Naskah Drama Nyonya-Nyonya Karya Wisran Hadi
Naskah drama “Nyonya-Nyonya” karya Wisran Hadi pertama kali di pentaskan oleh Akademi Seni Kebangsaan Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Pelancongan Malaysia pada bulan Maret 2004. Pertunjukan perdana ini di laksanakan di Auditorium Tuanku Abdul Rahman, yang terletak di Pusat Pelancongan Malaysia, Kuala Lumpur.
Kemudian, naskah ini kembali dipentaskan oleh Akademi Seni Kebangsaan Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Pelancongan Malaysia, kali ini bekerja sama dengan Dewan Kesenian Jakarta. Pertunjukan kedua berlangsung pada tanggal 2 dan 3 Maret 2004 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki.
Lebih dari sekadar sebuah karya teater, naskah ini didedikasikan kepada istri tercinta, Putri Reno Raudha Thaib, sebagai bentuk penghargaan dan cinta yang mendalam.
Kami mengundang Anda untuk mengunduh dan membaca naskah ini. Semoga naskah “Nyonya-Nyonya” dapat memberikan inspirasi dan wawasan berharga dalam penyelenggaraan pertunjukan teater di tempat Anda.
TUAN
Drastis! Perubahan cuaca memang sulit dipastikan, walau pun televisi setiap malam mengumumkan ramalannya. Sulitnya di sini, mereka meramal tanpa memperhitungkan kondisi-kondisi lain. Akibatnya, yang jadi korban selalu saja orang-orang seperti saya. Berdiri berjam-jam sejak senja, taksi tak ada yang lewat, dan malam tiba-tiba saja turun!
Mestinya pedagang barang antic seperti saya harus dilindungi dari bencana alam yang datang mendadak. Bukan hanya karena langkanya pedagang barang antic, tapi karena barang antik itu sendiri yang sudah langka sekarang.
Tetapi, ah! Orang-orang itu! jangankan untuk melindungi saya, mereka datang ke sini maunya hanya duduk, berderet-deret dalam gelap lagi – berbisik menggunjungkan saya dan menunggu-nunggu tindakan apa lagi yang akan saya lakukan.
NYONYA (Mematikan Tape Recorder dan datang dengan berang menemui Tuan)
Bagus sekali, Tuan! Bagus. Tentu Tuan sudah menyusun alasan pula untuk dapat berdiri di teras rumahku ini. Hari telah malam, taksi tidak ada yang lewat, ramalan TV meleset dan sebagainya, dan sebagainya! Apa kata orang-orang itu nanti, kalau mereka melihat Tuan terus berdiri di sini. Kalau disangka Tuan sedang bermain drama ya…. Mungkin tidak apa-apa. Tapi, kalau mereka menyangka Tuan sedang mengintai saya yang sedang berdandan di kamar kan susah. Ekor persoalannya, Tuan. Ekornya.
TUAN
Maaf, Nyonya. Kalau ada taksi, saya akan segera angkat kaki.
NYONYA
Kemarin Tuan berdiri di pekarangan rumahku sendirian. Dengan berbagai alas an, Tuan telah memaksaku menjual satu meter persegi untuk tempat Tuan berdiri, dengan janji akan menjaga keperluan-keperluan dan hakku terhadap teras dan rumahku.
TUAN
Nyonya boleh marah, tapi dalam keadaan seperti sekarang tidak baik. Bagaimana pun marahnya Nyonya, mengingat kondisi-kondisi tertentu kemarahan itu harus di tunda dulu. Bila keadaan sudah normal, barulah Nyonya boleh menyesuaikan marah Nyonya dengan keadaan itu.
NYONYA
Tuan mengira teras rumahku ini halte bus!? Tak useh ye! Ayo pergi! jangan berdiri di situ! Pergi! namaku tidak boleh cacat di mata umum. Berapa kali harus kukatakan pada Tuan! Namaku, namaku! Apa semua pedagang barang antic selalu tuli!?
TUAN
Tenggang rasa sedikit, Nyonya. Saya hanya sebentar saja.