PUISI : Wiji Thukul CATATAN MALAM

PUISI : Wiji Thukul CATATAN MALAM anjing nyalak lampuku padam aku nelentang sendirian kepala di bantal pikiran menerawang membayangkan pernikahan (pacarku buruh harganya tak lebih dua ratus rupiah per jam) kukibaskan pikiran tadi dalam gelap makin pekat aku ini penyair miskin tapi kekasihku cinta cinta menuntun kami ke masa depan solo-kalangan, 23 februari 88 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul CATATAN

PUISI : Wiji Thukul CATATAN udara ac asing di tubuhku mataku bingung melihat deretan buku-buku sastra dan buku-buku tebal intelektual terkemuka tetapi harganya oo… aku ternganga musik stereo mengitariku penjaga stand cantik-cantik sandal jepit dan ubin mengkilat betapa jauh jarak kami uang sepuluh ribu di sakuku di sini hanya dapat dua buku untuk keluargaku cukup buat makan seminggu gemerlap toko-toko di kota dan kumuh kampungku dua dunia yang tak pernah bertemu solo, 87-88 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul SAJAK BAGONG

PUISI : Wiji Thukul SAJAK BAGONG bagong namanya tantanglah berkelahi kepalamu pasti dikepruk batu bawalah whisky bahumu pasti ditepuk-tepuk gembira ajaklah omong tapi jangan khotbah ia akan kentut bagong namanya malam begadang subuh tidur bangun siang sore parkir untuk makan awas jangan ngebut di depan matanya engkau bisa dipukuli lalu ditinggal pergi ya, ya… bagong namanya pemilu kemarin besar jasanya bagong ya bagong tapi bagong sudah mati pada suatu pagi mayatnya ditemukan orang di tepi rel kereta api setahun yang lalu ya, ya… setahun yang lalu Wiji Thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul SAJAK IBU

PUISI : Wiji Thukul SAJAK IBU ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu menangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar penjara ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban tuhan membangkitkan haru insan dengan kebajikan ibu mengenalkan aku kepada Tuhan solo, 86 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul LINGKUNGAN KITA SI MULUT BESAR

PUISI : Wiji Thukul LINGKUNGAN KITA SI MULUT BESAR lingkungan kita si mulut besar dihuni lintah-lintah yang kenyang mengisap darah keringat tetangga dan anjing-anjing yang taat beribadah menyingkiri para penganggur yang mabuk minuman murahan lingkungan kita si mulut besar raksasa yang membisu yang anak-anaknya terus dirampok dan dihibur film-film kartun amerika perempuannya disetor ke mesin-mesin industri yang membayar murah lingkungan kita si mulut besar sakit perut dan terus berak mencret oli dan logam busa dan plastik dan zat-zat pewarna yang merangsang menggerogoti tenggorokan bocah-bocah yang mengulum es lima puluh perak kalangan-solo, desember 91 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

PUISI : Wiji Thukul GUMAM SEHARI-HARI

PUISI : Wiji Thukul GUMAM SEHARI-HARI di ujung sana ada pabrik roti kami beli yang remah-remah karena murah di ujung sana ada tempat penyembelihan sapi dan kami kebagian bau kotoran air selokan dan tai di ujung sana ada perusahaan daging abon setiap pagi kami beli kuahnya dimasak campur sayur di pinggir jalan berdiri toko-toko baru dan macam-macam bangunan kampung kami di belakangnya riuh dan berjubel seperti kutu kere kumal terus berbiak! membengkak tak tercegah! jagalan, kalangan-solo, 29 januari 89 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

TONG POTONG ROTI Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

TONG POTONG ROTI Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi kini datang gantinya tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi bagi-bagi tanahnya tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi siapa beli gunungnya tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi kini indonesia tong potong roti roti campur mentega belanda sudah pergi kini siapa yang punya kalangan-solo, april 89 wiji thukul Catatan: Puisi di atas diilhami sebuah tembang rakyat dari Madura.

BACA SELANJUTNYA »

HARI ITU AKU AKAN BERSIUL-SIUL Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

HARI ITU AKU AKAN BERSIUL-SIUL Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul pada cari coblosan nanti aku akan masuk ke dapur akan kujumlah gelas dan sendokku apakah jumlahnya bertambah setelah pemilu bubar? pemilu oo… pilu, pilu bila hari coblosan tiba nanti aku tak akan pergi ke mana-mana aku ingin di rumah saja mengisi jambangan atau menanak nasi pemilu oo… puli, pilu nanti akan kuceritakan kepadamu apakah jadi penuh karung beras minyak tanah gula atau bumbu masak setelah suaramu dihitung dan pesta demokrasi dinyatakan selesai nanti akan kuceritakan padamu pemilu oo… pilu, pilu bila tiba harinya hari coblosan aku tak akan ikut berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara aku tidak akan datang aku tidak akan menyerahkan suaraku aku tidak akan ikutan masuk ke kotak suara itu pemilu oo… pilu, pilu aku akan bersiul-siul memproklamasikan kemerdekaanku aku akan mandi dan bernyanyi sekeras-kerasnya pemilu oo… pilu, pilu hari itu aku akan mengibarkan hakku tinggi, tinggi akan kurayakan dengan nasi hangat sambel bawang dan ikan asin pemilu oo… pilu, pilu sambel bawang dan ikan asin 10 november 96 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

MERONTOKKAN PIDATO Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

MERONTOKKAN PIDATO Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul berminggu-minggu, ratusan jam aku dipaksa akrab dengan sudut-sudut kamar lubang-lubang udara lalat, semut, dan kecoak tapi catatlah mereka gagal memaksaku aku tak akan mengakui kesalahanku karena berpikir merdeka bukanlah kesalahan bukan dosa, bukan aib, bukan cacat yang harus disembunyikan kubaca koran kucari apa yang tidak tertulis kutonton televisi kulihat apa yang tidak diperlihatkan kukibas-kibaskan pidatomu itu kukibas-kibaskan hingga rontok maka terang benderanglah ucapan penguasa selalu dibenarkan laras senapan! tapi dengarlah aku tak akan minta ampun pada kemerdekaan ini 11 september 96 wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

DALAM KAMAR 6 X 7 METER Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul

DALAM KAMAR 6 X 7 METER Sebuah Puisi Karya: Wiji Thukul mimpi-mimpi bagusku kubunuh dengan kenyataan tinggal tubuh kurus kering dan cericit tikus ketika kuterbaring tidur di tikar dan bantal yang banyak bangsatnya tak seluruh mimpi-mimpi itu sirna tersisa juga yang sederhana: alangkah bahagia aku andai sudah bisa beli minyak tanah dan menyalakan lampu teplok lalu membaca buku sampai malam larut dan menulis dan masak supermi ketika lapar alangkah bahagia aku andai sudah bisa menggaji ibu membeli baju baru bagi adik-adik ketika lebaran rokok buat bapak dan lain-lain lapar memang memalukan! (tiba-tiba aku mendengar jutaan nyawa saudaraku yang karena lapar menjadi copet, lonte, dan gelandangan tiba-tiba aku merasa lebih kaya tinimbang mereka rumah punya, nyewa tak apa makan bisa utang kiri-kanan minum tersedia air sumur umum) justru hari inilah ketika aku lapar sendiri dalam kamar 6 x 7 meter di sini ini aku bersyukur masih sempat menulis puisi wiji thukul

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra