SITUASI Karya: Chairil Anwar

SITUASI Karya: Chairil Anwar Tidak perempuan! yang hidup dalam diri masih lincah mengelak dari pelukanmu gemas         gelap, bersikeras mencari kehijauan laut lain, dan berada lagi di kapal dulu bertemu, berlepas kemudi pada angin, mata terpikat pada bintang yang menanti. Sesuatu yang mengepak kembali menandungkan Tai Po dan rahsia laut Ambon Begitulah perempuan! Hanya suatu garis kabur bisa dituliskan dengan pelarian kebuntuan senyuman Cirebon, 1946 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

MIRAT MUDA, CHAIRIL MUDA Karya: Chairil Anwar

MIRAT MUDA, CHAIRIL MUDA Karya: Chairil Anwar di pegunungan 1943 Dialah, Miratlah, ketika mereka rebah, Menatap lama ke dalam pandangnya coba memisah matanya menantang yang satu tajam dan jujur yang sebelah. Ketawa diadukannya giginya pada mulut Chairil; dan bertanya: Adakah, adakah kau selalu mesra dan aku bagimu indah? Mirat raba urut Chairil, raba dada Dan tahulah dia kini, bisa katakan dan tunjukkan dengan pasti di mana menghidup jiwa, menghembus nyawa Liang jiwa-nyawa saling berganti. Dia rapatkan Dirinya pada Chairil makin sehati; hilang secepuh segan, hilang secepuh cemas Hiduplah Mirat dan Chairil dengan deras, menuntut tinggi tidak setapak berjarak dengan mati. 1949 Chairil Anwar Buku:Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

SELAMA BULAN MENYINARI DADANYA Karya: Chairil Anwar

SELAMA BULAN MENYINARI DADANYA Karya: Chairil Anwar Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam ranjang padang putih tiada batas sepilah panggil-panggilan antara aku dan mereka yang bertolak Aku bukan lagi si cilik tidak tahu jalan di hadapan berpuluh lorong dan gang menimbang: ini tempat terikat pada Ida dan ini ruangan “pas         bebas” Selama bulan menyinari dadanya jadi pualam ranjang padang putih tiada batas sepilah panggil-panggilan antara aku dan mereka yang bertolak Juga ibuku yang berjanji tidak meninggalkan sekoci. Lihatlah cinta jingga luntur: Dan aku yang pilih tinjauan mengabur, daun-daun sekitar gugur rumah tersembunyi dalam cemara rindang tinggi pada jendela kaca tiada bayagn datang mengambang Gundu, gasing, kuda-kudaan, kapal-kapalan di         zaman kanak, Lihatlah cinta jingga luntur: Kalau datang nanti topan ajaib menggulingkan gundu, memutarkan gasing memacu kuda-kudaan, menghembus kapal-kapalan aku sudah lebih dulu kaku. 1948 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang Catatan: Semula sajak ini tidak berjudul, namun kemudian diberi judul “Selama Bulan Menyinari Dadanya” oleh Editor buku Aku Ini Binatang Jalang.

BACA SELANJUTNYA »

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS Karya: Chairil Anwar

YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS Karya: Chairil Anwar kelam dan angin lalu mempesiang diriku, menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin, melam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu di Karet, di Karet (daerahku y.a.d.) sampai juga deru         dingin aku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau         datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu; tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa        berlalu beku 1949 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang (berdasarkan versi Naskah Asli)

BACA SELANJUTNYA »

KEPADA PEMINTA-MINTA Karya: Chairil Anwar

KEPADA PEMINTA-MINTA Karya: Chairil Anwar Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Jangan lagi kau bercerita Sudah bercacar semua di muka Nanah meleleh dari luka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Juni, 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

KARAWANG-BEKASI Karya: Chairil Anwar

KARAWANG-BEKASI Karya: Chairil Anwar Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan berdegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa Kami sudah beri kami punya jiwa Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang-kenanglah kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang-kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi Chairil Anwar CATATAN: Sajak Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar pernah dituduh sebagai hasil plagiasi (jiplakan) dari Sajak The Young Dead Soldiers Do Not Speak karya Archibald MacLeish. Namun H.B. Jassin membela Chairil karena dalam Sajak Karawang-Bekasi mengandung ciri khas Chairil Anwar.

BACA SELANJUTNYA »

MERDEKA Karya: Chairil Anwar

DENDAM Karya: Chairil Anwar Berdiri tersentak Dari mimpi aku bengis dielak Aku tegak Bulan bersinar sedikit tak nampak Tangan meraba ke bawah bantalku Keris berkarat kugenggam di hulu Bulan bersinar sedikit tak nampak Aku mencari Mendadak mati kuhendak berbekas di jari Aku mencari Diri tercerai dari hati Bulan bersinar sedikit tak nampak 13 Juli 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

MERDEKA Karya: Chairil Anwar

MERDEKA Karya: Chairil Anwar Aku mau bebas dari segala Merdeka Juga dari Ida Pernah Aku percaya pada sumpah dan cinta Menjadi sumsum dan darah Seharian kukunyah-kumamah Sedang meradang Segala kurenggut Ikut bayang Tapi kini Hidupku terlalu tenang Selama tidak antara badai Kalah menang Ah! Jiwa yang menggapai-gapai Mengapa kalau beranjak dari sini Kucoba dalam mati. 14 Juli 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

PENERIMAAN Karya: Chairil Anwar

PENERIMAAN Karya: Chairil Anwar Kalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati Aku masih tetap sendiri Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani Kalau kau mau kuterima kau kembali Untukku sendiri tapi Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. Maret 1943 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

BUAT GADIS RASID Karya: Chairil Anwar

BUAT GADIS RASID Karya: Chairil Anwar Antara daun-daun hijau padang lapang dan terang anak-anak kecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian burung-burung merdu hujan segar dan menyebar bangsa muda menjadi, baru bisa bilang “aku” Dan angin tajam kering, tanah semata gersang pasir bangkit mentanduskan, daerah dikosongi Kita terapit, cintaku — mengecil diri, kadang bisa mengisar setapak Mari kita lepas, kita lepas jiwa mencari jadi merpati Terbang mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat — the only possibel non-stop flight Tidak mendapat. 1948 Chairil Anwar Buku: Aku Ini Binatang Jalang

BACA SELANJUTNYA »

Laman sastra Indonesia hadir sebagai portal yang memungkinkan kita untuk menelusuri, memahami, dan menikmati berbagai karya sastra

Menu Laman Sastra