MEREKA TELAH MEMBAKAR MEUNASAH KITA
KARYA Zakh Syairum Majid
Jangan lewatkan kesempatan ini! Segera download dan baca karya fenomenal ini. Semoga naskah ini dapat menjadi inspirasi besar bagi Anda dalam menghidupkan pertunjukan teater yang memukau di tempat Anda. Dengan mempelajari setiap detail dari karya ini, Anda akan menemukan kekayaan naratif yang dapat membawa pertunjukan Anda ke level yang lebih tinggi. Mari jadikan naskah ini sebagai landasan dalam mengembangkan karya teater yang penuh makna dan berkesan.
Oleh karena itu, kami, sebagai Bandar Naskah, dengan bangga menyediakan BANK NASKAH DRAMA khusus untuk teman-teman pegiat teater di seluruh Indonesia. Kami percaya bahwa melalui penyediaan naskah drama yang berkualitas, kami dapat mendukung dan
memajukan dunia teater di tanah air.
Selain itu, kami juga membuka kesempatan bagi penulis naskah terbaru yang ingin membagikan karyanya kepada publik. Jika Anda
adalah seorang penulis yang memiliki naskah drama yang belum di publikasikan atau karya lama yang perlu mendapatkan perhatian lebih,
kami sangat menyambut kesempatan untuk mendistribusikan naskah Anda melalui laman kami. Untuk itu, silakan hubungi kami melalui email
di jejakteater@gmail.com. Kami siap membantu Anda dalam proses publikasi dan distribusi naskah drama
Anda agar lebih di kenal oleh khalayak luas.
Dengan demikian, kami berharap Anda dapat memanfaatkan layanan BANK NASKAH DRAMA kami dengan sebaik-baiknya dan terus
berkontribusi pada perkembangan dunia teater di Indonesia.
( Seorang perempuan remaja memakai kruk berjalan tertatih-tatih ke tengah panggung. Berhenti Diam. Matanya menerawang jauh ke depan. Kemudian dia duduk di tengah panggung. Menangis terisak )
Aisyah
Emak akan pulang, kan ? Lihat, lihat aku telah menemukan beberapa butir peluru yang membuat Bang Yunus terkapar dan mati ? Peluru yang manghadiahkan kematian bagi Bang Yunus saat ulang tahunnya yang ke-25. Sebelum dia berangkat di pagi itu menuju Jawa, tempat dia menuntut ilmu.
Tapi mereka siapa, Mak ? Meraka siapa, Yah ? Orang –orang yang berbaju doreng itu ? Katanya, mereka datang hendak membebaskan kita dari penderitaan yang berkepanjangan ini ? Orang-orang itu menuduh Bang Yunus sebagai mata-mata, entah mata-mata siapa. Mereka hanya bisa menuduh tanpa alasan yang jelas, atau memang itu sudah tabiat mereka ?
Mengapa kita tak pernah merdeka, Mak ? Tapi, merdeka itu sebenarnya artinya apa, Mak ? Dan peluru tak mungkin bisa diajak bicara. Dan di Meunasah juga tak pernah diajari apa itu peluru, untuk apa peluru dan bagaimana cara membunuh dengan peluru.
( Dari dalam ada suara memanggil-manggil )
Noora :
Aisyah, Aisyah, dimana kau ? Hari sudah menjelang maghrib.
Aisyah :
Hari sudah menjelang maghrib ? Bagiku hari sama saja. Bagiku waktu sama saja. Penindasan dan kekejaman.
Noora :
Aisyiah, Aisyiah, dimana kau ? Tak baik Inong keluyuran maghrib-maghrib. Kau dimana ?
Ada suara anak-anak menyanyi :
Bungong jeumpa…..,bungong jeumpa….meugah di Aceh
Bungong telebeh…bungong telebeh..indah lagoina..
Hening. Aisyah bangkit. Seperti mencari sesuatu.
Aisyah :
Bungong jeumpanya sudah gak ada lagi ( sedih ). Wanginya pun juga sudah tidak ada meski sisa di angin lalu. Hanya amis darah, bungong jeumpanya amis darah. Di bawah pohon bungong jeumpa itu Bang Yunus ditembak mati para pengecut itu. Mereka benar-benar pengecut !
Ada suara anak-anak menyanyi, sayup-sayup :
Bungong jeumpa..bungong jeumpa..meugah di Aceh
Bungong lelebeh..bungong lelebeh..indah lagoina
Puteh kuneng mejampu mirah
Keumang siulah cidah that rupa..
Aisyah menangis. Suara terputus-putus.