INONG:
DONGENG RUMAH JALANG
DONGENG RUMAH JALANG
Repertoar
Cucuk Espe
Cucuk Espe
Tokoh:
Sandek
Inong
Madranu
Silay
#1
PROLOG
Begitulah seharusnya perempuan.
Begitulah seharusnya menjalani hidup. Takdir yang membuatku tak mampu memilih,
selain hanya menjalani dan menghidupi. Hidup yang tak sepatutnya kujalani.
Perempuan manapun ingin diperlakukan seperti rembulan yang dilingkari cincin
purnama sidhi. Menebar cahaya sampai malam menempuh klimaks. Aku pun terjatuh.
Runtuh. Tanpa boleh mengeluh.
Begitulah seharusnya menjalani hidup. Takdir yang membuatku tak mampu memilih,
selain hanya menjalani dan menghidupi. Hidup yang tak sepatutnya kujalani.
Perempuan manapun ingin diperlakukan seperti rembulan yang dilingkari cincin
purnama sidhi. Menebar cahaya sampai malam menempuh klimaks. Aku pun terjatuh.
Runtuh. Tanpa boleh mengeluh.
Saat
hujan membasah tubuh, malam berkepala halilintar menyobek tanpa sadar, aku
melihat tubuhku luluh. Terlempar dalam ruang pengap tanpa boleh berkata; belum
siap. Begitulah perempuan yang dilempar senyuman sekaligus hujatan. Di sini,
tak boleh ada yang menyesali diri. Jalani. Jalani dan nikmati. Seperti awan di
langit mati. Tetapi masih salahkah jika aku bertanya; mengapa perempuan
seharusnya begini?
hujan membasah tubuh, malam berkepala halilintar menyobek tanpa sadar, aku
melihat tubuhku luluh. Terlempar dalam ruang pengap tanpa boleh berkata; belum
siap. Begitulah perempuan yang dilempar senyuman sekaligus hujatan. Di sini,
tak boleh ada yang menyesali diri. Jalani. Jalani dan nikmati. Seperti awan di
langit mati. Tetapi masih salahkah jika aku bertanya; mengapa perempuan
seharusnya begini?
Suatu
tempat, dimana saja. Angin berhembus sangat tidak bersahabat. Awan pekam
bergerak lamban merusak cakrawala. Sepucuk rerumputan nyaris terberangus
matahari yang seolah turun beberapa inchi. Suasana terasa sangat ganjil. Sakit.
Dan sulit dimengerti dengan akal paling sehat sekalipun. Sandek menikmati
napasnya yang gontai, pikirannya yang lunglai dan perasaannya yang terkulai.
tempat, dimana saja. Angin berhembus sangat tidak bersahabat. Awan pekam
bergerak lamban merusak cakrawala. Sepucuk rerumputan nyaris terberangus
matahari yang seolah turun beberapa inchi. Suasana terasa sangat ganjil. Sakit.
Dan sulit dimengerti dengan akal paling sehat sekalipun. Sandek menikmati
napasnya yang gontai, pikirannya yang lunglai dan perasaannya yang terkulai.
01.
Sandek
Sandek
Akhirnya sampai juga di sini. Meski
sering aku melewati jalan ini, terasa
sangat jauh. Rasanya tulang kakiku nyaris runtuh. Mungkin karena usiaku
bertambah renta? Atau memang pikiranku yang renta? Tapi sarafku masih sehat,
otakku masih kuat untuk mengingat apapun. (tiba-tiba)
Satu…dua…ketika hujan, tiga…karena terpaksa, empat..empat…Oh! kenapa
sulit menemukan yang keempat? Apakah hujan atau…ya! tengah malam. Aku ingat
karena sempat aku mengejar burung gagak di tikungan. Burung itu sembunyi di balik
pepohonan gelap. Tapi ada beberapa kali malam. Apakah ketika ketemu burung
gagak itu malam keempat? Atau ketika aku nyaris terperosok ke selokan karena
dikejar anjing? Malam ke berapa itu? Ah! Daya ingatku tak boleh rentah. Tidak
boleh…
sering aku melewati jalan ini, terasa
sangat jauh. Rasanya tulang kakiku nyaris runtuh. Mungkin karena usiaku
bertambah renta? Atau memang pikiranku yang renta? Tapi sarafku masih sehat,
otakku masih kuat untuk mengingat apapun. (tiba-tiba)
Satu…dua…ketika hujan, tiga…karena terpaksa, empat..empat…Oh! kenapa
sulit menemukan yang keempat? Apakah hujan atau…ya! tengah malam. Aku ingat
karena sempat aku mengejar burung gagak di tikungan. Burung itu sembunyi di balik
pepohonan gelap. Tapi ada beberapa kali malam. Apakah ketika ketemu burung
gagak itu malam keempat? Atau ketika aku nyaris terperosok ke selokan karena
dikejar anjing? Malam ke berapa itu? Ah! Daya ingatku tak boleh rentah. Tidak
boleh…
02.
Madranu
Madranu
(sebenarnya
dia telah lebih dulu berada di tempat itu, hanya saja pada posisi tersembunyi).
Tidak boleh…tidak boleh…siapa yang
tidak memperbolehkan!
dia telah lebih dulu berada di tempat itu, hanya saja pada posisi tersembunyi).
Tidak boleh…tidak boleh…siapa yang
tidak memperbolehkan!
03.
Sandek
Sandek
(kemunculan
Madranu membuat Sandek kaget). Oh, siapa di
situ?
Madranu membuat Sandek kaget). Oh, siapa di
situ?