YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS Karya: Chairil Anwar

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS Karya: Chairil Anwar kelam dan angin lalu mempesiang diriku, menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin, melam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru         dingin aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau         datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu; tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa        berlalu beku 1949 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang (berdasarkan versi Naskah Asli)

BACA SELANJUTNYA »

KEPADA PEMINTA-MINTA Karya: Chairil Anwar

KEPADA PEMINTA-MINTA Karya: Chairil Anwar Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Jangan lagi kau bercerita Sudah bercacar semua di muka Nanah meleleh dari luka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Juni, 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

KARAWANG-BEKASI Karya: Chairil Anwar

KARAWANG-BEKASI Karya: Chairil Anwar Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan berdegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang-kenanglah kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang-kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi Chairil Anwar CATATAN: Sajak Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar pernah dituduh sebagai hasil plagiasi (jiplakan) dari Sajak The Young Dead Soldiers Do Not Speak karya Archibald MacLeish. Namun H.B. Jassin membela Chairil karena dalam Sajak Karawang-Bekasi mengandung ciri khas Chairil Anwar.

BACA SELANJUTNYA »

MERDEKA Karya: Chairil Anwar

DENDAM Karya: Chairil Anwar Berdiri tersentak Dari mimpi aku bengis dielak Aku tegak Bulan bersinar sedikit tak nampak Tangan meraba ke bawah bantalku Keris berkarat kugenggam di hulu Bulan bersinar sedikit tak nampak Aku mencari Mendadak mati kuhendak berbekas di jari Aku mencari Diri tercerai dari hati Bulan bersinar sedikit tak nampak 13 Juli 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

MERDEKA Karya: Chairil Anwar

MERDEKA Karya: Chairil Anwar Aku mau bebas dari segala Merdeka Juga dari Ida Pernah Aku percaya pada sumpah dan cinta Menjadi sumsum dan darah Seharian kukunyah-kumamah Sedang meradang Segala kurenggut Ikut bayang Tapi kini Hidupku terlalu tenang Selama tidak antara badai Kalah menang Ah! Jiwa yang menggapai-gapai Mengapa kalau beranjak dari sini Kucoba dalam mati. 14 Juli 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

PENERIMAAN Karya: Chairil Anwar

PENERIMAAN Karya: Chairil Anwar Kalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati Aku masih tetap sendiri Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani Kalau kau mau kuterima kau kembali Untukku sendiri tapi Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. Maret 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

BUAT GADIS RASID Karya: Chairil Anwar

BUAT GADIS RASID Karya: Chairil Anwar Antara daun-daun hijau padang lapang dan terang anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian burung-burung merdu hujan segar dan menyebar bangsa muda menjadi, baru bisa bilang “aku” Dan angin tajam kering, tanah semata gersang pasir bangkit mentanduskan, daerah dikosongi Kita terapit, cintaku — mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak Mari kita lepas, kita lepas jiwa mencari jadi merpati Terbang mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat — the only possibel non-stop flight Tidak mendapat. 1948 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

BUAT NYONYA N. Karya: Chairil Anwar

BUAT NYONYA N. Karya: Chairil Anwar Sudah terlampau puncak pada tahun yang lalu, dan kini dia turun ke rendahan datar. Tiba di puncak dan dia sungguh tidak tahu, Burung-burung asing bermain keliling kepalanya dan buah-buah hutan ganjil mencap warna pada         gaun. Sepanjang jalan dia terkenang akan jadi satu Atas puncak tinggi sendiri berjubah angin, dunia di bawah dan lebih dekat         kematian Tapi hawa tinggal hampa, tiba di puncak dia         sungguh tidak tahu Jalan yang dulu tidak akan dia tempuh lagi, Selanjutnya tidak ada burung-burung asing, buah-         buah pandan ganjil Turun terus. Sepi. Datar-lebar-tidak bertepi 1949 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

DUA SAJAK BUAT BASUKI RESOBOWO Karya: Chairil Anwar

DUA SAJAK BUAT BASUKI RESOBOWO Karya: Chairil Anwar I Adakah jauh perjalanan ini? Cuma selenggang! — Coba kalau bisa lebih! Lantas bagaimana? Pada daun gugur tanya sendiri, Dan sama lagu melembut jadi melodi! Apa tinggal jadi tanda mata? Lihat pada betina tidak lagi menangadah Atau bayu sayu, bintang menghilang! Lagi jalan ini berapa lama? Boleh seabad… aduh sekerdip saja! Perjalanan karna apa? Tanya rumah asal yang bisu! Keturunanku yang beku di situ! Ada yang menggamit? Ada yang kehilangan? Ah! jawab sendiri — Aku terus gelandangan…. II Seperti ibu + nenekku juga tambah tujuh keturunan yang lalu aku minta pula supaya sampai di sorga yang kata Masyumi + Muhammadiyah bersungai         susu dan bertabur bidari beribu Tapi ada suara menimbang dalam diriku, nekat mencemooh: Bisakah kiranya berkering dari kuyub laut biru, gamitan dari tiap pelabuhan gimana? Lagi siapa bisa mengatakan pasti di situ memang ada bidari Suaranya berat menelan seperti Nina, punya         kerlingnya Jati? Malang, 28 Februari 1947 Chairil Anwar Catatan: Puisi ini diambil dari buku ‘Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45’. Pada buku lainnya puisi ini terpisah menjadi dua judul berbeda. Dalam buku ‘Tiga Menguak Takdir’ sajak pertama diberi judul “Sajak Buat Basuki Resobowo”, sedangkan dalam buku ‘Deru Campur Debu’ sajak kedua diberi judul “Sorga“.

BACA SELANJUTNYA »

RUMAH KONTRAKAN Karya: Joko Pinurbo

RUMAH KONTRAKAN Karya: Joko Pinurbo -untuk ulang tahun Sapardi Djoko Damono (SDD) Tubuhku rumah kontrakan yang sudah sekian waktu aku diami sampai aku lupa bahwa itu bukan rumahku. Tiap malam aku berdoa semogalah aku lekas kaya supaya bisa membangun rumah sendiri yang lebih besar dan nyaman, syukur dilengkapi taman dan kolam renang. Tadi malam si empunya rumah datang dan marah-marah: “Orgil, kau belum juga membereskan uang sewa, sementara aku butuh biaya untuk memperbaiki rumah ini.” “Maaf Bu,” aku menjawab malu, “uang saya baru saja habis buat bayar utang. Sabarlah sebentar, bulan depan pasti sudah saya lunasi. Kita kan sudah seperti keluarga sendiri.” Pada hari yang dijanjikan si empunya rumah datang lagi. Ia marah besar melihat rumahnya makin rusak dan berantakan. “Orgil, kau belum juga membereskan uang sewa, sementara aku butuh biaya untuk merobohkan rumah ini.” Dengan susah payah akhirnya aku bisa melunasi uang kontrak. Bahkan diam-diam si rumah sumpek ini kupugar-kurombak. Saat si empunya datang, ia terharu mendapatkan rumahnya sudah jadi baru. Sayang si penghuninya sudah tak ada di sana. Ia sudah pulang kampung, kata seorang tetangga. “Orgil, aku tak akan pernah merobohkan rumah ini. Aku akan tinggal di rumahmu ini.” 2001 Joko Pinurbo Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra