NASKAH DRAMA ALJABAR Karya Zak Sorga.
Dengan penuh antusias, kami mempersembahkan kepada Anda lakon “ALJABAR,” sebuah karya luar biasa dari penulis ternama, Zak Sorga. Kami sangat menyarankan Anda untuk segera mendownload dan membaca naskah ini. Kisah ini tidak hanya menghibur, tetapi juga diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja yang ingin mendalami dunia seni peran dan penulisan. Semoga dengan membaca naskah ini, Anda dapat menemukan ide-ide baru yang segar serta motivasi untuk terus berkarya.
Selain itu, kami juga telah menyiapkan sebuah Bank Naskah Drama yang berisi berbagai naskah pilihan yang dapat diakses oleh teman-teman semua. Bank naskah ini kami ciptakan dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi Anda yang mencari referensi atau contoh naskah drama yang berkualitas. Dengan adanya koleksi ini, kami berharap dapat membantu Anda dalam proses kreatif, baik untuk keperluan pentas maupun sebagai bahan pembelajaran. Semoga koleksi naskah drama yang kami sediakan dapat memberikan manfaat dan menjadi bagian dari perjalanan kreatif Anda. Jangan ragu untuk menjelajahi, menemukan, dan mengunduh berbagai naskah yang telah kami kumpulkan untuk Anda.
Berikut :
SEBUAH TEMPAT. LUKISAN-LUKISAN DAN KANVAS-KANVAS BERGANTUNGAN DAN BERSERAKAN DIMANA-MANA. DUA ORANG MANUSIA SEDANG MENGHADAP KANVAS MASING-MASING, MEREKA SAMA-SAMA MELUKIS. ORANG II MELUKIS DENGAN AMAT BERAT, TUBUHNYA, TANGANNYA, JARI-JEMARINYA TAK BERGERAK SEDIKITPUN, SEOLAH DIA MEMANGGUL DUNIA,
TAK BERGESER. ORANG I MELUKIS DENGAN KEGELISAHAN YANG AMAT SANGAT KEMUDIAN LUKISAN ITU IA ROBEK-ROBEK. KEMUDIAN IA MELUKIS LAGI, DIROBEK-ROBEK LAGI, MELUKIS LAGI, DIROBEK LAGI, DIINJAK-INJAK, DIBANTING, DIUMPAT, DILUDAHI, TERUS DAN TERUSMELUKIS, MEROBEK, MEMBANTING, MENGINJAK, MENGUMPAT, MELUDAHI, SAMPAI PUNCAK, SAMPAI PUNCAK, DAN KEMUDIAN
ORANG I
Sekarang semuanya sudah klimaks.
ORANG II
Kita belum lagi mulai.
ORANG I
Sekarang semuanya sudah lampau.
ORANG II
Kita belum lagi mulai.
ORANG I
Sekarang semuanya sudah malam.
ORANG II
Kita belum lagi menemukan pagi.
ORANG I
Pagi tak akan pernah datang.
ORANG II
Matahari harus terbit.
ORANG I
Oh… aku hanya ingin tahu apa kegelisahan hanya milik kita berdua.
ORANG II
Sudah pasti tidak ada dunia lain kecuali dalam batin kita.
ORANG I
Melingkar-lingkar tanpa arah dan batas, sampai kapan?
ORANG II
Sepertinya tidak ada lagi yang bernafas di sini.
ORANG I
Seharusnya kita sudah berhenti dari dulu.
ORANG II
Kita tidak mungkin bisa berhenti.
ORANG I
Aku sudah macet.
ORANG II
Aku ingin sekali.
ORANG I
Tidak ada, harus ada.
ORANG II
Apa ini yang membuat sakit tengkorak kepalaku, dia bersarang di otak belakang. Membuat segalanya jadi lamban.
ORANG I
Ada dunia, ada tangan berkuku, tangan itu mencengkeram dunia sampai berdarah-darah.
Diguncang-guncang, kita berdua terpelanting sampai di sini.
ORANG II
Kita masih di dunia.
ORANG I
Kita sudah ketinggalan, hari-hari telah melesat dan simpang-siur entah kemana.
ORANG II
Mana kamisku, mana jumatku, mana malam mingguku, mana pelacurku, mana agamaku, mana kelaminku? Semua berhamburan dalam omong kosong tentang hidup dan mati.
ORANG I
Mengais-ngais, mengunyah-ngunyah, melorong-lorong, membelit-belit, mana fikiranku? Campur aduk di sini, membatu.
ORANG II
Ayo kita melukis lagi. Kita lukis kegelisahan kita. Kita lukis risau kita. Kita lukis galau kita. Kita lukis kacau. Kecambah dimana-mana, jamur dimana-mana. Ayo kita lukis kehidupan, kita lukis kematian. Itu tugas kita sebagai manusia.
ORANG I
Mana mungkin?