PUISI : Wiji Thukul TENTANG SEBUAH GERAKAN

PUISI : Wiji Thukul TENTANG SEBUAH GERAKAN Tadinya aku pingin bilang aku butuh rumah tapi lantas kuganti dengan kalimat SETIAP ORANG BUTUH TANAH ingat: Setiap orang . aku berpikir tentang sebuah gerakan tapi mana mungkin aku nuntut sendirian . aku bukan orang suci yang bisa hidup dari sekepal nasi dan air sekendi aku butuh celana dan baju untuk menutup kemaluanku . aku berpikir tentang sebuah gerakan tapi mana mungkin kalau diam Wiji Thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul PULANGLAH, NANG

PUISI : Wiji Thukul PULANGLAH, NANG pulanglah, nang jangan dolanan sama si kuncung si kuncung memang nakal nanti bajumu kotor lagi disirami air selokan pulanglah, nang nanti kamu menangis lagi jangan dolanan sama anaknya pak kerto si bejo memang mbeling kukunya hitam panjang-panjang kalau makan tidak cuci tangan nanti kamu ketularan cacingan pulanglah, nang kamu kan punya mobil-mobilan kapal terbang bikinan taiwan senapan atom bikinan jepang kamu kan punya robot yang bisa jalan sendiri pulanglah, nang nanti kamu digebuki mamimu lagi kamu pasti belum tidur siang pulanglah, nang jangan dolanan sama anaknya mbok sukiyem mbok sukiyem memang keterlaluan si slamet sudah besar tapi belum disekolahkan pulanglah, nang pasti papimu marah lagi kamu pasti belum bikin pr belajar yang rajin biar nanti jadi dokter solo, september 86 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul RIWAYAT

PUISI : Wiji Thukul RIWAYAT seperti tanah lempung pinggir kampung masa laluku kuaduk-aduk kubikin bentuk-bentuk patung peringatan berkali-kali kuhancurkan kubentuk lagi kuhancurkan kubentuk lagi patungku tak jadi-jadi aku ingin sempurna patungku tak jadi-jadi lihat! diriku makin belepotan dalam penciptaan kalangan, oktober 87 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul CATATAN MALAM

PUISI : Wiji Thukul CATATAN MALAM anjing nyalak lampuku padam aku nelentang sendirian kepala di bantal pikiran menerawang membayangkan pernikahan (pacarku buruh harganya tak lebih dua ratus rupiah per jam) kukibaskan pikiran tadi dalam gelap makin pekat aku ini penyair miskin tapi kekasihku cinta cinta menuntun kami ke masa depan solo-kalangan, 23 februari 88 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul CATATAN

PUISI : Wiji Thukul CATATAN udara ac asing di tubuhku mataku bingung melihat deretan buku-buku sastra dan buku-buku tebal intelektual terkemuka tetapi harganya oo… aku ternganga musik stereo mengitariku penjaga stand cantik-cantik sandal jepit dan ubin mengkilat betapa jauh jarak kami uang sepuluh ribu di sakuku di sini hanya dapat dua buku untuk keluargaku cukup buat makan seminggu gemerlap toko-toko di kota dan kumuh kampungku dua dunia yang tak pernah bertemu solo, 87-88 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul SAJAK BAGONG

PUISI : Wiji Thukul SAJAK BAGONG bagong namanya tantanglah berkelahi kepalamu pasti dikepruk batu bawalah whisky bahumu pasti ditepuk-tepuk gembira ajaklah omong tapi jangan khotbah ia akan kentut bagong namanya malam begadang subuh tidur bangun siang sore parkir untuk makan awas jangan ngebut di depan matanya engkau bisa dipukuli lalu ditinggal pergi ya, ya… bagong namanya pemilu kemarin besar jasanya bagong ya bagong tapi bagong sudah mati pada suatu pagi mayatnya ditemukan orang di tepi rel kereta api setahun yang lalu ya, ya… setahun yang lalu Wiji Thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul SAJAK IBU

PUISI : Wiji Thukul SAJAK IBU ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu menangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar penjara ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban tuhan membangkitkan haru insan dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan solo, 86 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul LINGKUNGAN KITA SI MULUT BESAR

PUISI : Wiji Thukul LINGKUNGAN KITA SI MULUT BESAR lingkungan kita si mulut besar dihuni lintah-lintah yang kenyang mengisap darah keringat tetangga dan anjing-anjing yang taat beribadah menyingkiri para penganggur yang mabuk minuman murahan lingkungan kita si mulut besar raksasa yang membisu yang anak-anaknya terus dirampok dan dihibur film-film kartun amerika perempuannya disetor ke mesin-mesin industri yang membayar murah lingkungan kita si mulut besar sakit perut dan terus berak mencret oli dan logam busa dan plastik dan zat-zat pewarna yang merangsang menggerogoti tenggorokan bocah-bocah yang mengulum es lima puluh perak kalangan-solo, desember 91 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul GUMAM SEHARI-HARI

PUISI : Wiji Thukul GUMAM SEHARI-HARI di ujung sana ada pabrik roti kami beli yang remah-remah karena murah di ujung sana ada tempat penyembelihan sapi dan kami kebagian bau kotoran air selokan dan tai di ujung sana ada perusahaan daging abon setiap pagi kami beli kuahnya dimasak campur sayur di pinggir jalan berdiri toko-toko baru dan macam-macam bangunan kampung kami di belakangnya riuh dan berjubel seperti kutu kere kumal terus berbiak! membengkak tak tercegah! jagalan, kalangan-solo, 29 januari 89 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

TONG POTONG ROTI Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

TONG POTONG ROTI Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi kini datang gantinya tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi bagi-bagi tanahnya tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi siapa beli gunungnya tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi kini indonesia tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi kini siapa yang punya kalangan-solo, april 89 wiji thukul Catatan: Puisi di atas diilhami sebuah tembang rakyat dari Madura.

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra