Puisi Ahmad Ridwan : IKUT ATRAKSI

IKUT ATRAKSI   Hai, pelaku sirkus! Kenankan kami ikut atraksi Kami sudah saban hari latihan akrobat Di lintas kota kami tercinta Dijamin tak mengecewakan. Segala gaya celaka kami hafal lampirkan.   Jangan cemas jadi cemar Nanti kalau penonton berdecak sindir, Kami sedia atraksi simpanan : Maut.     Ah_Rid – Ahmad Ridwan (Tembilahan, 18-20 Januari 2017) Kumpulan Puisi Ahmad Ridwan – Sastrawan Indragiri Hilir

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Ahmad Ridwan : GAMBAR RETAS

GAMBAR RETAS Ini tangan Itu tangan lengkap jemari memeluk pena menggores robek kertas lengang menembus cerah longsorkan waktu ke dalam penyerahan batin. Gambar retaspun tersemat ke dalam mataku berlanjut rasuk ke dalam jantungku tiap detaknya aku menggores kasih menjulang benih kabutku. Apa aku semarak tanda-tanda? atau kau yang berkilap tanda-tanda? tanda-tanda tajam yang menyayat sekat gaun kafan.   Katakan segenap gambar retas yang terbendung di jantungmu, katakan juga seganjil garis pada ombak detaknya.   Mari kita menggambar tangan yang memeluk jantung lalu menyerahkannya ke jantung yang mirip Biar digelar di layar redup berkedip-kedip.     Ah_Rid – Ahmad Ridwan (Maret 2017) Kumpulan Puisi Ahmad Ridwan – Sastrawan Indragiri Hilir

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Ahmad Ridwan : DOKUMEN KADALUARSA

DOKUMEN KADALUARSA   Ada banyak dokumen kadaluarsa Yang tersebar di rimba niaga Helai demi helai jadi selimut buat semerbak keperluan dapur dan perut.   Adakah dokumenmu diantaranya? Barangkali ada yang tersembunyi dan bercakar. Dan kau tengah galau memburunya.     Ah_Rid – Ahmad Ridwan (Tembilahan, 22 Januari 2017) Kumpulan Puisi Ahmad Ridwan – Sastrawan Indragiri Hilir

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Ahmad Ridwan : Di Retak-retak Jalanan dan Bangunan

Di Retak-retak Jalanan dan Bangunan   Pada pukul yang rawan Di retak-retak jalanan Ada yang hendak menjulur Mula-mula disangka kembang-kembang riang Namun ternyata kumbang-kumbang yang miang. Terbang menembus kabut kegersangan Siap mencumbu kembang-kembang taman dalam kepala Juga pohon-pohon hutan dalam kemaluan.   Pada pukul yang menawan Di retak-retak bangunan Ada yang hendak membaur Mula-mula disangka pelita-pelita terang Namun ternyata gulita-gulita yang hilang sarang. Merayap rebahkan kekilauan Siap mengembus pelita-pelita rumah dalam kepala Juga matahari pekarangan dalam kemaluan.   Pukul yang rawan adalah menawan Pukul yang menawan adalah rawan Dua perangkap karib seperti saudara kembar Retak-retak jalanan dan bangunan alangkah mekar alangkah gelar alangkah getar alangkah sekedar kadar.     Ridwan.ahrid Oktober 2018 Kumpulan Puisi Ahmad Ridwan – Sastrawan Indragiri Hilir

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Ahmad Ridwan : BIASKAN SAJA ITU!

BIASKAN SAJA ITU!   Lekuk mabuk Lekuk mabuk Lekuk mabuk Mabuk lekuk Lekuk Selantang pori-porimu Merentang sepanjang kiblatmu Hinggap Lekat di tadahanku di tadahankau di tadahan pertiwi di tadahan denah. Long long long melolong tolong Ada bolong menyerta nafas Di hampar santapan kau dan aku.   Biaskan saja itu!   Teras garduku sudah menjelma pantai Pesona ombaknya memakuku memanggangku … Hingga ku matang Hingga engahku lengang Hingga rampung disuguh pejal Di lekuk yang mabuk Di mabuk yang lekuk Melolong aku menghambur tolong.   Akh, Biaskan saja itu!   Tanahku memang dibelit lekuk dibelit mabuk Dan pantai semakin dekat berkunjung pada waktunya Lingsir segenap pelipur fana Terkungkung sekuntum sabda. Lekuk mabuk Mabuk lekuk Lekuk mabuk Mabuk lekuk Lekukku Lekukkau Berjejal Berjejal Berjejal-jejal di himpunan tubuhku. Muntah.     Ah_Rid – Ahmad Ridwan (Januari 2017)     (sebelum rampung) LUBANG KUBANG Lubang kubang Lubang kubang Lubang kubang Lubang Ku Selantang pori-porimu Merentang sepanjang kiblatmu Hinggap gap gap gap gap hinggap Lekat di tadahanku di tadahankau di tadahan pertiwi di tadahan denah. Long long long melolong tolong Ada bolong menyerta nafas Di hampar santapan kau ku.   Teras garduku bagai pantai Pesona ombaknya memakuku memanggangku … Sampai ku matang Sampai engahku lengang Sampai siap dihidang pejal Di lubang yang bolong Di bolong yang lubang Melolong aku menghambur tolong.   Tanahku memang dibelit lubang dibelit bolong Dan pantai semakin dekat berkunjung pada waktunya Lingsir segenap pelipur fana Terkungkung sekuntum sabda.   Lubang kubang Lubang kubang Lubang kubang Lubang Ku. Kau.           Ah_Rid – Ahmad Ridwan           Januari 2017   Kumpulan Puisi Ahmad Ridwan – Sastrawan Indragiri Hilir

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Ahmad Ridwan : Bagaikan Permainan Tebak-tebakan Belai

Bagaikan Permainan Tebak-tebakan Belai   Sumbang mataku meraba ku kedip-kedip menolak percaya tapi demikian kunjungnya aku manapak di atas berjuta karya bersama satu satu menjemput tanya bagaikan permainan tebak-tebakan belai jika tepat mengurai jiwa mutlak tergerai dan siap disemai di tanah landai   itu tugu, apa? raganya dicerai dua satu tegak satu rebah : itu beringin yang dipangkas ria ia terpaksa pasrah dibunuh kala kini   itu lukisan, apa? coraknya sungguh semarak semirip pawai ketika di arak-arakan : itu berak raksasa berbaur satu nan berpeluk erat   itu tarian, kah? gemulai lunglai seakan menggapi-gapai : itu tarian gersang sehabis mandi api   itu sandiwara, kah? sekujur pelakon kuyup air mata sambil menampar jejak : itu drama tragedi yang paling akrab kita saksikan   apa yang ku dengar ini, senandung? bercampur baur berulur-ulur : itu kidung kepedihan yang berpadu dengan maut.   itu taman, atau? kembangnya samar dimana-mana : itu taman, taman kenangan bisa jelas terlihat tatkala pejam atau lelap   itu rajutan, atau? tertata kusam sarat arti : itu rajutan hutan oleh-oleh setelah hari esok tebak nan tebarlah   itu wahana, bukan? penuh rambu menantang maut : itu wahana kita kalau tidak bermain kita tak pulang   Sekarang malam atau siang? peluhku cecer sepanjang jejak : di kira-kira saja langit kini ruah cita rasa sebagai gilir letih atas mata kita   Pancaran mata huni yang remang menelanku ke dalam sebuah kenyataan yang telah beku Tetap ku tatap walau ratap menghisap segenap idap mungkin sebaiknya bentang saja selimut di atas tubuh sepanjang waktu biar tebak tebakan itu jadi indah nan buntu.     Ridwan.ahrid 2018         giir letih seni rupa (gambar, lukis, patung, kerajinan tangan, kriya dan grafis) seni music ( seni teater seni tari kerajinan tangan   kk   Penebangan pohon secara liar sampah / limbah d mana-mana kebakaran hutan kesedihan setelah bencana alam sutra/nyanyian korban bencana alam suasana dulu dg sekarang (perbedaan) kerusakan hutan kerusakan jalan langit (tipisnya lapisan ozon)   Kumpulan Puisi Ahmad Ridwan – Sastrawan Indragiri Hilir

BACA SELANJUTNYA »

Puisi Ahmad Ridwan : Anjing-anjing Bergaun dan Seorang Bocah Bertubuh Ceking

Anjing-anjing Bergaun dan Seorang Bocah Bertubuh Ceking   Desir angin menyisir pendengaranku Seperti ada kata-kata yang diucapkannya Tapi aku sukar menterjemahkannya. Ku tilik sekeliling tegakku Ada gedung gagah membusung pohon-pohon murung rerumputan yang mengantuk dan… mesin-mesin pengantar itu urung kusebut. Tunggu, Ada anjing-anjing bergaun sedang menyalak seorang bocah bertubuh ceking yang sedang lirik kiri kanan sembari menunduk. “Apa maumu di sini?! “ucapnya. “Aku hanya mencari tawaku yang tertinggal di sini” sahut bocah itu senafas. Seketika anjing-anjing itu melengking, “Jauhkan niatmu segera! kalau kau tak mau tawamu ku gigit, ku cabik, dan  ku telan sekalian!” Bocah itu bergegas acuh melanjutkan niatnya. Maka anjing-anjing semakin melengking gonggongnya dalam sangkar sebesar liang lahat. Aku Diam. Apa lagi yang mau kuterjemah. Angin sudah menderu menampar pendengaranku.     Ridwan.ahrid Juli 2018 Kumpulan Puisi Ahmad Ridwan – Sastrawan Indragiri Hilir

BACA SELANJUTNYA »

MATAHARI MINGGU KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

MATAHARI MINGGU KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Di hari Minggu di hari iseng Di silau matahari jalan berliku Kawan habis tujuan di tepi kota Di hari Minggu di hari iseng Bersandar pada dinding kota Kawan terima kebuntuan batas Di hari panas tak berwarna Seluruh damba dibawa jalan Di hari Minggu di hari iseng Bila pertemuan menambah damba Melingkar di jantung kota Ia merebah pada diri dan kepadatan hari Tidak menolak tidak terima

BACA SELANJUTNYA »

THE TALE OF TWO CONTINENTS KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

THE TALE OF TWO CONTINENTS KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Satu rasa dua kematian Satu kasih dan dua kesetiaan Antara benua dan benua Tertunggu rindu samudra Dua kota satu kekosongan Dua alamat satu kehilangan Antara nyiur dan salju Merentang ketakpedulian tuju Semoga kasih tahu jalan kembali Pada pintu yang membuka dinihari Ke mana angin membawa diri Kekasih, semoga kau Dapat kepenuhan cinta dalam aku tiada Terpecah dua benua, suatu kelupaan di sisik samudra

BACA SELANJUTNYA »

CHATHEDRALE DE CHARTRES KARYA PUISI SITOR SITUMORANG

CHATHEDRALE DE CHARTRES KARYA PUISI SITOR SITUMORANG Akan bicarakah Ia di malam sepi Kala salju jatuh dan burung putih-putih Sekali-sekali ingin menyerah hati Dalam lindungan sembahyang bersih Ah, Tuhan, tak bisa kita lagi bertemu Dalam doa bersama kumpulan umat Ini kubawa cinta di mata kekasih kelu Tiada terpisah hidup dari kiamat Menangis ia tersedu di hari Paskah Ketika kami ziarah di Chartres di gereja Doanya kuyu di warna kaca basah Kristus telah disalib manusia habis kata Ketika malam itu sebelum ayam berkokok Dan penduduk Chartres meninggalkan kermis tersedu is dalam daunan malam rontok Mengembara ingatan di hujan gerimis Pada ibu, isteri, anak serta Isa Hati tersibak antara zinah dan setia Kasihku satu, Tuhannya satu Hidup dan kiamat bersatu padu Demikianlah kisah cinta kami yang bermula di pekan kembang Di pagi buta sekitar Notre Dame de Paris Di musim bunga dan mata remang Demikianlah kisah dari Pasah ketika seluruh alam diburu resah Oleh goda, zinah, cinta dan kota Karena dia, aku dan isteri yang setia Maka malam itu di ranjang penginapan Terbawa kesucian nyanyi gereja kepercayaan Bersatu kutuk nafsu dan rahmat Tuhan Lambaian cinta setia dan pelukan perempuan Demikianlah Cerita Pasah Ketika tanah basah Air mata resah Dan bunga-bunga merekah Di bumi Perancis Di bumi manis Ketika Kristus disalibkan

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra