NASKAH DRAMA TUMIRAH (Sang Mucikari) Karya Seno Gumira Ajidarma
Naskah drama ini merupakan karya dari Seno Gumira Ajidarma, yang di ketik ulang dari buku “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” karya penulis yang sama. Buku ini di terbitkan oleh Galang Press, Yogyakarta pada tahun 2001. Hak cipta dari karya ini sepenuhnya di miliki oleh Seno Gumira Ajidarma dan Galang Press.
Pementasan Tanpa Batasan dan Royalti
Menariknya, naskah sandiwara Tumirah (Sang Mucikari) ini boleh dipentaskan oleh siapa saja tanpa perlu meminta izin dari penulis dan tanpa di kenakan biaya royalti, asalkan pementasan tersebut tidak melibatkan penjualan tiket. Lebih dari itu, royalty buku dan pementasan yang menjadi hak penulis di alokasikan untuk korban kekerasan negara, sebagai bentuk solidaritas terhadap mereka yang mengalami ketidakadilan.
Unduh dan Jadikan Inspirasi
Jangan ragu untuk mengunduh dan membaca naskah ini. Semoga karya ini bisa menjadi sumber inspirasi yang berharga dalam menyusun pertunjukan teater di tempat Anda. Dengan demikian, Anda tidak hanya memperkaya diri dengan literasi yang mendalam, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian budaya dan seni teater di Indonesia.
Oleh karena itu, kami, sebagai Bandar Naskah, dengan bangga menyediakan BANK NASKAH DRAMA khusus untuk teman-teman pegiat teater di seluruh Indonesia. Kami percaya bahwa melalui penyediaan naskah drama yang berkualitas, kami dapat mendukung dan
memajukan dunia teater di tanah air.
Selain itu, kami juga membuka kesempatan bagi penulis naskah terbaru yang ingin membagikan karyanya kepada publik. Jika Anda
adalah seorang penulis yang memiliki naskah drama yang belum di publikasikan atau karya lama yang perlu mendapatkan perhatian lebih,
kami sangat menyambut kesempatan untuk mendistribusikan naskah Anda melalui laman kami. Untuk itu, silakan hubungi kami melalui email
di jejakteater@gmail.com. Kami siap membantu Anda dalam proses publikasi dan distribusi naskah drama
Anda agar lebih di kenal oleh khalayak luas.
Dengan demikian, kami berharap Anda dapat memanfaatkan layanan BANK NASKAH DRAMA kami dengan sebaik-baiknya dan terus
berkontribusi pada perkembangan dunia teater di Indonesia.
Dramatic Personae
- TUMIRAH
- MINAH
- TUMINI
- LASTRI
- PARA PELACUR
- SUKAB
- ROMBONGAN PENARI
- NINJA-NINJA
- PARA PERONDA
- ORANG-ORANG
- PENGACARA
- WARTAWAN
- POLISI
- HAKIM
- JAKSA MAHMUD
- INTEL
CUPLIKAN TUMIRAH (Sang Mucikari)
BABAK I
PANGGUNG ADALAH RUMAH BORDIR DI PINGGIR HUTAN, TERLETAK DI SEBUAH MEDAN TEMPUR. PASUKAN PEMERINTAH MAUPUN PARA GERILYAWAN MENJADI LANGGANAN MEREKA. RUMAH-RUMAH BORDIL ITU HANYA BERPINTU KAIN DAN BERATAP RUMBIA, DINDINGNYA KOMBINASI GEDEK DAN KAYU. MESKIPUN SEDERHANA, RUMAH-RUMAH BORDIL ITU ROMANTIS DAN ARTISTIK, MUNGKIN KARENA LAMPUNYA YANG REMANG-REMANG. SEGALANYA REMANG-REMANG DI RUMAH BORDIL. DI SAMPING KAMAR-KAMAR, TERDAPAT JUGA RUANG UNTUK MAKAN, MINUM DAN AJOJING. SAYUP-SAYUP TERDENGAR LAGU DANGDUT DARI RADIO.
MALAM ITU, DI PINTU-PINTU, DI JENDELA, DI BANGKU PANJANG DI LUAR RUMAH, DI MANA PUN, BETEBARAN PARA PELACUR. DANDANAN MEREKA MENOR, NAMUN SEMUA BUSANA TERDIRI DARI KAIN DAN KEBAYA ATAU KUTANG DENGAN RAMBUT TIDAK DISANGGUL, RAMBUT MEREKA TERURAI, RATA-RATA PANJANG. MEREKA SEMUA EKSOTIK, CANTIK DAN LANGSING. DI ANTARA MEREKA TERDAPATLAH TUMIRAH; KAIN DAN KEBAYANYA MERAH, RAMBUTNYA TERURAI. MESKI USIANYA 40 TAHUN, IA TETAP SEORANG WANITA YANG MEMPUNYAI KELAYAKAN MENJUAL DIRI. TERDENGAR TEMBAK MENEMBAK DI KEJAUHAN. PARA PELACUR ITU SALING MEMANDANG, MESKIPUN TAMPAK TIDAK TERLALU TERKEJUT.
TUMIRAH
Mereka mulai lagi. Di mana sih mereka bertempur?
MINAH
Di bukit-bukit sebelah timur, Mbak. Gerilyawan memancing pasukan pemerintah yang berpatroli di dalam hutan, sampai bukit-bukit itu mereka dikepung.
TUMIRAH
Kemarin mereka bertempur di bukit-bukit sebelah barat, kan?
MINAH
Kemarin itu gerilyawan yang terpancing Mbak, mereka tidak bisa kembali ke hutan dan dibantai habs disitu.
TUMIRAH
Heran. Senang sekali sih saling tembak begitu? Mending kalau masih anak-anak. Ini sudah besar-besar, komandannya saja malah sudah beruban. Yang pasukan pemerintah, yang gerilyawan, sama saja. Menganggap perang adalah sesuatu yang benar, hebat, wajib, tugas ksatria taik kucinglah. Bertempur terus hamper setiap hari. Katanya zaman semakin maju, kok manusia tidak tambah pinter; masih terus saling membunuh seperti orang primitive. Heran. Kodok saja tidak begitu.
TUMINI
Memangnya Mbak Tumirah mau jadi kodok?
TUMIRAH
Gak mau, nanti digoreng sama kamu
TUMINI
Saya sih mau menggoreng Mbak Tumirah, tapi di tempat tidur.