyukur masih sempat menulis puisi wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

MENDONGKEL ORANG-ORANG PINTAR Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

MENDONGKEL ORANG-ORANG PINTAR Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul kudongkel keluar orang-orang pintar dari dalam kepalaku aku tak tergetar lagi oleh mulut-mulut orang pintar yang bersemangat ketika berbicara dunia bergerak bukan karena omongan para pembicara dalam ruang seminar yang ucapannya dimuat di halaman surat kabar mungkin pembaca terkagum-kagum tapi dunia tak bergerak setelah surat kabar itu dilipat kampung halaman solo, 8 september 93 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul apa guna punya ilmu kalau hanya untuk mengibuli apa gunanya banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu di mana-mana moncong senjata berdiri gagah kongkalikong dengan kaum cukong di desa-desa rakyat dipaksa menjual tanah tapi, tapi, tapi, tapi dengan harga murah apa guna banyak baca buku kalau mulut kau bungkam melulu wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

AKU MENUNTUT PERUBAHAN Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

AKU MENUNTUT PERUBAHAN Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul seratus lubang kakus lebih berarti bagiku ketimbang mulut besarmu tak penting siapa yang menang nanti sudah bosan kami dengan model urip kayak gini ngising bingung, hujan bocor kami tidak butuh mantra jampi-jampi atau janji atau sekarung beras dari gudang makanan kaum majikan tak bisa menghapus kemelaratan belas kasihan dan derma baju bekas tak bisa menolong kami kami tak percaya lagi pada itu partai politik omongan kerja mereka tak bisa bikin perut kenyang mengawang jauh dari kami punya persoalan bubarkan saja itu komedi gombal kami ingin tidur pulas utang lunas betul-betul merdeka tidak tertekan kami sudah bosan dengan model urip kayak gini tegasnya aku menuntut perubahan wiji thukul nyanyin akar rumput

BACA SELANJUTNYA »

BALADA PELURU Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

BALADA PELURU Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul di mana moncong senapan itu? aku pengin meledak sekaligus jadi peluru mencari jidatmu mengarah mampusmu akan kulihat nyawamu yang terbang dan kukejar-kejar dengan nyawaku sendiri agar tahu rumahmu aku rela bunuh diri tentu saja setelah tahu ke mana pulangmu tetapi peluru yang mencari jidatmu itu hanya ketemu matamu yang menyihir sim salabim kembali kau pada wujudmu asli! dan memang tidak akan pernah ada yang kan membawakan senapan untukku apalagi jidat mimpi indah kali ini mimpi indah kali ini mengapa kekal? wiji thukul nyanyian akar rumput

BACA SELANJUTNYA »

ISTIRAHATLAH KATA-KATA Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

ISTIRAHATLAH KATA-KATA Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul istirahatlah kata-kata jangan menyembur-nyembur orang-orang bisu kembalilah ke dalam rahim segala tangis dan kebusukan dalam sunyi yang meringis tempat orang-orang mengikari menahan ucapannya sendiri tidurlah, kata-kata kita bangkit nanti menghimpun tuntutan-tuntutan yang miskin papa dan dihancurkan nanti kita akan mengucapkan bersama tindakan bikin perhitungan tak bisa lagi ditahan-tahan solo sorogenen, 12 agustus 88 wiji thukul buku: nyanyian akar rumput

BACA SELANJUTNYA »

KEMARAU Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

KEMARAU Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul ember kosong gentong melompong baju jemuran seng atap rumah menyilaukan mata bumi menguap blingsatan anjing kucing kurap dan gelandangan berjingkat-jingkat melewati restoran dan supermarket yang mewah dan angkuh ada bau bensin di parkiran mobil ada bau parfum setelah pintu dibanting ada lalat hijau mendengung berputar-putar di kotamu ini mencari bangkai barangkali itu dirimu atau diriku siapa tahu kita telah membusuk diam-diam 1 januari 97 wiji thukul Buku: Nyanyian Akar Rumput

BACA SELANJUTNYA »

IBUNDA Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

IBUNDA Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul ibunda akhirnya menjengukku juga datang ke penjara dari kampung ke ibukota melihat anak tersayang babak belur dianiaya tentara ibunda akhirnya angkat bicara menggugat tuan jaksa yang menjebloskan anaknya berbulan-bulan ke penjara negara tak jelas pasal kesalahannya kejahatan apakah yang direncanakan oleh anakku hingga kalian pukuli dia siang-malam seperti anjing liar saja? kejahatan macam apakah yang dijalankan oleh anakku hingga kalian main setrum seenaknya sampai anakku demam tinggi suhu panas badannya? durhaka apakah yang diperbuat oleh anakku hingga tubuhnya mati rasa kalian siksa? hak istimewa apakah yang kalian miliki begitu sewenang-wenang kalian main hakim menjalankan pengadilan tanpa undang-undang? undang-undang apakah yang kalian praktikkan…?? tuan jaksa, jawab, tuan jaksa undang-undang mana, bikinan siapa yang mengizinkan pejabat negara menganiaya rakyat dan menginjak hak-haknya? tuan jaksa, tuan jaksa undang-undang mana, bikinan siapa yang memberi hak pada pejabat negara meremehkan nyawa? tuan jaksa, jawab, tuan jaksa tanyakan kepada para ibunda di mana pun juga siapa rela bila anaknya terancam keselamatan jiwanya tuan jaksa, jawab, tuan jaksa tanyakan kepada para ibunda siapa saja siapa rela melihat si jantung hati darah dagingnya dicederai biarpun yang melakukannya penguasa maka sekalian aku menempuh bahaya demi keadilan si buah hati aku menuntut tuan jaksa, bebaskan dia…!! 15 november 96 wiji thukul Buku: Nyanyian Akar Rumput

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra